BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai
hasil dari pemikiran para filosuf, filsafat telah melahirkan berbagai macam
pandangan dan aliran yang berbeda-beda. Pandangan-pandangan filosuf itu ada
kalanya saling menguatkan dan ada juga yang saling berlawanan. Hal ini antara
lain disebabkan oleh pendekatan yang mereka pakai juga berbeda-beda walaupun
untuk objek dan masalah yang sama. Karena perbedaan dalam pendekatan itu, maka
kesimpulan yang didapat juga akan berbeda. Perbedaan pandangan filsafat
tersebut juga terjadi dalam pemikiran filsafat pendidikan, sehingga muncul
aliran-aliran filsafat pendidikan.
Filsafat
adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai
suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu
secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan
segala hubungan Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya,
agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis,harmonis, dinamis. guna
mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan. Ada beberapa aliran filsafat pendidikan, dan yang akan Penulis
uraikan di sini adalah filsafat pendidikan progresivisme. Dalam pandangannya
progresivisme berpendapat tidak ada teorirealita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal, menyela. tidak pernah sampai pada
yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang
terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai
yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi
taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah
kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
B. Rumusan Masalah
Ada
beberapa masalah yang akan penyusun uraikan di dalam makalah ini, antara lain :
a.
Pengertian filsafat
pendidikan progresivisme
b.
Latar belakang
munculnya filsafat progresivisme
c.
Tokoh-tokoh
aliran filsafat progresivisme
Pandangan filsafat progresivisme tentang
pendidikan
C. Tujuan Penulisan
Dalam
penyusunan makalah ini, ada beberapa persoalan yang bertujuan untuk :
a.
Mahasiswa
mampu memahami dan mengenal apa itu filsafat pendidikan progresivisme
b.
Mahasiswa
mengetahui apa saja yang melatar belakangi timbul dan munculnya aliran filsafat
pendidikan progresivisme.
c.
Agar
mahasiswa mengetahui siapa sajakah tokoh-tokoh aliran filsafat pendidikan
progresivisme.
d.
Mahasiswa
mampu mengetahui apa saja pandangan-pandangan progresivisme tentang pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah munculnya Filsafat
Progresivisme
Progresivisme
adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di
masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada
guru atau bidang muatan. Progravisme mempunyai konsep yang didasari oleh
pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan
yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi maslah- masalah yang bersifat
menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri.
Oleh
karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu statemen progrevisme, maka
beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan
bagian utama dari kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat, antropologi,
psikologi dan ilmu alam. Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang
umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala.
tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut
progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru
antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar
berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang
setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Progresvisme
merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar
pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar “dunia
nyata” dan juga pengalaman teman sebaya Aliran progesivisme telah memberikan
sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan
dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan
kebaikan, baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan
kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang
dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu, filsafat
progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
Kita
telah ketahui bahwa menurut aliran ini kehidupan manusia berkembang terus
menurus dalam suatu arah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum
tentu benar pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, peserta didik bukanlah
dipersiapkan untuk menghidupi masa kini, melainkan mereka harus dipersiapkan
menghadapi kehidupan masa yang akan datang. Permasalahan hidup masa kini tidak
akan sama dengan permasalahan hidup masa yang akan datang. Untuk itu, peserta
didik harus diperlengkapi dengan strategi-strategi untuk menghidupi masa yang
akan datang dan pemecahan masalah yang memungkinkan mereka akan mengatasi
permasalahan-permasalahan baru dalam kehidupan.
Progresivisme
bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri
sendiri, malainkan merupakan aliran suatu gerakan dan perkumpulan yang
didirikan tahun 1918. Selama 20 tahun menjadi gerakan yang sangat kuat di
Amerika Serikat banyak guru yang ragu-ragu terhadap gerakan ini. Gerakan
progeresik terkenal luas karena reaksinya terhadap formalisme dan sekolah tradisional
yang membosankan, yang menekankan disiplin keras belajar pisik dan banyak
hal-hal kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Pengaruh progresivisme terasa di seluruh dunia,
terlebih-lebih di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan di dalam lapangan pendidikan
pada umumnya terdorong oleh aliran progresivisme ini.
John
Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi Maksudnya
sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari
pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah
dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah
saja. Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya
berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari
masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian
karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana
sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan
program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa
yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat
progesivisme menghendaki sistem pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah
sambil berbuat” atau learning by doing.
Progresivisme
menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan
hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus, agar
peserta didik dapat berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu mengadakan
penyesuaian dan penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dari lingkungan. Biasanya aliran progresivisme ini di hubungkan dengan
pandangan hidup liberal (the liberal road to), dan culture. Maksudnya adalah
pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut; fleksibel (tidak
kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu),
curios (ingin mengetahui, ingin menyelidiki), toleran dan open-minded
(mempunyai hati terbuka).
Sejarah
mengatakan perkembangan aliran Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran
yang baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis
perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba.
Misalnya Hiraclitus (544 ), Socrates (469), Protagoras (480) dan Aristoteles.
Mereka pernah mengemukakan pendapat yang dapat dianggap sebagai unsur-unsur
yang ikut menyebabkan sikap jiwa yang disebut pragmatisme-Progresivisme.
Heraclitus
mengemukakan bahwa sifat yang utama dari realita ialah perubahan. Tidak ada
sesuatu yang tetap didunia ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asa perubahan
itu sendiri. Socrates berusaha mempersatukan epsitemologi dan aksiologi. Ia
mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan. Yang baik dapat
dipelajari dengan kekuatan intelek, dan pengetahuan yang baik menjadi pedoman
bagi manusia untuk melakukan kebajikan. Ia percaya bahwa manusia sanggup
melakukan baik. Protagoras mengajarkan bahwa kebenaran dan norma atau nilai
tidak bersifat mutlak, melainkan relatif, yaitu bergantung pada waktu dan
tempat. Sedangkan Aristoteles menyarankan moderasi dan kompromi (jalan tengah
bukan jalan ekstrim) dalam kehidupan.
Kemudian
sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel dapat
disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme.
Francis Bacon memberikna sumbangan dengaan usahanya memperbaiki dan memperhalus
metode ilmiah dalam pengetahuan alam. Locke dengan ajarannya tentang kebebasan
politik. Rousseau dengan keyakinannya bahwa kebaikan berada didalam manusia
karena kodrat yang baik dari para manusia. Kant memuliakan manusia, menjunjung
tinggi akan kepribadian manusia, memberi martabat manusia suatu kedudukan yang
tinggi. Hegel mengajarkan bahwa alam dan masyarakat bersifat dinamis, selamanya
berada dalam keadaan bergerak, dalam proses perubahan dan penyesuaian yang tak
ada hentinya.
Dalam
abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat di Amerika
Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada
Progresivisme karena kepercayaan mereka pada demokrasi dan penolakan terhadap
sikap yang dogmatis, terutama dalam agama. Charles S. Peirce mengemukakan teori
tentang pikiran dan hal berfikir “pikiran itu hanya berguna bagi
manusia apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil)
baginya. Fungsi berfikir adalah membiasakan manusia untuk berbuat. Perasaan dan
gerak jasmaniah adalah manifestasi dari aktifitas manusia dan keduanya itu
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berfikir.
B. Tokoh-tokoh
aliran Filsafat Progresivisme
Ada
beberapa tokoh progresivisme yang berperan penting dalam mengembangkan aliran
ini, antara lain :
1. William
James (1842 –1910)
William
James seorang psychologist dan seorang filosuf Amerika yang sangat terkenal.
Paham dan ajarannya demikian pula kepribadiannya sangat berpengaruh diberbagai
negara Eropa dan Amerika. Meskipun demikian dia sangat pandai berceramah
dibidang filsafat, juga terkenal sebagai pendiri Pragmatisme. James
berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi
organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia
menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata
pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk
membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas
dasar ilmu perilaku. Buku karangannya yang berjudul Principles of Psychology
yang terbit tahun 1890 yang membahas dan mengembangkan ide-ide tersebut, dengan
cepat menjadi buku klasik dalam bidang itu, hal inilah yang mengantar William
James terkenal sebagai ahli filsafat Pragmatisme dan Empirisme radikal.
Demikian
pula kepribadiannya sangat berpengaruh diberbagai negara Eropa dan Amerika.
Meskipun demikian dia sangat terkenal dikalangan umum Amerika sebagai penulis
yang sangat brilian, dosen serta penceramah dibidang filsafat, juga terkenal
sebagai pendiri Pragmatisme. James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran,
seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan
nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu
dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam.
Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan
menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.
2. John
Dewey (1859 - 1952)
John Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan
Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah
"Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya
daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered
Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti
yang diungkapkan Dewey dalam bukunya "My Pedagogical Creed", bahwa
pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan
datang. Dewey mengembangkan pragmatisme dalam bentuknya yang orisinil, tapi
meskipun demikian, namanya sering pula dihubungkan terutama sekali dengan versi
pemikiran yang disebut instrumentalisme. Adapun ide filsafatnya yang utama,
berkisar dalam hubungan dengan problema pendidikan yang konkret, baik teori
maupun praktik. reputasi (nama baik) internasionalnya terletak dalam sumbangan
pikirannya terhadap filsafat pendidikan Progressivisme Amerika.
Dewey
tidak hanya berpengaruh dalam kalangan ahli filsafat profesional, akan tetapi
juga karena perkembangan idenya yang fundamental dalam bidang ekonomi, hukum,
antropologi, teori politik dan ilmu jiwa. Dia adalah juru bicara yang sangat
terkenal di Amerika Serikat dari cara-cara kehidupan demokratis. Diantara
karya-karya Dewey yang dianggap penting adalah Freedom and Cultural, Art and
Experience, The Quest of Certainty Human Nature and Conduct (1922), Experience
and Nature (1925), dan yang paling fenomenal adalah Democracy and
Education(1916).
3. Hans
Vaihinger (1852-1933)
Hans
Vaihinger berpendapat bahwa tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian
dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir
ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian
di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu
berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja
bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
C. Pandangan Filsafat Progresivisme tentang
Pendidikan
Dasar
filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan
Humanisme Baru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan
progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari
Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan
Humanisme baru menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia
sebagai individu. Dengan demikian orientasinya individualistik.
Ada
beberapa pandanagan filsafat progresivisme, antara lain :
1. Tujuan
Pendidikan
Tujuan
pendidikan menurut pandangan aliran ini adalah pendidikan harus memberikan
keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berintraksi dengan lingkungan
yang berada dalam proses perubahan secara terus menerus. Yang dimaksud dengan
alat-alat adalah keterampilan pemecahan masalah yang dapat digunakkan individu
untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah. Pendidikan bertujuan
agar peserta didik memilki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain itu, pendidikan
juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang
demokratis.
Proses
belajar mengajar terpusatkan pada prilaku dan disiplin diri.
Tujuan keseluruhan pendidikan sendiri adalah melatih anak agar kelak dapat
bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak
dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan
sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Agar dapat bekerja siswa diharapkan
memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman
problem solving.
2. Kurikulum
Pendidikan
Kalangan
progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu sekolah (child-centered).
Mereka lalu berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang
berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Jadi,
ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman belajar. Imam Barnadib
menyatakan bahwa kurikulum progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan
dapat direvisi, sehingga yang cocok adalah kurikulum yang berpusat pada
pengalaman.
Sains
sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-pengalaman
siswa, dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan proyek. Disini guru
menggunakan ketertarikan alamiah anak untuk membantunya belajar berbagai
keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginan
terbarunya. Akhirnya, ini akan membantu anak (subjek didik) mengembangkan
keterampilan-keterampilan pemecahan masalah dan membangun informasi yang
dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sosial. Kurikulum
disusun dengan pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman
sosial, selain sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam
pengalaman-pengalaman siswa dan dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan
proyek
Sekolah
yang baik itu adalah sekolah yang dapat memberi jaminan para siswanya selama
belajar, maksudnya yaitu sekolah harus mampu membantu dan menolong siswanya
untuk tumbuh dan berkembang serta memberi keleluasaan tempat untuk para
siswanya dalam mengembangkan bakat dan minatnya melalui bimbingan guru dan
tanggung jawab kepala sekolah. Kurikulum dikatakan baik apabila bersifat
fleksibel dan eksperimental (pengalaman) dan memiliki keuntungan-keuntungan
untuk diperiksa setiap saat. Sikap progressvisme, memandang segala sesuatu
berasaskan fleksibilitas, dinamika dan sifat-sifat yang sejenis, tercermin
dalam pandangannya mengenai kurikulum sebagai pengalaman yang edukatif,
bersifat eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang teratur. Menurut
Progresivisme, Kurikulum hendaknya :
Tidak universal
melainkan berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang ada disesuaikan
dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan setiap peserta
didik) atau chil centered Berbasis pada masyaraka bersifat
fleksibel dan dapat berubah atau direvisi.
3. Metode
Pendidikan
Metode
pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme diantaranya
adalah :
a.
Metode
Pendidikan Aktif, Pendidikan progresif lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya
proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan
minatnya.
b.
Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti
proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila
diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut.
c.
Metode
Penelitian Ilmiah, Pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian
ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep.
d.
Pemerintahan
Pelajar, Pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan pelejar dalam
kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah.
e.
Kerjasama
Sekolah Dengan Keluarga, Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama
antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat dan kegiatan
yang diperlukan anak.
f.
Sekolah
Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat untuk
belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun dan pengembangan gagasan
baru pendidikan.
4. Pendidikan
Progrisivisme
di dasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak bukanlah
memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Menurut
progresivisme, pendidikan selalu dalam proses perkembangan dan sebagai suatu
rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus. Progresivisme menekankan enam
prinsip mengenai pendidikan dan belajar, yaitu
a.
Pendidikan
seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk kehidupan.
b.
Belajar harus
langsung berhubungan dengan minat anak.
c.
Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan
daripada pemberian bahan pelajaran.
d.
Guru
berperan sebagai pemberi advise, bukan untuk mengarahkan.
e.
Sekolah harus
menggerakkan kerjasama daripada kompetensi.
f.
Demokrasilah
satu-satunya yang memberi tempat dan menggerakkan pribadi-pribadi saling tukar
menukar ide secara bebas, yang diperlukan untuk pertumbuhan sesungguhnya.
5. Pelajar
Kaum
progresif menganggap subjek-subjek didik adalah aktif, bukan pasif, sekolah
adalah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar, aktifitas ruang kelas difokuskan
pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer sekolah diarahkan pada situasi
yang kooperatif dan demokratis. Mereka menganut prinsip pendidikan perpusat
pada anak (child-centered). Mereka menganggap bahwa anak itu unik. Anak adalah
anak yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak mempunyai alur pemikiran
sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan
sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.
6. Pengajar
(guru)
Guru
dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai :
a. Fasilitator,
orang yang menyediakan diri untuk memberikna jalan kelancaran proses belajar
sendiri siswa.
b.
Motivator,
orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar sendiri.
c.
Konselor,
orang yang membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang
dihadapi oleh setiap siswa. Dengan demikian guru perlu mempunyai pemahaman yang
baik tentang karakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan
siswa, serta kecintaan pada anak agar dapat menjalankan peranannya dengan baik.
D. Pandangan Umum Filsafat Progresivisme
1. Pandangan
secara Ontologi
Asal
Hereby atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita yang amat luas tidak
terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan
manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
pengalaman manusia tentang penderitaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan dan
lain-lain adalah realita manusia hidup sampai mati, Pengalaman adalah suatu
sumber evolusi, yang berarti perkembangan, maju setapak demi setapak mulai dari
yang mudah-mudah menerobos kepada yang sulit-sulit (proses perkembangan yang
lama).
Pengalaman
adalah perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-perubahan. Manusia
akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan
berani bertindak. Ontology progresivisme mengandung pengertian dan kualitas
evolusionistis yang kuat, Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan
hidup adalah perjuangan tindakan dan perbuatan. Sifat-sifat pengalaman :
a.
Pengalaman itu dinamis adalah dalam kehidupan
terjadi perubahan yang terjadi terus menerus.
b.
Pengalaman
itu temporal adalah terjadi perubahan dan perbedaan pengalaman dari waktu
kewaktu.
c.
Pengalaman itu spatial adalah terjadi disuatu
tempat dalam lingkungan manusia.
d.
Pengalaman
itu pluralistis yaitu pengalaman itu terjadi seluas adanya interaksi sedalam
individu terlibat.
2. Pandangan
secara Epistemologi
Pengetahuan
adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kekuasaan yang terakumulasi
dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi pengalaman. Pengetahuan diperoleh
manusia baik seeara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala
realita dalam lingkun hidupnya, ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui
catatan (buku-buku, kepustakaan). Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu.
Epistimologi mengkaji tentang teori-teori pengetahuan, menangani persoalan
tentang sifat dasar pengetahuan manusi. Makin
sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita
dalam praktek, maka makin besar persiapan menghadapi tuntutan masa depan.
Pengetahuan harus disesuaikan dimodifikasi dengan realita baru di dalam
lingkungan. Kebenaran dan kemampuan suatu ide memecahkan masalah, kebenaran
adalah (sekuen dan pada sesuatu ide, realita pengetahuan dan daya guna.
Ada
tiga hal yang dibicarakan dalam Epistimologi Filsafat yaitu :
·
Objek
filsafat (yang dipikirkan)
·
Cara
memperoleh pengetahuan filsafat
·
Ukuran
kebenaran (pengetahuan ) filsafat.
ü Objek Filsafat
Tujuan
berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang terdalam. Susunan
hasil pemikiran disebut Sistematika Filsafat atau Struktur Filsafat yang
terdiri atas ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Isi setiap
cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti (dipikirkan). Jika
memikirkan pendidikan, jadilah filsafat pendidikan, dan seterusnya. Objek
penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sain sebab filsafat
meneliti objek yang Ada dan mungkin ada.
ü Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Berfilsafat
ialah berfirkir, dan berfikir itu menggunakan akal. Dari sini
timbul masalah apa itu“akal“. Akal ini diperdebatkan oleh ahli akal
(Locke,Voltaire, Will Durant, David Hume,dan sebagainya dan orang –orang yang
secara intesif mengunakan akalnya.Untuk itu mereka menerima bahwa “bahwa akal
itu ada”, dan ia bekerja berdasarkan suatu cara yang tidak begitu kita kenal.
Aturan kerjanyadisebut “ logika “. Sejauh akal itu bekerja menurut aturan
logika, agaknya kita dapat menerima kebenarannya. Kerja akal yaitu berfikir
mendalam, menghasilkan filsafat.
ü Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan
filsafat merupakan pengetahuan yang logis. Ukuran kebenaran filsafat
ialah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis benar, bila tidak logis,
salah. Ukuran logis tidaknya terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan
(teori). Argumen menjadi kesatuan dengan konklusi, dan konklusi ini
disebut teori filsafat. Bobot teori filsa fat terletak pada kekuatan argumen,
maka diterima pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu argumen. Kebenaran
konklusi ditentukan 100% oleh argumen.
3. Pandangan secara Aksiologi
Nilai
timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian adanya pergaulan.
Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi
yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, kecerdasan dari
individu-individu. Nilai itu benar atau salah, baik atau buruk dapat dikatakan
adalah menunjukkan kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam
pergaulan manusia.
4. Pandangan dari Sudut Budaya
Kebudayaan
sebagai hasil budi manusia, dalam berbagai bentuk dan manifestasinya, dikenal
sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu
berkembang dan berubah. Filsafat progresivisme menganggap bahwa pendidikan
telah mampu merubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman, sekaligus menolong manusia
menghadapi transisi antara zaman tradisional untuk memasuki zaman modern
(progresif).
Manusia
sebagai makhluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan
perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus
berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju. Kenyataan
menunjukkan bahwa pada zaman purbakala manusia hidup di pohon-pohon atau
gua-gua. Hidupnya hanya bergantung dengan alam. Alamlah yang mengendalikan
manusia. Dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa keingintahuan yang
terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dapat mengubah
alam menjadi sesuatu yang berguna. Alamlah yang dikendalikan oleh manusia.
Hidup manusia tidak lagi di pohon-pohon atau gua-gua, akan tetapi dengan
potensi akalnya manusia telah membangun gedung-gedung yang menjulang tinggi,
rumah-rumah mewah.
Filsafat
progresivisme yang memiliki konsep manusia memiliki kemampuan-kemampuan yang
dapat memecahkan problematika hidupnya, telah mempengaruhi pendidikan, di mana
dengan pembaharuan-pembaharuan pendidikan telah dapat mempengaruhi manusia
untuk maju (progress). Sehingga semakin tinggi tingkat berpikirnya manusia maka
semakin tinggi pula tingkat budaya dan peradaban manusia. Akibatnya anak-anak
tumbuh menjadi dewasa, masyarakat yang sederhana dan terbelakang menjadi
masyarakat yang komplek dan maju.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Progresivisme
adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran
ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar
di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak
bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Gerakan Progresivisme ini
sangat berpengaruh dalam pendidikan bangsa Amerika pada permulaan abad ke-20.
Progresivisme
memberikan perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan membosankan dari
sekolah atau pendidikan yang tradisional. Contoh: Progresivisme menolak
pendidikan yang bersifat otoriter, menolak penekanan atas disiplin yang keras,
menolak cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara
pendidikan yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan mastarakat kepada
generasi muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti.
Dari paparan
makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
·
Progresivisme
adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan
disekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai reaksi terhadap
pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan
pelajaran (subject-centered). Progresivisme menghendaki pendidikan yang pada
hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan hendaknya diartikan sebagai
rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus, agar peserta didik dapat berbuat
sesuatu yang inteligen dan mampu mengadakan penyesuaian dan pennyesuaian
kembali sesuai dengan tuntutan dari lingkungan.
·
Meskipun
Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan jelas
pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik
jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba yaitu melalui
pemikiran-pemikiran Hiraclitus, Socrates, Protagoras, dan Aristoteles. Kemudian
sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel dapat
disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme.
Sedangkan pada abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat
di Amerika Serikat diantaranya adalah Thomas Paine, Thomas Jefferson, Charles
S. Peirce.
·
Progresivisme
berpandangan bahwa tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak
dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan
otak dan hati. Mereka berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran
yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Metode
pendidikan yang biasa mereka pergunakan diantaranya adalah; Metode Pendidikan
Aktif, Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Metode Penelitian Ilmiah,
Pemerintahan Pelajar, Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Sekolah Sebagai
Laboratorium Pembaharuan. Mereka menganut prinsip pendidikan perpusat pada anak
(child-centered). Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai
Motivator, Fasilitator, dan Konselor.
B. Kritik dan Saran
Dari
makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua
umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya
dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih
banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan kritik nya
yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Usiono,
M.A, pengantar filsafat pendidikan, Jakarta : Hijri Pustaka
Utama, 2006.
Imam,
Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem Dan Metode, Yogyakarta : Andi
Offset, 1988.
Ali, Mudhofir,
1988, Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat, Yogyakarta : Liberty,
1990.
TIM Pengajar
UNIMED, Filsafat Pendidikan, Medan, 2011.
Zuhairini, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994.
Muhaimin, Wacana
Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004.
Muzayyin
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara,
2008.
Redja
Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2006.
Uyoh
Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar