BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah proses memproduksi sistem
nilai dan budaya kearah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan
kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual siswa. Dalam lembaga
formal, proses reproduksi sistem nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan
mediasi proses belajar mengajar sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu
mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan wawasan,
keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata pelajaran IPA.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalamanlangsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk inkuiri dan
berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dinyatakan bahwa, “Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di
SD/MI merupakan standar minimum yang secara
nasional harus dicapai oleh peserta didik
dan menjadi acuan dalam pengembangan
kurikulum di setiap satuan pendidikan” (Depdiknas,
2006:47). Pencapaian SK dan KD tersebut pada
pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan peserta
didik untuk membangun kemampuan,
bekerja ilmiah, dan
pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru dengan
berorientasi kepada tujuan kurikuler Mata Pelajaran IPA.
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah
suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam
satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar
merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar
penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai
sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses
belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar
itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi
lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan
membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran
tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat
untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas
manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja
keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat
jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta
terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan
sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan
manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Berdasarkan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah bahwa standar kompetensi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.
Menurut pandangan
konstruktivisme keberhasilan belajar bukan hanya bergantung lingkungan atau
kondisi belajar melainkan juga pada pengetahuan awal siswa. Pengetahuan itu
tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara
aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata, hal ini sesuai
dengan apa yang dilakukan oleh Piaget yaitu belajar merupakan proses adaptasi
terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu proses bergabungnya
stimulus kedalam struktur kognitif. Bila stimulus baru tersebut masuk kedalam
struktur kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses adaptasi yang
disebut kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah.
Proses komunikasi,
utamanya dalam lingkungan pendidikan formal (sekolah) seorang guru dituntut
untuk dapat menyampaikan atau menginformasikan pengetahuan yang dimilikinya
kepada siswa yang diajarnya (anak didik) dalam suatu kegiatan pembelajaran
dengan tujuan agar pengetahuan yang dimiliki guru dapat dikuasai oleh siswa.
Sehingga dengan adanya proses komunikasi tersebut guru diharapkan dapat
menyampaikan pengalamannya atau pengetahuannya kepada siswanya dan siswa pun
menerima atau memahami apa yang disampaikan oleh gurunya. Dengan demikian
kegiatan pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Kendatipun demikian upaya
tersebut tidak selalu sesuai apa yang kita harapkan, karena dalam kegiatan
pembelajaran proses komunikasi tidak selalu berjalan dengan lancar, bahkan
dapat menimbulkan kebingungan dan salah pengertian.
Upaya
untuk memotivasi
belajar anak sangat diarahkan kepada proses belajar mengajar, dalam hal ini
penggunaan media pembelajaran yang baik dan benar dalam rangka pencapaian
tujuan yang optimal disesuaikan dengan kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung. Karena adanya penataan dan perencanaan yang baik dan optimal
terutama dalam penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dalam proses
pembalajaran maka dapat menghasilkan siswa yang mempunyai potensi serta
memiliki kemampuan intelektual sehingga dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
Dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, banyak hal yang menuntut siswa untuk
mencari sesuatu yang belum diketahui sebelumnya. Di sisi lain guru berupaya
memperjelas dan memberikan kesan yang bermakna kepada siswa untuk memahami
materi yang dipelajarinya. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami
sendiri apa yang dipelajarinya.
Rendahnya
tingkat kemampuan siswa menguasai materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam karena
dalam proses belajar mengajar, yang diterapkan guru selama ini adalah dengan
cara memberikan materi tanpa menggunakan media, membacakan naskah pelajaran
sementara siswa di minta mendengarkan dan mencatat, sehingga menjadi siswa
hanya sekedar sebagai pendengar pasif dalam kelas yang menyebabkan siswa kurang
berminat, bahkan bisa kehilangan motivasi belajarnya. Dengan demikian, tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran atau hasil belajar yang diperoleh
siswa bisa berakibat rendah. Hal tersebut mengakibatkan hasil yang diperoleh
nilai pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada Ujian Ulangan harian Kelas II semester
I banyak yang tidak mencapai KKM, KKM yang ditetapkan adalah 62. Dari jumlah
siswa 30 orang hanya 6 orang (10%) yang mendapat nilai yang mencapai KKM. 24
orang (80%) yang tidak mencapai KKM.
Selama
ini peneliti kurang kreatif menggunakan media dalam pembelajaran. Peneliti
hanya menggunakan metode ceramah yang membuat siswa tidak bersemangat
mendengarkan materi yang disampaikan peneliti. Sedikit siswa yang tekun
mendengarkan penjelasan materi. Ada beberapa siswa yang asik mengobrol, ada
yang melamun, dan ada juga siswa yang keluar masuk kelas dengan alasan buang
air kecil.
Peneliti
merasa bersalah dengan keadaan kelas yang tidak. Timbul ide cemerlang peneliti
untuk menggunakan media sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Maka salah satu
cara yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi siswa adalah
dengan menggunakan media gambar yang membuat siswa lebih mudah mengerti dan
memahami materi yang disampaikan oleh peneliti. Penggunaan media gambar sangat
penting karena terkait dengan keberhasilan dan kemampuan siswa secara utuh.
Gambar
berwarna merupakan jenis media yang
dapat membantu siswa dalam belajar, sebab secara langsung siswa berhadapan
dengan objek yang sedang dipelajari. Selama ini di SD Swasta Mandiri
Medanmarelan tidak pernah belajar dengan menggunakan media gambar, utamanya
pada jenis jenis hewan, sehingga siswa kurang paham akan materi tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang
penggunaan media gambar dalam pembalajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya kelas II.
Berdasarkan
uraian permasalahan di atas, saya tertarik untuk mengangkat judul “ Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Mengidentifikasi mahluk hidup dengan Menggunakan Media
Gambar pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
dikelas II SD Swasta Mandiri Medanmarelan”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
Apakah dengan Menggunakan Media Gambar
dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa mengidentifikasi Mahluk Hidup pada
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas II
SD Swasta Mandiri Medanmarelan ?
C. Tujuan
penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui penggunaan
media gambar dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa mengidentifikasi
jenis hewan yang menguntungkan dan merugikan manusia pada pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam dikelas II SD Swasta Mandiri Medanmarelan
D. Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat penelitian adalah :
1.
Memberikan masukan pada guru akan pentingnnya media
dalam proses pembelajaran
2.
Dapat termotivasi dalam pembelajaran sehingga
mengurangi kebosanan dalam belajar.
3.
Kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA meningkat.
4.
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA meningkat
E. Pembatasan Masalah
Agar
penelitian ini mencapai sasaran penulis membatasi masalah yang akan diteliti.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa mengidentifikasi Mahluk Hidup dengan Menggunakan Media Gambar
pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Materi pokok Menyebutkan jenis hewan yang menguntungkan dan Membahayakan
Manusia dikelas II SD Swasta Mandiri Medanmarelan”
F. Variabel Penelitian
1. Keterampilan adalah kecerdasan
seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, dan berbicara.
2.
Media gambar adalah bahan atau alat bantu guru dalam menyampaikan suatau
materi pembelajaran berbentuk tiruan yang berstruktur dua dimensi menyerupai bentuk aslinya.
3. Hasil
belajar adalah perubahan prestasi siswa yang dicapai setelah kegiatan proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
A., dan Prasetya, J.T. 1997. Strategi Belajar Mengajar, Untuk Fakultas
Tarbiyah Komponen MKDK, Bandung : Pustaka Setia.
Arif Tiro, Muhammad. 2009. Dasar-Dasar
Statistika. Makassar: Badan
Penerbit
UNM.
Arikunto,
S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta.
Arsyad. 2002. Media pembelajaran. Jakarta
: Raja Grafindo
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas
untuk Guru. Bandung: Yrama
Widya.
Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 (model silabus kelas IV
Sekolah Dasar).
Djamarah, Syaiful Bahri.1999. Psikolog
Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Hamalik,
O. 1994. Media Pendidikan, Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hamalik. 2001. Media Pendidikan.
Bandung : Citra Aditia Bakti
Farida Hanum
Siregar. Meningkatkan
Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Gambar pada Pelajaran Sains Pokok Bahasan
Daur Air Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 07 Medan.
Slameto.2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta
Tarigan, Djago.
1996. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung : Angkasa.
Yendra
Kesuma Sbt, Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Penggunaan Media Gambar Berseri pada Materi Pokok Menulis Karangan
di Kelas IV SD Negeri 023902 Binjai Utara T.A 2011/2012 .
Yusufhadi
Miarso. Media Instruksional Pusat TKPK, Departemen Pendidikan dan kebudayaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar