BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan di Indonesia saat ini mengalami kemajuan
yang cukup pesat, namun dari kemajuan yang sudah tercapai masih saja ada
masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan di negara .
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita
adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Belajar
merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk
mendapatkan perubahan dalam prilakunya. Dalam
proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan
berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak
untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu
untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Pendidikan sebaiknya membuat siswa tertarik dan aktif
dalam pembelajaran sehingga mampu membentuk manusia yang memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Bila melihat KTSP
2010 diketahui bahwa materi pelajaran yang dibahas pada mata pelajaran IPA
cukup luas. IPA adalah sebuah mata pelajaran di mana pelajaran tersebut
membahas tentang keadaan alam dan makluk hidup.
Berdasarkan data dokumentasi dari guru kelas V SDN 108076 Tanjung
selamat diketahui bahwa dari beberapa materi pelajaran IPA yang dipelajari
siswa di sekolah, ternyata materi ”Cahaya dan Sifat-sifatnya” merupakan materi
pelajaran yang paling sulit dikuasai. Ini terlihat dari hasil belajar siswa
pada materi tersebut masih di bawah standar ketuntasan belajar (<65). Hanya
2 dari 25 siswa yang tuntas belajar dan selebihnya tidak tuntas belajar.
Demikian halnya dalam mempelajari materi tersebut terlihat siswa kurang
termotivasi belajar. Ini ditandai dengan beberapa indikator seperti bercerita
saat guru menerangkan pelajaran dan ada beberapa siswa yang terlihat mengantuk.
Hasil belajar
merupakan perubahan prilaku seseorang
akibat belajar. Rendahnya hasil belajar materi Cahaya dan Sifat-sifatnya di
atas memberikan indikasi bahwa tujuan pembelajaran IPA materi pokok Cahaya dan
Sifat-sifatnya belum terealisasi dengan baik. Apalagi hanya 2 siswa saja yang
tuntas belajar. Ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut dan perlu segera
dilakukan langkah perbaikan sehingga pada masa yang akan datang hasil belajar
siswa pada materi Cahaya dan Sifat-sifatnya dapat ditingkatkan.
Guru dapat memilih
metode mengajar yang tepat dalam proses belajar mengajar agar menjadi menarik
dan menyenangkan bagi siswa. Di mana pengertian dari metode itu sendiri adalah
cara yang dipakai untuk melaksanakan tujuan tertentu. Metode pengajaran
merupakan faktor eksternal yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Efektif tidaknya metode pengajaran diterapkan ditentukan oleh pengetahuan dan
penguasaan guru terhadap metode pengajaran.”
Banyak metode belajar mengajar yang digunakan oleh guru di sekolah,
seperti : Metode Demonstrasi, Metode Diskusi, Metode Eksperimen Metode Tanya
Jawab serta berbagai pembelajaran lainnya sehingga pencapaian tujuan
pembelajaran yang di harapkan dapat tercapai. Untuk itu seorang guru harus
benar – benar memiliki kompetensi dalam memilih metode apa yang tepat, efektif,
dan efesien dalam mengerjakan isi materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai
proses belajar – mengajar yang diharapkan.
Hasil survey dan
wawancara dengan guru kelas V diketahui bahwa dalam pembelajaran mata pelajaran
IPA khususnya materi pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya guru masih menerapkan
metode ceramah. Sejauh ini pembelajaran masih didominasi oleh praktek-praktek bahwa pengetahuan yang dipelajari siswa
sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Pada proses pembelajaran
masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah
menjadi pilihan utama strategi belajar. Inilah diduga kuat sebagai faktor
penyebab rendahnya hasil belajar siswa.
Adapun
materi-materi yang dipelajari pada materi pokok ”Cahaya dan sifat-sifatnya”
antara lain ”cahaya dapat merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening,
cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan, dan cahaya terdiri dari
warna-warna”. Materi-materi ini sangatlah sulit dipahami oleh siswa jika
diterangkan hanya dengan menggunakan metode ceramah. Idealnya materi tersebut
diterangkan dengan menggunakan metode eksperimen, yaitu siswa dapat membuktikan
dengan pengamatannya secara langsung bagaimana sifat-sifat cahaya tersebut.
Berdasarkan uraian
di atas maka peneliti menganggap penting dengan melakukan penelitian untuk
memperbaiki pengajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
menggunakan metode belajar eksperimen. Metode Eksperimen adalah salah satu cara
untuk mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal
mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disamapaikan ke kelas kemudian di evaluasi oleh guru. Metode ini
menekankan pada kegiatan yang harus di alami sendiri, di cari dam menyelidiki
sendiri kebenaran suatu objek. Siswa harus mengalami sendiri dan bukan hanya
percaya atau mengandalkan keterangan guru ataupun penjelasan yang diuraikan
dalam suatu buku pelajaran, yang tidak hanya menghapalkan diluar kepala dari
buku – buku ataupun catatan – catatan yang diperoleh dari gurunya. Tujuan dari
metode eksperimen adalah menemukan kebenaran melalui kesimpulan – kesimpulan
yang tepat dari fakta yang dapat diamati atau diperoleh serta mendidik siswa
untuk lebih teliti di dalam menganalisa sesuatu yang tidak begitu saja percaya
pada suatu dugaan mengenai sesuatu.
Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang ”Penggunaan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Dalam Materi
Cahaya dan Sifat-Sifatnya di Kelas V SD....... T.A .”
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas maka dapat di identifikasi beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1.
Kemampuan
belajar mata pelajaran IPA materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya masih rendah,
hal itu disebabkan guru dalam menerangkan materi pelajaran masih menggunakan
metode ceramah.
2.
Siswa
tidak termotivasi mempelajari mata pelajaran IPA, hal itu disebabkan guru tidak
pernah menerapkan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA materi pokok cahaya
dan sifat-sifatnya.
3.
Kecenderungan
siswa belajar IPA dengan menghapal.
1.3. Pembatasan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini dibatasi
pada ”Penggunaan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran IPA Dalam Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya di Kelas V SDN......”
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan
masalah, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut : Apakah penggunaan metode eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar IPA pada
materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya pada siswa kelas V SD...
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode eksperimen pada pelajaran IPA materi cahaya dan
sifat-sifatnya tahun ajaran 2013/2014.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
bebagai pihak, terutama:
1.
Bagi siswa, diharapkan dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya materi pokok cahaya
dan sifat-sifatnya.
2.
Bagi guru SD, dapat menjadi
bahan masukan mengenai model pembelajaran IPA dengan metode eksperimen untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
3.
Bagi kepala sekolah, dapat
menjadi bahan masukan dalam rangka memperbaiki pembelajaran di sekolah menjadi
lebih baik lagi.
4.
Bagi peneliti sebagai calon pendidik di SD, dapat menjadi dasar acuan dalam memilih
metode pembelajaran IPA yang tepat dan dapat menjadi bahan masukan yang berarti
sebagai calon pendidik.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1
Pengertian Belajar
Belajar adalah aktivitas yang dilakukan secara
sadar untuk mendapatkan pengetahuan dari apa yang telah di pelajari. Seseorang
dikatakan belajar apabila adanya perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Trianto (2011:16) mengatakan, Belajar adalah perubahan pada individu yang
terjadi melalui pengalaman, dan bukan karna pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi
karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu,
belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Salah satu pertanda bahwa
seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri
orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya (Azhar Arsyad, 2009:1)
Dalam pembelajaran hasil belajar menurut
Aunurrahman (2012:33) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas kehidupan
manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar.
Baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu
kelompok tertentu. Dipahami atau tudak dipahami, sesungguhnya sebagian besar
aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita, merupakan kegiatan belajar.
Meskipun belajar-mengajar dan pembelajaran menunjukkan kepada aktidavitas yang
berbeda, namun keduaya bermuara pada tujuan yang sama. Belajar mungkin saja
terjadi tanpa pembelajaran , namun pengaruh aktivitas pembelajaran dalam
belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya lebih mudah diamati.
Suprijono (2012:3) berpendapat bahwa belajar dapat
dipahami sebagai proses mendapatkan pengetahuan. Dalam implementasinya, belajar
adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, prilaku dan keterampilan
dengan cara mengolah bahan ajar.
Berdasaran pengertian belajar yang dikemukakan di
atas maka peneliti menyimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah lau yang secara keseluruhan, sebagai hasil
pengamatan individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya,
interaksi yang dimaksud adalah interaksi belajar-mengajar.
2.1.2 Pengertian
Hasil Belajar
Hasil belajar dapat diartikan
sebagai prestasi belajar yang berarti hasil dari kemampuan seseorang dalam
proses belajar, seseorang yang berprestasi, dalam belajar apabila menguasai
studi, secara umum dan materi pokok secara khusus yang dipelajari dengan baik,
diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah
dihasilkan selama seseorang tidak melakukan aktivitas yang sadar akan tujuan
yang pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan.
Perubahan dalam diri individu yakni
perubahan tingkah laku. Keberhasilan proses belajar sangat berpengaruh oleh
guru yang mengajar, guru yang hendaknya menyiapkan pembelajaran yang
menyenangkan dan menghasilkan pengetahuan bagi siswa. Sebelum itu guru harus
memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien mengenai
tujuan yang diharapkan.
Menurut Suprijono (2012:5) Hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar sebagai ukuran untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan untuk
mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran
menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Hasil belajar dapat
dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu ”hasil” dan
”belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat
melakukan suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya infut
fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya
kegiatan mengubah bahan menjadi barang jadi (Purwanto, 2009:44).
Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah
laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan
tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku merupakan suatu perubahan yang dapat diamati. Akan tetapi juga
tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar
tersebut dapat diamat (Aunurrahman 2012:37)
Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan
hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan
tingkah laku individu yang diminati dan disadari. Salah satu lingkungan belajar
yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas
pengajaran, yaitu tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar dan
mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu hasil belajar
siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa
setelah melakukan kegiatan belajar meliputi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap.
2.1.3
Materi Pembelajaran Cahaya dan
Sifat-sifatnya
Cahaya
pada dasarnnya bersifat plolikromatis (cahaya putih) namun dapat diuraikan menjadi
bebeberapa spektrum warna.
Sarjan
(2004:15) berpendapat:
Cahaya matahari atau cahaya
senter merupakan cahaya putih atau disebut juga dengan cahaya polikromatis.
Cahaya putih dapat diuraikan menjadi susunan warna-warna. Susunan warna-warna
tersebut disebut dengan spektrum warna. Warna-warna cahaya yang dibentuk oleh
cahaya putih yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu ketujuh
warna-warna tersebut disebut dengan cahaya monokromatis karena tidak dapat
diuraikan lagi menjadi warna yang lain (cahaya tunggal). Penguraian dan
pemantulan cahaya dapat terjadi di sekitar kita. Peristiwa itu muncul bersama
dengan peristiwa yang lain. Ketika
terjadi hujan maka beberapa saat akan muncul pelangi karena cahaya matahari
mengenai butir-butir air di udara.
Pada siang hari keadaan terang, semua benda tampak jelas.
Ada yang berwarna merah, hijau, biru dan kuning. Semua itu di sebabkan oleh
adanya matahari. Dengan adanya cahaya, kita dapat membaca, menulis, dan melihat
benda-benda di sekeliling kita. Tanpa cahaya semua warna akan tampak hitam
sehingga kita akan kesulitan melihatnya. Kita dapat melihat suatu benda jika
benda itu dikenai oleh cahaya dan sebagian cahaya yang mengenai benda itu
dipantulkan ke mata kita. Jadi, cahaya dan penglihatan saling berhubungan. Ketika tidak ada cahaya matahari
keadaan tampak gelap dan untuk menjadikan suasana terang, orang menciptakan
lampu. Dari masa ke masa orang berusaha menciptakan alat penerngan yang lebih
praktis.
Cahaya adalah bentuk gelombang elektromagnetik yang dapat
ditangkap oleh mata. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan
dari perpaduan medan listrik dengan medan magnet. Cahaya dapat merambat akibat
perpaduan kedua medan tersebut. Jadi, gelombang elektromagnetik tidak harus
memerlukan medium ketika merambat. Dengan perkataan lain, gelombang
elektromagnetik dapat merambat di ruang hampa.
Menurut Sarjan (2004:18) cahaya sebagai gelombang
elektromagnetik mempunyai sifat sebagai berikut:
1) Cahaya merambat dengan memilih waktu tercepat. Dalam medium yang sama waktu tercepatnya (jalan terpendeknya) berupa
garis lurus. Jika melintasi medium yang berbeda waktu tercepatnya akan
membelok, kecuali jika sinar dijatuhkan tegak lurus terhadap batas kedua medium. 2) Cahaya dapat dipantulkan oleh benda. Jika
dipantulan benda tersebut mengenai mata, maka kita dapat melihatnya. 3) Cahaya
dapat dibiaskan (diteruskan atau dibelokkan) jika melalui dua
medium yang berbeda kerapatannya. 4) Cahaya dapat berdifraksi dan
berinterferensi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat merambat
dalam waktu yang cepat, dapat dipantulkan oleh benda, dapat dibiaskan serta
dapat berdifraksi dan berinterferensi.
Cahaya memiliki beberapa sifat, diantaranya adalah :
1. Cahaya dapat Merambat Lurus
Artinya adalah cahaya yang
keluar dari sumbernya akan bergerak lurus seperti garis dan tidak berkelok-kelok. Menurut Nurhayati, Nunung (2006:36) cahaya dapat merambat melalui ruang hampa udara, udara, air jernih, kaca atau benda
yang disebut tembus cahaya. Cahaya merambat lurus dapat dibuktikan ketika kita menyalakan lampu senter. Cahaya dari lampu senter akan merambat lurus.
2. Cahaya dapat Menembus Benda Bening
Menurut Nurhayati, Nunung
(2006:37), dalam kehidupan sehari-hari kita melihat bahwa cahaya
dapat menembus benda bening. Benda bening adalah benda yang dapat meneruskan
sebagian besar cahaya yang diterimanya. Air jernih, kaca, plastik
merupakan benda bening sehingga cahaya (sinar matahari) dapat menembusnya.
Sedangkan kayu, tembok, triplek bukan merupakan benda bening
atau termasuk benda gelap sehingga cahaya tidak bisa melewatinya. Cahaya menembus benda bening dapat
terlihat jika kita menerawangkan plastik bening ke arah sinar lampu. Sinar
tersebut dapat kita lihat karena cahaya dapat menembus benda bening. Jika
cahaya mengenai benda yang gelap (tidak bening) misalnya poto, tangan, mobil,
maka akan membentuk bayangan.
3. Cahaya dapat Dipantulkan
Seringkali
kita melihat pantulan cahaya yang
disebabkan oleh permukaan air atau permukaan benda-benda lainnya yang mengkilap
maupun permukaannya yang sangat halus. Oleh sebab itu, dapat dinyatakan bahwa
suatu cahaya yang datang pada suatu permukaan benda, cahaya tersebut akan
dipantulkan oleh permukaan itu. Kondisi cahaya yang dipantulkan akan sangat bergantung pada kondisi permukaan
benda dan bentuk dari permukaan.
Pemantulan akan terjadi apabila berkas-berkas cahaya mengenai permukaan benda
yang licin atau mengkilap sehingga
berkas-berkas cahaya tersebut akan dipantulkan secara teratur.
4. Cahaya dapat Dibiaskan
Bila cahaya merambat melalui dua
medium atau zat perantara yang berlainan kerapatannya, maka cahaya tersebut
akan dibiaskan dan terjadi penyimpangan arah cahaya
Contoh-contoh peristiwa pembiasan
cahaya di dalam kehidupan sehari-hari menurut pendapat Nurhayati dan Nunung
(2006:38), yaitu: Pensil yang dimasukkan
ke dalam gelas berisi air akan kelihatan patah atau bengkok seolah-olah pensil
itu tidak lurus, dasar kolam
renang kelihatan lebih dangkal dari yang sebenarnya, bintang di langit akan
tampak lebih tinggi dari yang sebenarnya, dan cahaya terdiri dari Beberapa
Warna.
2.1.4 Metode
Eksperimen
a.
Pengertian Metode Eksperimen
Metode
eksperimen merupakan salah satu metode pengajaran yang banyak digunakan pada
mata pelajaran IPA atau eksakta lainnya. Ini disebabkan untuk menanamkan konsep
materi kepada siswa diperlukan penjelasan secara konrit melalui metode
eksperimen.
Sagala (2009:220), ”Metode
eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis
tertentu .” Selanjutnya Ahmadi (2006:48) mengatakan, ”Metode eksperimen adalah
metode pengajaran di mana guru dan murid bersama-sama mengerjakan dan mengamati
sesuatu yang dipelajarinya.”
Berdasarkan kedua pendapat di
atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu metode
yang digunakan dalam pembelajaran di mana guru dan siswa mencoba mengerjakan
sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan.
b. Tujuan Metode Eksperimen
Menurut Depdiknas (2006:22),
disebutkan:
Mata pelajaran IPA sebagai
proses pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inquiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPA menurut
kurikulum 2006 berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan
”apa yang akan dipelajari” ke ”bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman
siswa”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk
mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan dan
nara sumber lain.
Menurut Roestiyah
(2008:80) tujuan dari metode ekaperimen pada proses belajar mengajar mata
pelajaran IPA, yaitu:
Agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri
berbagai jawaban atas persoalan – persalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri dan juda siswa dapat terlatih dalam cara berfikr yang ilmiah.
Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang
sedang dipelajarinya.
Berangkat dari tujuan
penggunan metode eksperimen di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan
penggunaan metode ekperimen dalam pembelajaran untuk membuktikan teori sehingga
siswa benar-benar mempercayai dan memahami teori-teori yang dipelajarinya
selama ini. Selain itu penggunaan metode eksprimen mengajak siswa untuk
melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya serta menimbulkan cara berpikir
rasional dan ilmiah.
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Metode Eksperimen
Metode adalah suatu cara yang
digunakan untuk melaksankan kegiatan dalam suatu tugas atau pekerjaan agar
dapat mencapai tujuan sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan. Metode
eksperimen adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran di mana guru
dan siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil
percobaan.
Pembelajaran IPA di SD
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan
dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Oleh karena itu dengan
menggunakan metode eksperimen, diharapkan hasil belajar siswa akan semakin
meningkat pada materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya. Agar tujuan pembelajaran
materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya tercapai dengan baik, diperlukan
langkah-langkah penggunaan metode eksperimen.
Sanjaya (2006:34) mengemukakan
langkah-langkah penggunaan metode eksperimen yaitu:
Tahap Persiapan:
Pada tahap persiapan ada
beberapa hal yang harus dilakukan yaitu merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
Persiapkan garis besar langkah-langkah eksperimen yang akan dilakukan.
Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan eksperimen.
Tahap Pelaksanaan:
a) Lakukan kegiatan yang merangsang siswa
untuk berpikir, misalnya mengandung pertanyaan-pertanyaan yang mengandung
teka-teki sehingga siswa tertarik untuk melakukan atau memperhatikan proses
eksperimen. b) Cipakan suasna yang kondusif sehingga siswa nyaman belajar. c)
yakinkan semua siswa mengiktui jalannya eksperimen. d) Berikan kesempatan
kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang
dilihat dari proses dan hasil eksperimen tersebut.
Tahap
akhir:
Apabila eksperimen telah
selesai dilakukan, proses pembelajaran dilakukan dengan memberikan tugas-tugas
tertentu yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru
melakukan evaluasi bersama siswa. Di sini guru dapat memberikan tes sebagai
hasil dari kegiatan pembelajaran.
d.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen
Roestiyah
(2008:82) mengemukakan beberapa kelebihan metode eksperimen yaitu :
1) dengan
bereksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala
masalah dalam pembelajaran, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang
belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula apa kata orang, sebelum
ia membuktikan kebenarannta, 2) mereka lebih aktif berfikir dan berbuat, 3) di
samping memperoleh ilmu pengetahuan, siswa juga menemukan pengalaman praktis serta
keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan, 4) mengubah cara berfikir
siswa menjadi lebih baik.
Dari
kelebihan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam hal ini siswa akan dilatih
menghadapi masalah, aktif berbuat dan menarik suatu kesimpulan.
Selanjutnya Sagala (2009:220)
mengungkakan beberapa kelemahan metode eksperimen yaitu:
1) Pelaksanaan metode ini sering memerlukan
berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan
murah, 2) setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
karena mungkin ada faktor-faktor tertentuyang berada di luar jangkauan
kemampuan atau pengendalian,dan 3) sangat menuntut penguasaan perkembangan
materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir.
Dari
kekurangan diatas, peneliti menyimpulkan agar nantinya para peneliti atau calon
guru benar-benar memperhatikan sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam
menjalankan metode eksperimen.
e.
Dasar Teori Penggunaan Metode Eksperimen
Berdasarkan Teori Para Ahli
Pendidikan, diantaranya:
Menurut
Neman dan Logan yang dikutip oleh Sardiman (2001:15), dalam strategi dasar
belajar mengajar meliputi empat masalah yang dapat diterapkan dalam konteks
pendidikan yaitu:
Mengidentifikasi dan
menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian
peserta didik yang bagaimana diharapkan. Memilih sistem metode belajar mengajar
berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. Memilih dan menetapkan
prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat,
efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau
kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan oleh seorang guru
dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan
secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus
dijadikan pedoman pelaksanaan kegiatan belajar mengajar supaya berhasil sesuai
dengan yang diharapkan. Pada
point kedua dapat diterangkan lebih lanjut, bahwa bagaimana cara kita memandang
suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan
suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari dua orang
dengan pendekatan berbeda akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak
sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil dan sebagainya akan
melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara
pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu.
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Tatih (2010) yang berjudul “Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V SD........ pada Materi pokok Gaya Dapat
Mengubah Gerak Suatu Benda dengan Menggunakan Metode Eksperimen” menyimpulkan
bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas V SD ....yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar dari
62,25 (sebelum penelitian) menjadi 75,00 pada akhir siklus II.
2.2 Kerangka Konseptual
Hasil belajar adalah hasil
yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar siswa
dipengaruh oleh beberapa faktor salah satunya adalah metode pembelajaran.
Penggunaan metode disesuai dengan tujuan dan sifat materi pelajaran. Metode
pembelajaran sangat kompleks salah satunya adalah metode eksperimen, yaitu
metode yang yang dilakukan dngan melibatkan siswa secara langsung sehingga
siswa mengamati proses dan hasil yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah dasar kelas V. Dalam proses
pembelajarannya, mata pelajaran IPA sangat menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa lebih memahami alam sekitar
serta menimbulkan cara berpikir rasional dan ilmiah dengan membuktikan
fakta-fakta sebagai pengembangan teori yang telah dipelajari. Untuk itu metode
yang tepat diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah metode eksperimen.
Penerapan pembelajaran metode
eksperimen akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara
pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemaknaan sebuah pembelajaran akan
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Melalui metode eksperimen siswa menemui hubungan yang sangat bermakna
antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis dalam konteks dunia nyata. Dengan
demikian siswa semakin memahami dan mampu memaknai sesuatu hasil pembelajaran
IPA, dan hasil belajar siswa dapat ditingkakan dengan diterapkan metode eksperimen.
2.3
Hipotesis Tindakan
Untuk menjawab permasalahan dari
Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diambil hipotesis tindakan yakni: Jika guru
menggunakan metode eksperimen maka dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mata
pelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifantya pada kelas V SD.....
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom research action). Di mana
peneliti memberikan tindakan kepada subjek yang diteliti yaitu siswa kelas
V dan guru bertindak sebagai observator.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan direncanakan di kelas
V.... Waktu pelaksanakan penelitian pada bulan Maret .... tahun ajaran... .
3.3. Subjek dan objek Penelitian
Subjek penelitian
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD..... Tanjung
selamat yang berjumlah 25 orang di mana
laki-laki berjumlah 12 orang dan perempuan berjumlah 13 orang. Peneliti menggunakan metode eksperimen untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
3.4. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan
jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini
memiliki tahap-tahap penelitian. Penelitian tindakan kelas ini direncanakan 2
siklus.
Siklus
I
Adapun proses penelitian tindakan
kelas yang dilakukan peneliti mengacu pada tahapan PTK yang dikemukakan oleh
Kemmis sebagai berikut :
a.
Perencanaan
(Planning)
Pada tahap perencanaan kegiatan yang
dilakukan meliputi:
-
Mempersiapkan
materi pembelajaran IPA materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya.
-
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
-
Mempersiapkan
Lembar Kerja Siswa (LKS)
-
Membuat
lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
b.
Tindakan
(Action)
Pada tahap tindakan kegiatan yang
dilakukan meliputi:
-
Memberikan
Pretes kepada siswa
-
Mengolah hasil pretes.
-
Mengembangkan
hasil analisis tes.
-
Melaksanakan
proses pembelajaran melalui pendekatan sains teknologi masyarakat dengan
sebelumnya menerangkan sedikit tentang system pelaksanaan pembelajaran.
c.
Pengamatan
(Observation)
Tahap ini
peneliti meminta bantuan seorang pengamat untuk mengamati dan mendokumentasikan
aktivitas siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamat
dilengkapi dengan lembar pedoman observasi untuk memperoleh data yang
dibutuhkan berkaitan dengan tindakan penelitian.
d. Refleksi (reflection)
Pada tahap refleksi hal-hal yang
dilakukan adalah:
-
Memberikan
postes
-
Menganalisis hasil tes dan keterlaksanaan rencana pelaksanaan pengajaran.
-
Menganalisis
hasil observasi
-
Melakukan
penyimpulan hasil tes dan observasi.
Hasil dari refleksi ini digunakan
sebagai dasar untuk memperbaiki tahap perencanaan pada siklus II.
Siklus
II
Setelah diketahui hasil postes dari siklus II,
maka akan diadakan siklus II demi peningkatan hasil belajar dari siklus I
sebagai berikut :
a.
Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan kegiatan yang
dilakukan meliputi:
-
Mempersiapkan
materi pembelajaran IPA materi pokok cahaya dan sifat-sifatnya.
-
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
-
Mempersiapkan
Lembar Kerja Siswa (LKS)
-
Membuat
lembar observasi guna melihat aktivitas siswa dalam pembelajaran.
b. Tindakan (Action)
Pada tahap tindakan pada siklus II ini kegiatan yang dilakukan meliputi:
-
Memberikan
Pretes kepada siswa
-
Mengolah hasil pretes.
-
Mengembangkan
hasil analisis tes.
-
Melaksanakan
proses pembelajaran melalui pendekatan sains teknologi masyarakat dengan
sebelumnya menerangkan sedikit tentang system pelaksanaan pembelajaran.
c.
Pengamatan (Observation)
Tahap ini peneliti meminta bantuan
seorang pengamat untuk mengamati dan mendokumentasikan aktivitas siswa di dalam
kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamat dilengkapi dengan lembar
pedoman observasi untuk memperoleh data yang dibutuhkan berkaitan dengan
tindakan penelitian.
d.
Refleksi (reflection)
Pada tahap refleksi ini kegiatan
yang dilakukan meliputi:
-
Memberikan
postes
-
Menganalisis hasil tes dan keterlaksanaan rencana pengajaran.
-
Menganalisis
hasil observasi
-
Melakukan
penyimpulan hasil tes dan observasi.
3.5.
Desain Penelitian
Sesuai dengan
jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas maka penelitian ini
memiliki tahap-tahap penelitian berupa siklus. Dalam setiap siklus ada dua kali
pertemuan, sehingga dua kali siklus ada empat kali pertemuan. Dan setiap siklus
di laksanakan dengan perubahan yang ingin dicapai. Seperti skema pelaksanaan
penelitian tindakan kelas (PTK) berikut di bawah ini
Gambar 3.1 : Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut
Zainal Aqib (2006)
3.6.
Instrumen Penelitian
Instrumen adalah
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian di lapangan. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.
Lembar pengamatan (observasi), lembar ini digunakan untuk mengobservasi
aktifitas siswa dan guru selama pembelajaran.
b.
Postes, pada setiap akhir siklus digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa.
3.7.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan
data adalah cara yang dilakukan dalam pengambilan data yang diperlukan. Untuk
mengetahui meningkatnya hasil belajar siswa dengan menggunakan metode
eksperimen berikut dengan kegiatan pembelajaran yang berlangsung, peneliti
melakukan penggumpulan data dengan cara :
a.
Tes.
Tes adalah alat untuk memperoleh
nilai siswa dengan cara memberikan tes tertulis berbentuk essay kepada siswa.
Jumlah soal masing-masing tes untuk setiap akhir pembelajaran adalah 5 soal.
b.
Observasi
Observasi adalah
pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek
penelitian. Observasi yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap seluruh
kegiatan pembelajaran dengan melihat kemampuan guru menggunakan metode
eksperimen dalam pembelajaran mata pelajaran IPA materi pokok Cahaya dan
sifat-sifatnya. Selanjutnya keaktifan siswa dalam belajar juga dinilai dalam
penelitian ini.
3.8.
Teknik Analisis Data
Teknik
analisis adalah cara yang dilakukan dalam memberikan interpretasi terhadap data
hasil temuan penelitian. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif (rata–rata dan persentase) dengan langkah–
langkah sebagai berikut :
a.
Data hasil tes
Data
hasil tes dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1.
Melakukan pengecekan data hasil
pre tes hingga pos tes hasil
pembelajaran siklus II.
2.
Memberikan penilaian jawaban
siswa dengan ketentuan jawaban benar sempurna nilai 2, jawaban kurang sempurna
nilai 1, dan jawaban salah nilai 0.
Selanjutnya nilai hasil tes dilakukan dengan menggunakan rumus :
Jumlah skor siswa
x 100
Skor maksimal
3.
Menganalisis data hasil belajar
siswa dengan rumus persentase :
P = f/n x 100 % (Sudijono,
2007)
Ket : P :
Jumlah persentase siswa yang mengalami perubahan
n :
Jumlah siswa keseluruhan
f :
Jumlah siswa yang mengalami perubahan
Kriteria
jumlah persentase : jumlah persentase 0
≤ 64 % rendah, 65 ≥ 84 % sedang, serta 85 ≥ 100 % tinggi, serta ketuntasan secara klasikla ≥ 85
%,
4.
Menganalisis ketuntasan belajar
siswa dengan rumus :
PPH = B / N x 100 (Sodijono,
2007)
Ket
:
PPH :
Persentase penilaian hasil
B : Skor yang diperoleh
N :
Skor total
Kriteria
perolehan nilai : nilai perolehan ≥ 65 artinya siswa tuntas serta, nilai
perolehan < 65 artinya siswa
mengalami kegagalan (belum tuntas),
5.
Menentukan distribusi bergolong
nilai hasil belajar siswa dengan rumus :
Banyak
Kelas =
1 + (3,3) x log n,
6.
Menyajikan data efektivitas
penggunaan metode eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam
bentuk tabel ataupun teks,
7.
Membandingkan hasil belajar
siswa sebelum (pre tes) dan sesudah siklus pembelajaran (post tes).
8.
Pengambilan kesimpulan
berdasarkan temuan dari data yang telah diperoleh.
b. Data Hasil Observasi
Data hasil observasi dilakukan
dengan menganalisis kemampuan guru mengajar menggunakan metode eksperimen dan
keaktifan siswa belajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Keaktifan
belajar siswa dilakukan dengan menggunakan rumus:
Skor keaktifan siswa
Keaktifan belajar = ... (Djamarah, 2005:74)
Jumlah aspek
Adapun aspek – aspek yng dinilai dalam
mengobservasi siswa adalah :
Aspek-aspek
|
Indikator
Pencapaian Kompetensi
|
|
1.
Aktif dalam belajar
2.
Aktif dalam mengemukakan pendapat
3.
Aktif dalam kegiatan diskusi
4.
Aktif dalam bertanya
5.
Ketelitian dalam mengerjakan soal
6.
Berani menjawab pertanyaan
|
o
Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda
(bening, berwarna, dan gelap).
o
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin
datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung).
o
Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam
kehidupan sehari-hari melalui percobaan.
o
Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai
warna.
o
Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam
kehidupan sehari-hari.
o
Menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan
sifat-sifat cahaya.
o
Memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai
o
Menggunakan bahan/benda yang sesuai.
o
Membuat karya/model yang sesuai dengan rancangan.
o
Menguji cara kerja model yang dibuat.
o
Memodifikasi hasil rancangan untuk menghasilkan karya/model
yang terbaik.
o
Menerapkan prinsip keselamatan kerja
|
3.9.
Jadwal Penelitian
Penelitian ini direncanakan
mulai dari bulan Maret
s/d Mei 2014, di mana kegiatan ini dicantumkan jadwalnya sebagai berikut:
No
|
Kegiatan
|
Bulan/Minggu
|
|||||||||||
Maret
|
April
|
Mei
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Persiapan proposal
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Seminar
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Siklus I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perencanaan
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tindakan
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Tes
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
||
Observasi
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
Refleksi
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Siklus II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
Tindakan
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Tes
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
||
Observasi
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
5.
|
Analisa Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
6.
|
Penyusunan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Suprijono, Agus. 2012. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Ahmadi, Abu. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aunurrahman. 2012. Belajar dan
Pembelajaran. Pontianak: Alfabeta
Depdiknas.
2002. Pengembangan Kurikulum Dan Sistem Pengujian Berbasis Kompetensi.
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurhayati Nur dan Nunung E. 2006. Sains Untuk Kelas V. Surakarta:
Impresso.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil
Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan
Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sardiman. N. 2001. Ilmu Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sarjan. 2004. Rangkuman Ilmu Pengetahuan Alam. Surabaya:
Karika.
Sarjan, et all. 2004. Buku Paket Sains V Untuk Kelas 5 Sekolah dasar dan
Madrasah
Ibtidaiyah. Klaten: CV.
Sahabat.
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Gramedia
Widiasaran.
Trianto. 2011. Mendisain Model
Pembelajaran Inofatif-Progresif. Surabaya:
Kencana
semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar