TOKOH TOKOH FILSAFAT DAN
PEMIKIRANNYA
Orang Yunani
yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan, bahwa segala
sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pda mitos atau
dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak
berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos
(dongeng-dongeng).
Setelah pada abad ke -6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya
mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini
jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai
suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal
pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir
untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berpikir ini kemudian banyak orang
yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara
murni.
Perkembangan pemikiran filsafat awal
di yunani menjadi dua bagian, yaitu filsafat alam dan filsafat klasik.
a. Filsafat Alam
Pada periode pertama munculnya
filsafat (disekitar abad ke-7 S.M.) di yunani muncul para pemikir yang dijuluki
filsuf alam. Kenapa mereka dijuluki seperti itu? ini karena kajian pokok mereka
adalah untuk mengerti dan memahami asal usul alam, atau lebih konkretnya,
darimana dunia ini berasal. Beberapa orang dalam sejarah tercata sebagai
seorang filsuf alam, orang-orang ini sendiri pantas disebut sebagai orang
radikal, karena mereka adalah orang-orang pertama yang berani melepaskan diri
dari kungkungan mitologi tentang asal-usul dunia yang diajarkan nenek moyang
mereka dan mencari dasar sendiri untuk mamahami alam ini. Beberapa orang yang
menjadi filsuf alam antara lain:
1. Thales
(625-545 SM/624-546 SM)
Thales adalah orang pertama yang diketahui melakukan
proses berfikir dengan cara berfilsafat (atau setidaknya sejarah mencatat
seperti itu). ini berarti Kakek Thales ini (Karena dia sudah tua sekali jika
dilihat dari tahun lahir) adalah oran pertama yang menolak untuk tunduk pada
mitologi nenek moyang, sekaligus orang pertama yang berani menanyakan dari mana
asal muasal dunia ini hingga ada?
Thales
menawarkan pola pikir yang mengatakan bahwa Air adalah asal usul dari
dunia ini. Pernyataanya ini berlanjut dengan mengatakan bahwa bumi (dunia) ini
sendiri terapung di atas air. Ini dapat diperolehnya dengan menerapkan
pertanyaan tentang dari mana alam ini berasal? dan Apa yang menjadi
penyebab penghabisan dari segala yang ada? Thales mengatakan bahwa unsur
terpenting untuk setiap kehidupan adalah air. Tentu saja, karena semua mahluk
hidup butuh air, bahkan tanah akan mengalami kekeringan jika tidak ada air, dan
kebanyakan mahluk hidup akan mati dalam situasi seperti itu. Premis ini akan
menjadikan air sebagai asal dari segala sesuatu karena tanpa air segala sesuatu
dapat dikatakan “akan mati”, dan itu (ketiadaan air) pastinya akan menjadi
penyebab penghabisan dari segala yang ada. Air dapat berubah menjadi gas seprti
uap dan benda padat seperti es, sederhanyanya, air dapat menjadi apa saja.
2.
Anaximander (610-547 S.M.)
Anaximander juga merupakan salah satu dari filsuf
alam. Anaximander memiliki pandangan yang berbeda dengan Thales yang mengatakan
Air adalah asal dari kehidupan. Pendapat Anaximander mengatakan bahwa
hanya ada satu asal dari semua yang ada, dan itu haruslah bersifat tidak
terbatas. Ini menjadi sebuah antitesis dari Anaximander untuk Thales. Karena
pertanyaannya adalah, Bagaimana air dapat berubah menjadi api? Maka
diambillah kesimpulan bahwa air memiliki batasan. Sedang asal muasal itu
haruslah memiliki ruang lingkup tidak terbatas, dan dapat bergerak. Selain itu,
materi asal ini haruslah tidak dapat dilihat atau dirasakan dengan indra,
tetapi hanya dapat dirasakan dan dicari dengan pikiran.
Oleh
Anaximander materi asal itu diberi nama Apeiron. Apeiron sendiri adalah
zat yang memiliki sifat-sifat seperti di sebutkan sebelumnya, yaitu tidak
terhingga, tidak terbatas, tidak dapat dicari wujudnya, dan tidak mungkin sama
dengan apapun. Segala yang terlihat sebagai sesuatu yang nyata (dapat dirasakan
oleh indra manusia) dianggap memiliki akhir, sehingga masih dapat diukur dan
memiliki batasannya. Karena itu, materi asal ini mustahil akan muncul dari
salah satu dari segalamacam hal yang memiliki akhir dan keterbatasan itu.
3. Pythagoras (572 – 500 S.M.)
Sekarang kita berpindah dari daerah Miletus ke
Kepulauan Samos, masih di Yunani. Disini terdapat seorang filsuf yang juga
cukup terkenal yaitu Pythagoras. Pythagoras adalah seroang pemikir yang
menaljutkan pemikiran Milesia, namun agak berdeda, disini Pythagoras tidak
mencari hakikat asal muasal alam dari material tertentu. Tapi dia malah
mengatakan hal yang cukup menarik, yaitu segala sesuatu yang ada hakitkanya
adalah angka.
Dia
beranggapan bahwa batasan suatu benda dari benda lain adalah angka, karena itu
segala sesuatu haruslan ditentukan dengan bilangan, atau sederhananya, realita
haruslah dapat diukur dengan angka dan dalam perhitungan rumus matematis.
Pengaruh dari pemikiran filsafat Pythagoras ini begitu besar hingga mampu
bertahan selama 400 tahun. Bahkan salah satu yang terkena pengaruhnya adalah
Plato, yang nantinya menjadi salah satu filsuf aliran klasik yang memiliki nama
besar.
b. Filsafat Klasik
Setelah
membahas tentang alam atau aspek keduniaan, pada periode filsafat klasik ini
kajian filsafat sudah mulai melebar. Filsafat tidak hanya terfokus pada
darimana dunia berasal atau jiwa atau proses perubahan terjadi. Di sini,
filsafat mulai menyentuh ranah sosial. Ada beberapa orang yang tercatat dalam
periode klasik ini, antara lain:
1. Sokrates (470 – 400 S.M.)
Sebelumnya
membahas secara khusus tentang Socrates
ini. Socrates adalah generasi pertama dari 3 pemikir besar filsafat Yunani,
yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Sumbangan pemikiran filsafatnya adalah
untuk menyelidiki manusia secara menyeluruh, yaitu dengan tidak memisahkan
antara nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah. Karena dengan keterkaitan kedua hal
tersebut banyak nilai yang dapat dihasilkan. Metode yang diterapkan oleh
Socrates adalah metode dialektik, yaitu sebuah pandangan bahwa
pengetahuan sejati hanya dapat diperoleh melalui dialog; seperti seorang bidan
yang membantu kelahiran bayi.
Hal ini juga yang membuatnya dibenci oleh kaum sofis pada masa itu karena dianggap melecehkan mereka, karena pada kenyataannya, kebenaran yang dicari Socrates sangat sulit ditemukan karena tidak ada yang mampu sampai pada pemikiran Yang mana yang benar.
Hal ini juga yang membuatnya dibenci oleh kaum sofis pada masa itu karena dianggap melecehkan mereka, karena pada kenyataannya, kebenaran yang dicari Socrates sangat sulit ditemukan karena tidak ada yang mampu sampai pada pemikiran Yang mana yang benar.
Pada
akhirnya, pada tahun 399 S.M. saat umurnya sekitar 70 tahun, Socrates dihukum
mati dengan meminum racun atas pengadilan yang dijatuhkan pada dirinya karena
dianggap menyebarkan ajaran yang merusak moral dan menentang kepercayaan Negara
kepada para pemuda.
2.
Plato
(428
- 348 S.M.)
Plato
sendiri lahir dengan nama asli Aristocles. Dia adalah murid dari Socrates, dan
beberapa filsuf lain yang juga mempengaruhinya adalah Pythagoras, Heraclitos,
dan Elia. Plato memulai pemikiran filsafatnya dengan membahas mana yang benar,
yang berubah-ubah (Heraclitos) atau yang tetap (Permanides). Untuk itu, Plato
membagi dunia menjadi dua, yaitu dunia pengalaman (dunia nyata) yang bersifat
tidak tetap, dan dunia ide (dunia linear) yang bersifat tetap.
Lebih
jauh lagi, pendapat Plato mengatakan bahwa yang benar adalah dunia ide, sedang
dunia pengalaman hanyalan tiruan dari dunia ide tersebut. Dalam ajarannya Plato
menyatakan bahwa kenyataan hanyalan proyeksi atau tiruan dari apa yang ada di
dunia ide, karena itu, yang nyata hanyalah ide itu sendiri. Salah satu hal menarik
dari konsep dunia ide yang dikemukakan oleh Plato ini adalah pernyataan bahwa segala
sesuatu adalah sempurna jika dia masih berada di dunia ide. Lalu,
bagaimana dengan cinta? Ada sebuah istilah tentang cinta yang juga terkait
dengan dirinya, yaitu Cinta
Platonis. Mungkin akan menarik jika kalian membacanya.
Sebagai
puncak pemikiran filsafatnya, Plato mengemukakan pemikiran tentang Negara.
Menurut Plato, di dalam sebuah Negara yang ideal terdapat tiga gologan yaitu:
(1) Gologan tertinggi, yang terdiri dari penjaga dan para filsuf; (2) Golongan
pembantu, yang terdiri dari prajurit dan (3) Golongan rakyat biasa. Lebih
lanjut Plato mengatakan bahwa seorang negarawan bertugas untuk menciptakan
keselarasan semua keahlian dalam Negara (polis) sehingga tercipta sebuah
keharmonisan. Apabila suatu Negara sudah memiliki peraturan dasar untuk dirinya
maka pemerintahan terbaik adalah monarki (pemerintahan oleh satu orang, untuk
kepentingan banyak orang), sedang jika suatu Negara belum memiliki peraturan
dasar untuk dirinya, maka bentuk pemerintahan yang terbaik adalah Demokrasi
(pemerintahan oleh banyak oran, untuk kepentingan banyak orang).
3. Aristoteles
(384 - 322 S.M.)
Aristoteles
sendiri adalah murid dari Plato, yang merupakan murid dari Socrates. Namun
dalam pendapat, Aristoteles sering berbeda pandangan dengan gurunya, Plato.
Jika Plato mengatakan ide terdapat pada sebuah dunia linear yang abadi dan
sempurna, maka Aristotels mengatakan hal lain. Menurut Memperkenalkan
konsep pemikiran deduktif, di mana sebuah pengetahuan diperoleh melalui
penarikan kesimpulan atas premis-premis yang ada. (premis 1= semua manusia akan
mati, premis 2= Rudi adalah manusia, maka kesimpulannya Budi akanmati). Karya Aristoteles meliputi logika, etika,
politik, metafisika, psikologi, ilmu alam, retorika, poetika, politik dan
ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar