ADS

Jumat, 04 Desember 2015

TOKOH TOKOH FILSAFAT DAN PEMIKIRANNYA


TOKOH TOKOH FILSAFAT DAN PEMIKIRANNYA
Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan, bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang bersumber pda mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).
         Setelah pada abad ke -6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berpikir ini kemudian banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni.
Perkembangan pemikiran filsafat awal di yunani menjadi dua bagian, yaitu filsafat alam dan filsafat klasik.

a. Filsafat Alam
Pada periode pertama munculnya filsafat (disekitar abad ke-7 S.M.) di yunani muncul para pemikir yang dijuluki filsuf alam. Kenapa mereka dijuluki seperti itu? ini karena kajian pokok mereka adalah untuk mengerti dan memahami asal usul alam, atau lebih konkretnya, darimana dunia ini berasal. Beberapa orang dalam sejarah tercata sebagai seorang filsuf alam, orang-orang ini sendiri pantas disebut sebagai orang radikal, karena mereka adalah orang-orang pertama yang berani melepaskan diri dari kungkungan mitologi tentang asal-usul dunia yang diajarkan nenek moyang mereka dan mencari dasar sendiri untuk mamahami alam ini. Beberapa orang yang menjadi filsuf alam antara lain:
1.      Thales (625-545 SM/624-546 SM)
Thales adalah orang pertama yang diketahui melakukan proses berfikir dengan cara berfilsafat (atau setidaknya sejarah mencatat seperti itu). ini berarti Kakek Thales ini (Karena dia sudah tua sekali jika dilihat dari tahun lahir) adalah oran pertama yang menolak untuk tunduk pada mitologi nenek moyang, sekaligus orang pertama yang berani menanyakan dari mana asal muasal dunia ini hingga ada?
Thales menawarkan pola pikir yang mengatakan bahwa Air adalah asal usul dari dunia ini. Pernyataanya ini berlanjut dengan mengatakan bahwa bumi (dunia) ini sendiri terapung di atas air. Ini dapat diperolehnya dengan menerapkan pertanyaan tentang dari mana alam ini berasal? dan Apa yang menjadi penyebab penghabisan dari segala yang ada? Thales mengatakan bahwa unsur terpenting untuk setiap kehidupan adalah air. Tentu saja, karena semua mahluk hidup butuh air, bahkan tanah akan mengalami kekeringan jika tidak ada air, dan kebanyakan mahluk hidup akan mati dalam situasi seperti itu. Premis ini akan menjadikan air sebagai asal dari segala sesuatu karena tanpa air segala sesuatu dapat dikatakan “akan mati”, dan itu (ketiadaan air) pastinya akan menjadi penyebab penghabisan dari segala yang ada. Air dapat berubah menjadi gas seprti uap dan benda padat seperti es, sederhanyanya, air dapat menjadi apa saja.

2.      Anaximander (610-547 S.M.)
Anaximander juga merupakan salah satu dari filsuf alam. Anaximander memiliki pandangan yang berbeda dengan Thales yang mengatakan Air adalah asal dari kehidupan. Pendapat Anaximander mengatakan bahwa hanya ada satu asal dari semua yang ada, dan itu haruslah bersifat tidak terbatas. Ini menjadi sebuah antitesis dari Anaximander untuk Thales. Karena pertanyaannya adalah, Bagaimana air dapat berubah menjadi api? Maka diambillah kesimpulan bahwa air memiliki batasan. Sedang asal muasal itu haruslah memiliki ruang lingkup tidak terbatas, dan dapat bergerak. Selain itu, materi asal ini haruslah tidak dapat dilihat atau dirasakan dengan indra, tetapi hanya dapat dirasakan dan dicari dengan pikiran.
  Oleh Anaximander materi asal itu diberi nama Apeiron. Apeiron sendiri adalah zat yang memiliki sifat-sifat seperti di sebutkan sebelumnya, yaitu tidak terhingga, tidak terbatas, tidak dapat dicari wujudnya, dan tidak mungkin sama dengan apapun. Segala yang terlihat sebagai sesuatu yang nyata (dapat dirasakan oleh indra manusia) dianggap memiliki akhir, sehingga masih dapat diukur dan memiliki batasannya. Karena itu, materi asal ini mustahil akan muncul dari salah satu dari segalamacam hal yang memiliki akhir dan keterbatasan itu.

3.      Pythagoras (572 – 500 S.M.)
Sekarang kita berpindah dari daerah Miletus ke Kepulauan Samos, masih di Yunani. Disini terdapat seorang filsuf yang juga cukup terkenal yaitu Pythagoras. Pythagoras adalah seroang pemikir yang menaljutkan pemikiran Milesia, namun agak berdeda, disini Pythagoras tidak mencari hakikat asal muasal alam dari material tertentu. Tapi dia malah mengatakan hal yang cukup menarik, yaitu segala sesuatu yang ada hakitkanya adalah angka.
Dia beranggapan bahwa batasan suatu benda dari benda lain adalah angka, karena itu segala sesuatu haruslan ditentukan dengan bilangan, atau sederhananya, realita haruslah dapat diukur dengan angka dan dalam perhitungan rumus matematis. Pengaruh dari pemikiran filsafat Pythagoras ini begitu besar hingga mampu bertahan selama 400 tahun. Bahkan salah satu yang terkena pengaruhnya adalah Plato, yang nantinya menjadi salah satu filsuf aliran klasik yang memiliki nama besar.

b. Filsafat Klasik

Setelah membahas tentang alam atau aspek keduniaan, pada periode filsafat klasik ini kajian filsafat sudah mulai melebar. Filsafat tidak hanya terfokus pada darimana dunia berasal atau jiwa atau proses perubahan terjadi. Di sini, filsafat mulai menyentuh ranah sosial. Ada beberapa orang yang tercatat dalam periode klasik ini, antara lain:
1.      Sokrates (470 – 400 S.M.)
Sebelumnya membahas secara khusus tentang Socrates ini. Socrates adalah generasi pertama dari 3 pemikir besar filsafat Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Sumbangan pemikiran filsafatnya adalah untuk menyelidiki manusia secara menyeluruh, yaitu dengan tidak memisahkan antara nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah. Karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dapat dihasilkan. Metode yang diterapkan oleh Socrates adalah metode dialektik, yaitu sebuah pandangan bahwa pengetahuan sejati hanya dapat diperoleh melalui dialog; seperti seorang bidan yang membantu kelahiran bayi.
 Hal ini juga yang membuatnya dibenci oleh kaum sofis pada masa itu karena dianggap melecehkan mereka, karena pada kenyataannya, kebenaran yang dicari Socrates sangat sulit ditemukan karena tidak ada yang mampu sampai pada pemikiran Yang mana yang benar.
Pada akhirnya, pada tahun 399 S.M. saat umurnya sekitar 70 tahun, Socrates dihukum mati dengan meminum racun atas pengadilan yang dijatuhkan pada dirinya karena dianggap menyebarkan ajaran yang merusak moral dan menentang kepercayaan Negara kepada para pemuda.

2.      Plato (428 - 348 S.M.)
Plato sendiri lahir dengan nama asli Aristocles. Dia adalah murid dari Socrates, dan beberapa filsuf lain yang juga mempengaruhinya adalah Pythagoras, Heraclitos, dan Elia. Plato memulai pemikiran filsafatnya dengan membahas mana yang benar, yang berubah-ubah (Heraclitos) atau yang tetap (Permanides). Untuk itu, Plato membagi dunia menjadi dua, yaitu dunia pengalaman (dunia nyata) yang bersifat tidak tetap, dan dunia ide (dunia linear) yang bersifat tetap.
Lebih jauh lagi, pendapat Plato mengatakan bahwa yang benar adalah dunia ide, sedang dunia pengalaman hanyalan tiruan dari dunia ide tersebut. Dalam ajarannya Plato menyatakan bahwa kenyataan hanyalan proyeksi atau tiruan dari apa yang ada di dunia ide, karena itu, yang nyata hanyalah ide itu sendiri. Salah satu hal menarik dari konsep dunia ide yang dikemukakan oleh Plato ini adalah pernyataan bahwa segala sesuatu adalah sempurna jika dia masih berada di dunia ide. Lalu, bagaimana dengan cinta? Ada sebuah istilah tentang cinta yang juga terkait dengan dirinya, yaitu Cinta Platonis. Mungkin akan menarik jika kalian membacanya.
Sebagai puncak pemikiran filsafatnya, Plato mengemukakan pemikiran tentang Negara. Menurut Plato, di dalam sebuah Negara yang ideal terdapat tiga gologan yaitu: (1) Gologan tertinggi, yang terdiri dari penjaga dan para filsuf; (2) Golongan pembantu, yang terdiri dari prajurit dan (3) Golongan rakyat biasa. Lebih lanjut Plato mengatakan bahwa seorang negarawan bertugas untuk menciptakan keselarasan semua keahlian dalam Negara (polis) sehingga tercipta sebuah keharmonisan. Apabila suatu Negara sudah memiliki peraturan dasar untuk dirinya maka pemerintahan terbaik adalah monarki (pemerintahan oleh satu orang, untuk kepentingan banyak orang), sedang jika suatu Negara belum memiliki peraturan dasar untuk dirinya, maka bentuk pemerintahan yang terbaik adalah Demokrasi (pemerintahan oleh banyak oran, untuk kepentingan banyak orang).
3.      Aristoteles (384 - 322 S.M.)
Aristoteles sendiri adalah murid dari Plato, yang merupakan murid dari Socrates. Namun dalam pendapat, Aristoteles sering berbeda pandangan dengan gurunya, Plato. Jika Plato mengatakan ide terdapat pada sebuah dunia linear yang abadi dan sempurna, maka Aristotels mengatakan hal lain. Menurut Memperkenalkan konsep pemikiran deduktif, di mana sebuah pengetahuan diperoleh melalui penarikan kesimpulan atas premis-premis yang ada. (premis 1= semua manusia akan mati, premis 2= Rudi adalah manusia, maka kesimpulannya Budi akanmati).  Karya Aristoteles meliputi logika, etika, politik, metafisika, psikologi, ilmu alam, retorika, poetika, politik dan ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar