ADS

Selasa, 08 Desember 2015

Proposal PTK IPA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang cukup pesat, namun dari kemajuan yang sudah tercapai masih saja ada masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan di negara . Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam prilakunya. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Pendidikan sebaiknya membuat siswa tertarik dan aktif dalam pembelajaran sehingga mampu membentuk manusia yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan   suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Bila melihat KTSP 2010 diketahui bahwa materi pelajaran yang dibahas pada mata pelajaran IPA cukup luas. IPA adalah sebuah mata pelajaran di mana pelajaran tersebut membahas tentang keadaan alam dan makluk hidup.  Berdasarkan data dokumentasi dari guru kelas V SDN 108076 Tanjung selamat diketahui bahwa dari beberapa materi pelajaran IPA yang dipelajari siswa di sekolah, ternyata materi ”Cahaya dan Sifat-sifatnya” merupakan materi pelajaran yang paling sulit dikuasai. Ini terlihat dari hasil belajar siswa pada materi tersebut masih di bawah standar ketuntasan belajar (<65). Hanya 2 dari 25 siswa yang tuntas belajar dan selebihnya tidak tuntas belajar. Demikian halnya dalam mempelajari materi tersebut terlihat siswa kurang termotivasi belajar. Ini ditandai dengan beberapa indikator seperti bercerita saat guru menerangkan pelajaran dan ada beberapa siswa yang terlihat mengantuk.
Hasil belajar merupakan perubahan prilaku  seseorang akibat belajar. Rendahnya hasil belajar materi Cahaya dan Sifat-sifatnya di atas memberikan indikasi bahwa tujuan pembelajaran IPA materi pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya belum terealisasi dengan baik. Apalagi hanya 2 siswa saja yang tuntas belajar. Ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut dan perlu segera dilakukan langkah perbaikan sehingga pada masa yang akan datang hasil belajar siswa pada materi Cahaya dan Sifat-sifatnya dapat ditingkatkan.
Guru dapat memilih metode mengajar yang tepat dalam proses belajar mengajar agar menjadi menarik dan menyenangkan bagi siswa. Di mana pengertian dari metode itu sendiri adalah cara yang dipakai untuk melaksanakan tujuan tertentu. Metode pengajaran merupakan faktor eksternal yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Efektif tidaknya metode pengajaran diterapkan ditentukan oleh pengetahuan dan penguasaan guru terhadap metode pengajaran.”  Banyak metode belajar mengajar yang digunakan oleh guru di sekolah, seperti : Metode Demonstrasi, Metode Diskusi, Metode Eksperimen Metode Tanya Jawab serta berbagai pembelajaran lainnya sehingga pencapaian tujuan pembelajaran yang di harapkan dapat tercapai. Untuk itu seorang guru harus benar – benar memiliki kompetensi dalam memilih metode apa yang tepat, efektif, dan efesien dalam mengerjakan isi materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai proses belajar – mengajar yang diharapkan.
Hasil survey dan wawancara dengan guru kelas V diketahui bahwa dalam pembelajaran mata pelajaran IPA khususnya materi pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya guru masih menerapkan metode ceramah. Sejauh ini pembelajaran masih didominasi oleh praktek-praktek  bahwa pengetahuan yang dipelajari siswa sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Pada proses pembelajaran masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Inilah diduga kuat sebagai faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa.
Adapun materi-materi yang dipelajari pada materi pokok ”Cahaya dan sifat-sifatnya” antara lain ”cahaya dapat merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan, dan cahaya terdiri dari warna-warna”. Materi-materi ini sangatlah sulit dipahami oleh siswa jika diterangkan hanya dengan menggunakan metode ceramah. Idealnya materi tersebut diterangkan dengan menggunakan metode eksperimen, yaitu siswa dapat membuktikan dengan pengamatannya secara langsung bagaimana sifat-sifat cahaya tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menganggap penting dengan melakukan penelitian untuk memperbaiki pengajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan metode belajar eksperimen. Metode Eksperimen adalah salah satu cara untuk mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disamapaikan ke kelas kemudian di evaluasi oleh guru. Metode ini menekankan pada kegiatan yang harus di alami sendiri, di cari dam menyelidiki sendiri kebenaran suatu objek. Siswa harus mengalami sendiri dan bukan hanya percaya atau mengandalkan keterangan guru ataupun penjelasan yang diuraikan dalam suatu buku pelajaran, yang tidak hanya menghapalkan diluar kepala dari buku – buku ataupun catatan – catatan yang diperoleh dari gurunya. Tujuan dari metode eksperimen adalah menemukan kebenaran melalui kesimpulan – kesimpulan yang tepat dari fakta yang dapat diamati atau diperoleh serta mendidik siswa untuk lebih teliti di dalam menganalisa sesuatu yang tidak begitu saja percaya pada suatu dugaan mengenai sesuatu.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ”Penggunaan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Dalam Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya di Kelas V SD.......  T.A .”

1.2.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di identifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.        Kemampuan belajar mata pelajaran IPA materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya masih rendah, hal itu disebabkan guru dalam menerangkan materi pelajaran masih menggunakan metode ceramah.
2.        Siswa tidak termotivasi mempelajari mata pelajaran IPA, hal itu disebabkan guru tidak pernah menerapkan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya.
3.        Kecenderungan siswa belajar IPA dengan menghapal.

1.3.  Pembatasan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Penggunaan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Dalam Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya di Kelas V SDN......”

1.4.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut  : Apakah penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar  IPA pada materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V SD...

1.5.  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen pada pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya tahun ajaran 2013/2014.
1.6.  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bebagai pihak, terutama:
1.        Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya.
2.        Bagi guru SD, dapat menjadi bahan masukan mengenai model pembelajaran IPA dengan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar  siswa.
3.        Bagi kepala sekolah, dapat menjadi bahan masukan dalam rangka memperbaiki pembelajaran di sekolah menjadi lebih baik lagi.
4.        Bagi peneliti  sebagai calon pendidik di SD,  dapat menjadi dasar acuan dalam memilih metode pembelajaran IPA yang tepat dan dapat menjadi bahan masukan yang berarti sebagai calon pendidik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1      Kerangka Teoritis
2.1.1        Pengertian Belajar
Belajar adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan pengetahuan dari apa yang telah di pelajari. Seseorang dikatakan belajar apabila adanya perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Trianto (2011:16) mengatakan, Belajar adalah perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karna pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya (Azhar Arsyad, 2009:1)
Dalam pembelajaran hasil belajar menurut Aunurrahman (2012:33) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar. Baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami atau tudak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita, merupakan kegiatan belajar. Meskipun belajar-mengajar dan pembelajaran menunjukkan kepada aktidavitas yang berbeda, namun keduaya bermuara pada tujuan yang sama. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran , namun pengaruh aktivitas pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya lebih mudah diamati.
Suprijono (2012:3) berpendapat bahwa belajar dapat dipahami sebagai proses mendapatkan pengetahuan. Dalam implementasinya, belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, prilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar.
Berdasaran pengertian belajar yang dikemukakan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa  belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah lau yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya, interaksi yang dimaksud adalah interaksi belajar-mengajar.
2.1.2    Pengertian Hasil Belajar
            Hasil belajar dapat diartikan sebagai prestasi belajar yang berarti hasil dari kemampuan seseorang dalam proses belajar, seseorang yang berprestasi, dalam belajar apabila menguasai studi, secara umum dan materi pokok secara khusus yang dipelajari dengan baik, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan aktivitas yang sadar akan tujuan yang pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan.
            Perubahan dalam diri individu yakni perubahan tingkah laku. Keberhasilan proses belajar sangat berpengaruh oleh guru yang mengajar, guru yang hendaknya menyiapkan pembelajaran yang menyenangkan dan menghasilkan pengetahuan bagi siswa. Sebelum itu guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien mengenai tujuan yang diharapkan.
            Menurut Suprijono (2012:5) Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu ”hasil” dan ”belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat melakukan suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya infut fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan menjadi barang jadi (Purwanto, 2009:44).
Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku merupakan suatu perubahan yang dapat diamati. Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamat (Aunurrahman 2012:37)
Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diminati dan disadari. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran, yaitu tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar dan mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
2.1.3        Materi Pembelajaran Cahaya dan Sifat-sifatnya
            Cahaya pada dasarnnya bersifat plolikromatis (cahaya putih) namun dapat diuraikan menjadi bebeberapa spektrum warna.
Sarjan (2004:15) berpendapat:
Cahaya matahari atau cahaya senter merupakan cahaya putih atau disebut juga dengan cahaya polikromatis. Cahaya putih dapat diuraikan menjadi susunan warna-warna. Susunan warna-warna tersebut disebut dengan spektrum warna. Warna-warna cahaya yang dibentuk oleh cahaya putih yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu ketujuh warna-warna tersebut disebut dengan cahaya monokromatis karena tidak dapat diuraikan lagi menjadi warna yang lain (cahaya tunggal). Penguraian dan pemantulan cahaya dapat terjadi di sekitar kita. Peristiwa itu muncul bersama dengan  peristiwa yang lain. Ketika terjadi hujan maka beberapa saat akan muncul pelangi karena cahaya matahari mengenai butir-butir air di udara.
Pada siang hari keadaan terang, semua benda tampak jelas. Ada yang berwarna merah, hijau, biru dan kuning. Semua itu di sebabkan oleh adanya matahari. Dengan adanya cahaya, kita dapat membaca, menulis, dan melihat benda-benda di sekeliling kita. Tanpa cahaya semua warna akan tampak hitam sehingga kita akan kesulitan melihatnya. Kita dapat melihat suatu benda jika benda itu dikenai oleh cahaya dan sebagian cahaya yang mengenai benda itu dipantulkan ke mata kita. Jadi, cahaya dan penglihatan saling berhubungan. Ketika tidak ada cahaya matahari keadaan tampak gelap dan untuk menjadikan suasana terang, orang menciptakan lampu. Dari masa ke masa orang berusaha menciptakan alat penerngan yang lebih praktis.
Cahaya adalah bentuk gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan dari perpaduan medan listrik dengan medan magnet. Cahaya dapat merambat akibat perpaduan kedua medan tersebut. Jadi, gelombang elektromagnetik tidak harus memerlukan medium ketika merambat. Dengan perkataan lain, gelombang elektromagnetik dapat merambat di ruang hampa.
Menurut Sarjan (2004:18) cahaya sebagai gelombang elektromagnetik mempunyai sifat sebagai berikut:
1)   Cahaya merambat dengan memilih waktu tercepat. Dalam  medium yang sama  waktu tercepatnya (jalan terpendeknya) berupa garis lurus. Jika melintasi medium yang berbeda waktu tercepatnya akan membelok, kecuali jika sinar dijatuhkan tegak lurus terhadap batas  kedua medium.   2) Cahaya dapat dipantulkan oleh benda. Jika dipantulan benda tersebut mengenai mata, maka kita dapat melihatnya. 3) Cahaya dapat dibiaskan (diteruskan atau dibelokkan) jika melalui  dua  medium yang berbeda kerapatannya. 4) Cahaya dapat berdifraksi dan berinterferensi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat merambat dalam waktu yang cepat, dapat dipantulkan oleh benda, dapat dibiaskan serta dapat berdifraksi dan berinterferensi.
            Cahaya memiliki beberapa sifat, diantaranya adalah :
1.      Cahaya dapat Merambat Lurus
Artinya adalah cahaya yang keluar dari sumbernya akan bergerak lurus seperti garis dan tidak berkelok-kelok. Menurut Nurhayati, Nunung (2006:36) cahaya dapat merambat melalui ruang hampa udara, udara, air jernih, kaca atau benda yang disebut tembus cahaya. Cahaya merambat lurus dapat dibuktikan ketika kita menyalakan lampu senter. Cahaya dari lampu senter akan merambat lurus.
2.      Cahaya dapat Menembus Benda Bening
Menurut Nurhayati, Nunung (2006:37), dalam kehidupan sehari-hari kita melihat bahwa cahaya dapat menembus benda bening. Benda bening adalah benda yang dapat meneruskan sebagian besar cahaya yang diterimanya. Air jernih, kaca, plastik merupakan benda bening sehingga cahaya (sinar matahari) dapat menembusnya. Sedangkan kayu, tembok, triplek bukan merupakan benda bening atau termasuk benda gelap sehingga cahaya tidak bisa melewatinya. Cahaya menembus benda bening dapat terlihat jika kita menerawangkan plastik bening ke arah sinar lampu. Sinar tersebut dapat kita lihat karena cahaya dapat menembus benda bening. Jika cahaya mengenai benda yang gelap (tidak bening) misalnya poto, tangan, mobil, maka akan membentuk bayangan.

3.      Cahaya dapat Dipantulkan
Seringkali kita melihat pantulan  cahaya yang disebabkan oleh permukaan air atau permukaan benda-benda lainnya yang mengkilap maupun permukaannya yang sangat halus. Oleh sebab itu, dapat dinyatakan bahwa suatu cahaya yang datang pada suatu permukaan benda, cahaya tersebut akan dipantulkan oleh permukaan itu. Kondisi cahaya yang dipantulkan  akan sangat bergantung pada kondisi permukaan benda dan bentuk  dari permukaan. Pemantulan akan terjadi apabila berkas-berkas cahaya mengenai permukaan benda yang  licin atau mengkilap sehingga berkas-berkas cahaya tersebut akan dipantulkan secara teratur.
4.      Cahaya dapat Dibiaskan
Bila cahaya merambat melalui dua medium atau zat perantara yang berlainan kerapatannya, maka cahaya tersebut akan dibiaskan dan terjadi penyimpangan arah cahaya
Contoh-contoh peristiwa pembiasan cahaya di dalam kehidupan sehari-hari menurut pendapat Nurhayati dan Nunung (2006:38), yaitu:  Pensil yang dimasukkan ke dalam gelas berisi air akan kelihatan patah atau bengkok seolah-olah pensil itu tidak lurus, dasar kolam renang kelihatan lebih dangkal dari yang sebenarnya, bintang di langit akan tampak lebih tinggi dari yang sebenarnya, dan cahaya terdiri dari Beberapa Warna.



2.1.4    Metode Eksperimen
a.      Pengertian Metode Eksperimen
            Metode eksperimen merupakan salah satu metode pengajaran yang banyak digunakan pada mata pelajaran IPA atau eksakta lainnya. Ini disebabkan untuk menanamkan konsep materi kepada siswa diperlukan penjelasan secara konrit melalui metode eksperimen.
Sagala (2009:220), ”Metode eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu .” Selanjutnya Ahmadi (2006:48) mengatakan, ”Metode eksperimen adalah metode pengajaran di mana guru dan murid bersama-sama mengerjakan dan mengamati sesuatu yang dipelajarinya.” 
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran di mana guru dan siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan.
b.      Tujuan Metode Eksperimen
Menurut Depdiknas (2006:22), disebutkan:
Mata pelajaran IPA sebagai proses pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inquiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Pembelajaran  yang digunakan dalam pembelajaran IPA menurut kurikulum 2006 berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan ”apa yang akan dipelajari” ke ”bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman siswa”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan dan nara sumber lain.
Menurut Roestiyah (2008:80) tujuan dari metode ekaperimen pada proses belajar mengajar mata pelajaran IPA, yaitu:
Agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan – persalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri dan juda siswa dapat terlatih dalam cara berfikr yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Berangkat dari tujuan penggunan metode eksperimen di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan penggunaan metode ekperimen dalam pembelajaran untuk membuktikan teori sehingga siswa benar-benar mempercayai dan memahami teori-teori yang dipelajarinya selama ini. Selain itu penggunaan metode eksprimen mengajak siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya serta menimbulkan cara berpikir rasional dan ilmiah.


c.       Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Eksperimen
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk melaksankan kegiatan dalam suatu tugas atau pekerjaan agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan. Metode eksperimen adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran di mana guru dan siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan.
Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Oleh karena itu dengan menggunakan metode eksperimen, diharapkan hasil belajar siswa akan semakin meningkat pada materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya. Agar tujuan pembelajaran materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya tercapai dengan baik, diperlukan langkah-langkah penggunaan metode eksperimen.
Sanjaya (2006:34) mengemukakan langkah-langkah penggunaan metode eksperimen yaitu:
Tahap Persiapan:
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Persiapkan garis besar langkah-langkah eksperimen yang akan dilakukan. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan eksperimen.
Tahap Pelaksanaan:
a)    Lakukan kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya mengandung pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga siswa tertarik untuk melakukan atau memperhatikan proses eksperimen. b) Cipakan suasna yang kondusif sehingga siswa nyaman belajar. c) yakinkan semua siswa mengiktui jalannya eksperimen. d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses dan hasil eksperimen tersebut.
Tahap akhir:
Apabila eksperimen telah selesai dilakukan, proses pembelajaran dilakukan dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru melakukan evaluasi bersama siswa. Di sini guru dapat memberikan tes sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.
d.      Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen
            Roestiyah (2008:82) mengemukakan beberapa kelebihan metode eksperimen yaitu :
1) dengan bereksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah dalam pembelajaran, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula apa kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannta, 2) mereka lebih aktif berfikir dan berbuat, 3) di samping memperoleh ilmu pengetahuan, siswa juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan, 4) mengubah cara berfikir siswa menjadi lebih baik.
            Dari kelebihan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam hal ini siswa akan dilatih menghadapi masalah, aktif berbuat dan menarik suatu kesimpulan.
Selanjutnya Sagala (2009:220) mengungkakan beberapa kelemahan metode eksperimen yaitu:
1)   Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah, 2) setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentuyang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian,dan 3) sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir.
            Dari kekurangan diatas, peneliti menyimpulkan agar nantinya para peneliti atau calon guru benar-benar memperhatikan sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam menjalankan metode eksperimen.
e.    Dasar Teori Penggunaan Metode Eksperimen
Berdasarkan Teori Para Ahli Pendidikan, diantaranya:
            Menurut Neman dan Logan yang dikutip oleh Sardiman (2001:15), dalam strategi dasar belajar mengajar meliputi empat masalah yang dapat diterapkan dalam konteks pendidikan yaitu:
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik yang bagaimana diharapkan. Memilih sistem metode belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat, efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan oleh seorang guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.      
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman pelaksanaan kegiatan belajar mengajar supaya berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Pada point kedua dapat diterangkan lebih lanjut, bahwa bagaimana cara kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari dua orang dengan pendekatan berbeda akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu.
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Tatih (2010) yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD........ pada Materi pokok Gaya Dapat Mengubah Gerak Suatu Benda dengan Menggunakan Metode Eksperimen” menyimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD ....yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar dari 62,25 (sebelum penelitian) menjadi 75,00 pada akhir siklus II.


2.2    Kerangka Konseptual
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar siswa dipengaruh oleh beberapa faktor salah satunya adalah metode pembelajaran. Penggunaan metode disesuai dengan tujuan dan sifat materi pelajaran. Metode pembelajaran sangat kompleks salah satunya adalah metode eksperimen, yaitu metode yang yang dilakukan dngan melibatkan siswa secara langsung sehingga siswa mengamati proses dan hasil yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah dasar kelas V. Dalam proses pembelajarannya, mata pelajaran IPA sangat menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa lebih memahami alam sekitar serta menimbulkan cara berpikir rasional dan ilmiah dengan membuktikan fakta-fakta sebagai pengembangan teori yang telah dipelajari. Untuk itu metode yang tepat diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah metode eksperimen.
Penerapan pembelajaran metode eksperimen akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemaknaan sebuah pembelajaran akan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Melalui metode eksperimen siswa menemui hubungan yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis dalam konteks dunia nyata. Dengan demikian siswa semakin memahami dan mampu memaknai sesuatu hasil pembelajaran IPA, dan hasil belajar siswa dapat ditingkakan dengan diterapkan metode eksperimen.
2.3         Hipotesis Tindakan
Untuk menjawab permasalahan dari Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diambil hipotesis tindakan yakni: Jika guru menggunakan metode eksperimen maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifantya pada kelas V SD.....


















BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.  Jenis Penelitian
            Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom research action). Di mana peneliti memberikan tindakan kepada subjek yang diteliti yaitu siswa kelas V  dan guru bertindak sebagai observator.
3.2.    Lokasi dan Waktu Penelitian
      Penelitian ini akan direncanakan di kelas V.... Waktu pelaksanakan penelitian pada bulan Maret .... tahun ajaran... .
3.3.  Subjek dan objek Penelitian
            Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD..... Tanjung selamat yang berjumlah  25 orang di mana laki-laki berjumlah 12 orang dan perempuan berjumlah 13 orang.  Peneliti menggunakan metode eksperimen untuk meningkatkan  hasil belajar siswa.
3.4. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini memiliki tahap-tahap penelitian. Penelitian tindakan kelas ini direncanakan 2 siklus.
Siklus I
Adapun proses penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti mengacu pada tahapan PTK yang dikemukakan oleh Kemmis sebagai berikut :
a.      Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan meliputi:
-          Mempersiapkan materi pembelajaran IPA materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya.
-          Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
-          Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
-          Membuat lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
b.      Tindakan (Action)
Pada tahap tindakan kegiatan yang dilakukan meliputi:
-          Memberikan Pretes kepada siswa
-          Mengolah  hasil pretes.
-          Mengembangkan hasil analisis tes.
-          Melaksanakan proses pembelajaran melalui pendekatan sains teknologi masyarakat dengan sebelumnya menerangkan sedikit tentang system pelaksanaan pembelajaran.
c.       Pengamatan (Observation)
Tahap ini peneliti meminta bantuan seorang pengamat untuk mengamati dan mendokumentasikan aktivitas siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamat dilengkapi dengan lembar pedoman observasi untuk memperoleh data yang dibutuhkan berkaitan dengan tindakan penelitian.
d.      Refleksi (reflection)
Pada tahap refleksi hal-hal yang dilakukan adalah:
-          Memberikan postes
-          Menganalisis hasil tes dan keterlaksanaan rencana pelaksanaan pengajaran.
-          Menganalisis hasil observasi
-          Melakukan penyimpulan hasil tes dan observasi.
Hasil dari refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki tahap perencanaan pada siklus II.
Siklus II
      Setelah diketahui hasil postes dari siklus II, maka akan diadakan siklus II demi peningkatan hasil belajar dari siklus I sebagai berikut :
a.   Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan meliputi:
-          Mempersiapkan materi pembelajaran IPA materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya.
-          Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
-          Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
-          Membuat lembar observasi guna melihat aktivitas siswa dalam pembelajaran.
b. Tindakan (Action)
Pada tahap tindakan pada siklus II ini  kegiatan yang dilakukan meliputi:
-          Memberikan Pretes kepada siswa
-          Mengolah  hasil pretes.
-          Mengembangkan hasil analisis tes.
-          Melaksanakan proses pembelajaran melalui pendekatan sains teknologi masyarakat dengan sebelumnya menerangkan sedikit tentang system pelaksanaan pembelajaran.
c.  Pengamatan (Observation)
Tahap ini peneliti meminta bantuan seorang pengamat untuk mengamati dan mendokumentasikan aktivitas siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamat dilengkapi dengan lembar pedoman observasi untuk memperoleh data yang dibutuhkan berkaitan dengan tindakan penelitian.
d.  Refleksi (reflection)
Pada tahap refleksi ini kegiatan yang dilakukan meliputi:
-          Memberikan postes
-          Menganalisis hasil tes dan keterlaksanaan rencana pengajaran.
-          Menganalisis hasil observasi
-          Melakukan penyimpulan hasil tes dan observasi.
3.5.   Desain Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas maka penelitian ini memiliki tahap-tahap penelitian berupa siklus. Dalam setiap siklus ada dua kali pertemuan, sehingga dua kali siklus ada empat kali pertemuan. Dan setiap siklus di laksanakan dengan perubahan yang ingin dicapai. Seperti skema pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) berikut di bawah ini



 




                                                                                                                       








 








                                                                                                                    

Gambar 3.1 : Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Zainal Aqib (2006)
3.6.        Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian di lapangan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.         Lembar pengamatan (observasi), lembar ini digunakan untuk mengobservasi aktifitas siswa dan guru selama pembelajaran.
b.        Postes, pada setiap akhir siklus digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa.


3.7.        Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam pengambilan data yang diperlukan. Untuk mengetahui meningkatnya hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen berikut dengan kegiatan pembelajaran yang berlangsung, peneliti melakukan penggumpulan data dengan cara :
a.    Tes.
 Tes adalah alat untuk memperoleh nilai siswa dengan cara memberikan tes tertulis berbentuk essay kepada siswa. Jumlah soal masing-masing tes untuk setiap akhir pembelajaran adalah 5 soal.
b.   Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek penelitian. Observasi yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap seluruh kegiatan pembelajaran dengan melihat kemampuan guru menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran mata pelajaran IPA materi pokok Cahaya dan sifat-sifatnya. Selanjutnya keaktifan siswa dalam belajar juga dinilai dalam penelitian ini.
3.8.   Teknik Analisis Data
Teknik analisis adalah cara yang dilakukan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil temuan penelitian. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif  (rata–rata dan persentase) dengan langkah– langkah sebagai berikut :
a.        Data hasil tes
Data hasil tes dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1.        Melakukan pengecekan data hasil pre tes hingga pos tes  hasil pembelajaran siklus II.
2.        Memberikan penilaian jawaban siswa dengan ketentuan jawaban benar sempurna nilai 2, jawaban kurang sempurna nilai 1, dan jawaban salah nilai 0.  Selanjutnya nilai hasil tes dilakukan dengan menggunakan rumus :
Jumlah skor siswa
                                x 100
  Skor maksimal
3.        Menganalisis data hasil belajar siswa dengan rumus persentase :
P = f/n x 100 %                (Sudijono, 2007)
Ket :         P  :  Jumlah persentase siswa yang mengalami perubahan
            n  :  Jumlah siswa keseluruhan
            f  :  Jumlah siswa yang mengalami perubahan
Kriteria jumlah persentase : jumlah persentase  0 ≤ 64 %  rendah, 65 ≥ 84 %  sedang, serta 85 ≥ 100 %  tinggi, serta ketuntasan secara klasikla    85 %,
4.        Menganalisis ketuntasan belajar siswa dengan rumus :
PPH = B / N x 100           (Sodijono, 2007)
       Ket  :       
PPH          :  Persentase penilaian hasil
     B         :  Skor yang diperoleh
     N         :  Skor total
Kriteria perolehan nilai : nilai perolehan    65 artinya siswa tuntas serta, nilai perolehan  < 65 artinya siswa mengalami kegagalan (belum tuntas),
5.        Menentukan distribusi bergolong nilai hasil belajar siswa dengan rumus :
       Banyak Kelas  =  1 + (3,3) x  log n,
6.        Menyajikan data efektivitas penggunaan metode eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam bentuk tabel ataupun teks,
7.        Membandingkan hasil belajar siswa sebelum (pre tes) dan sesudah siklus pembelajaran (post tes).
8.        Pengambilan kesimpulan berdasarkan temuan dari data yang telah diperoleh.
b. Data Hasil Observasi
Data hasil observasi dilakukan dengan menganalisis kemampuan guru mengajar menggunakan metode eksperimen dan keaktifan siswa belajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Keaktifan belajar siswa dilakukan dengan menggunakan rumus:
                     Skor keaktifan siswa
Keaktifan belajar =                                                 ... (Djamarah, 2005:74)
                                    Jumlah aspek

Adapun aspek – aspek yng dinilai dalam mengobservasi siswa adalah :
Aspek-aspek
Indikator Pencapaian Kompetensi


1.     Aktif dalam belajar


2.     Aktif dalam mengemukakan pendapat


3.     Aktif dalam kegiatan diskusi




4.     Aktif dalam bertanya




5.     Ketelitian dalam mengerjakan soal


6.     Berani menjawab pertanyaan

o    Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).
o    Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung).

o    Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.
o    Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna.

o    Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
o    Menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.
o    Memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai
o    Menggunakan bahan/benda yang sesuai.
o    Membuat karya/model yang sesuai dengan rancangan.

o    Menguji cara kerja model yang dibuat.
o    Memodifikasi hasil rancangan untuk menghasilkan karya/model yang terbaik.

o    Menerapkan prinsip keselamatan kerja




3.9. Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan  mulai dari bulan Maret s/d Mei 2014, di mana kegiatan ini dicantumkan jadwalnya sebagai berikut:


No


Kegiatan
Bulan/Minggu
Maret
April
Mei
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Persiapan proposal









2.
Seminar











3.
Siklus I












Perencanaan











Tindakan
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Tes













































Observasi











Refleksi











4.
Siklus II












Perencanaan











Tindakan
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Tes













































Observasi











Refleksi











5.
Analisa Data











6.
Penyusunan Laporan












DAFTAR PUSTAKA
 

Suprijono, Agus. 2012. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Ahmadi, Abu. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Pontianak: Alfabeta
Depdiknas. 2002. Pengembangan Kurikulum Dan Sistem Pengujian Berbasis Kompetensi. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005.  Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurhayati Nur dan Nunung E. 2006. Sains Untuk Kelas V. Surakarta: Impresso.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sardiman. N. 2001. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sarjan. 2004.  Rangkuman Ilmu Pengetahuan Alam. Surabaya: Karika.
Sarjan, et all. 2004. Buku Paket Sains V Untuk Kelas 5 Sekolah dasar dan
            Madrasah Ibtidaiyah. Klaten: CV. Sahabat.
Sudijono, Anas. 2007.  Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
            Widiasaran.
Trianto. 2011. Mendisain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif. Surabaya:
            Kencana
 
semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar