BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan suatu hal yang sangat diperlukan setiap individu kapan dan dimana pun berada. Sesuai dengan perubahan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi Semakin pesat maka perlu diikuti oleh kinerja
pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Lembaga pendidikan adalah
salah satu harapan besar bagi Negara ini, agar bisa bangkit dari keterpurukan kualitas
dalam semua pendidik dari aspek dan jenjang kualitas pendidikan sangat
diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan terampil agar bisa bersaing secara terbuka di era
globalisasi.
Perbaikan
mutu pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan kualitas produk pendidikan,
dimana pelaksanaannya tidak terlepas dari upaya peningkatan mutu proses
pendidikan termasuk dalam hal ini pendidikan matematika. Matematika
adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang penting dan semakin dirasakan kegunaannya dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi dewasa ini. Belajar IPA bukan semata-mata untuk menjadi sarjana IPA. Hal ini yang terpenting adalah melatih diri untuk berpikir dan bertindak secara analitis dan logis. Anak didik yang terbiasa berpikir secara IPA akan lebih mudah berpikir logis
dan rasional. Kemampuan berpikir semacam ini sangat dibutuhkan dalam meyongsong era modern yang
menuntut kompetisi seperti sekarang ini. Suparno (dalam Yuli Darwati, 2009:1)
Rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia dapat juga kita lihat dari hasil belajar matematika siswa yang
rendah. IPA
merupakan
salah satu ilmu dasar yang harus di kuasai oleh siswa. Rendahnya hasil belajar IPA siswa teramati pada sast
peneliti melakukan pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) di
kelas IV SD Negeri Salak tahun 2011.Menurut data kelas IV B sebanyak 33 orang siswa
yang diteliti hanya sebagian kecil yang memperhatikan pelajaran IPA. Dari hasil data yang diperoleh ketika
diadakan ujian mid semester pada mata pelajaran IPA yang mengikuti ujian
sebanyak 33 orang siswa hanya mendapat nilai rata-rata 29,42. Dilihat dari
nilai rata-rata siswa dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IV B belum menguasai
materi pelajaran. Ketika peneliti mengadakan observasi di kelas siswa cenderung
lebih mengutamakan penurunan rumus atau hanya membahas sal-soal.
Salah satu
faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA siswa adalah motivasi belajar. Jika motivasi
belajar siswa yang rendah akan mengakibatkan hasil belajarnya rendah, khususnya pada
mata pelajaran IPA.
Hasil belajar IPA
siswa akan tinggi jika motivasi belajarnya IPAnya juga tinggi demikian
sebaliknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik ( dalam Manik, 2007) yang
mengatakan bahwa “Motivasi
menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa, belajar
dengan motivsi rendah berarti hasil
belajarnya juga rendah”. Motivasi belajar yang rendah mengakibatkan siswa
kurang berminat mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Disini guru cukup
berperan agar cara yang digunakan dapat meningkatkan siswa semakin berminat belajar baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
Bertolak dari permasalahan
tersebut perlu diupayakan suatu cara untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa khususnya mata
pelajaran IPA
yaitu mengubah cara mengajar guru dan cara belajar yang digunakan siswa dalam
belajar. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar juga dipengaruhi oleh
sikap guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Sikap siswa dalam
belajar yang kurang aktif, faktor metode belajar banyak memegang peranan
dalam upaya meningkatkan pendidikan.
Salah satu bentuk strategi mengajar
adalah dengan pembelajaran inkuiri. Dengan pembelajaran inkuiri ini
diharapkan siswa beraktivitas secara maksimal untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri. Strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran
melalui penjelasan guru secara verbal, Tetapi mereka bergerak untuk menemukan
sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Dengan strategi inkuiri ini
siswa tidak akan merasa bosan dalam mempelajari materi yang akan diajarkan.
Melalui pembelajaran inkuiri diharapkan nilai hasil belajar siswa lebih dapat
ditingkatkan.
Ada beberapa macam pembelajaran inkuiri,
dalam pembelajaran ini dicoba menerapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing
(guided inguiry). Dimana pembelajaran inkuiri terbimbing ini digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas
kepada siswa terhadap proses belajar mengajar
yang berlangsung. Pembelajaran ini dapat mengatasi masalah yang berkaitan
dengan rendahnya daya ingat siswa karena siswa dilibatkan langsung dalam proses
belajar-mengajar dengan bimbingan guru.
Sumber daya alam (SDA) adalah semua kekayaan berupa benda
mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam diklasifikasikan berdasarkan
pembentukannya terdiri atas 3, yaitu:
Sumber daya alam yang dapat
diperbaharui (Renewable Resource)
Dikatakan demikian karena alam dapat
mengadakan pembentukan kembali dalam jangka waktu yang relatif singkat. sumber
daya alam ini terbentuk dengan 2 cara, yaitu
-
Pembaharuan
dengan reproduksi
Terjadi pada sumber daya alam
hayati. Akan tetapi walaupun dapat terus bertambah denganm cepat, jika
pengelolaannya kurang tepat, sumber daya alam ini juga dapat punah dan sekali
sumber daya alam ini punah maka alam tidak dapat membentuknya lagi.
Pembaharuan dengan adanya siklus
Beberapa sumber daya alam seperti
air dan udara terjadi dalam proses berputar atau siklus, dengan adanya siklus
ini pula sumber daya alam ini terbaharui.
Beberapa hal dapat menurunkan
kualitas maupun kuantitas sumber daya alam yang terbaharui ini:
-
Pencemaran
udara (penurunan kualitas atmosfer)
-
Penebangan
hutan (penurunan kualitas dan kuantitas air tanah)S
Bertolak dari uraian diatas, maka penulis
melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan
Hasil
Belajar IPA
Siswa Dengan Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Kelas IV SD Negeri No. 030415
Binanga Boang Kecupak Tahun Ajaran 2012/2013”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
penelitian di atas maka identifikasi masalah penelitian ini
dapat diidentifikasikan yaitu :
1.
Proses
pembelajaran yang dilakukan guru terkesan pada pembelajaran satu arah yaitu
siswa hanya sebagai pendengar
2.
Pembelajaran
yang berpusat pada guru
3.
Proses pembelajaran kurang melibatkan
aktivitas siswa
4.
Sebagian siswa sekolah dasar kurang
berminat belajar matematika
5.
Kemampuan guru dalam menerapkan strategi
pembelajaran yang kurang tepat
terhadap materi pelajaran yang diajarkan.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di
atas, maka penelitian ini dibatasi yaitu Peningkatan hasil belajar matematika siswa pada pokok Sumber
daya alam (SDA). Dengan Penerapan Strategi
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Kelas IV
SD Negeri No. 030415 Binanga
Boang
Tahun Ajaran 2012/2013.
1.4. Rumusan Masalah
Sesuai dengan penelitian masalah di
atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan Penerapan Strategi
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Pada Sumber daya alam (SDA) kelas
IV
SD Negeri No. 030415 Binanga
Boang Tahun
Ajaran 2012/2013”.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah :
1.
Untuk mengetahui apakah penerapan
strategi pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.
Bagi siswa dapat lebih aktif, kreatif
dan lebih giat dalam belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajarnya.
2.
Bagi
Guru bidang studi IPA dapat
dijadikan
strategi pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut sebagai salah satu alternatif
dalam proses belajar mengajar
3.
Bagi peneliti, menyampaikan informasi
tentang pengaruh dari strategi pembelajaran inkuri terbimbing terhadap hasil belajar siswa
4.
Bagi
sekolah sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam memilih dan menggunakan
strategi pembelajaran inkuiri terbimbing yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam belajar.
BAB
II
KAJIAN
TEORITIS
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Hakikat
Belajar Mengajar
Belajar dan mengajar adalah dua jenis
kegiatan yang berbeda satu dengan yang lain. Akan tetapi walaupun kegiatan
belajar dengan kegiatan mengajar merupakan kegiatan berbeda, kedua kegiatn
tersebut
tidak dapat dipisahkan. Kegiatan tersebut searah dan sejalan untuk mencapai
tujuan yaitu tujuan pengajaran.
Belajar merupakan kegiatan orang
sehari-hari. Kegiatan belajar tersebut dapat dialami oleh orang yang sedang
belajar. Belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan
dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, menulis,
berhitung dan lain sebagainya. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada
individu-individu belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan perubahan
ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat dan penguasaan diri. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psikologi siswa
untuk menuju perkembangan manusia seutuhnya (Sardiman, 2003;21).
Sesuai dengan yang ditemukan oleh
Hamalik (2010;36) “belajar adalah suatu proses suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan”. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi
lebih luas dari itu, yakni mengalami hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil soal-soal
melainkan perubahan kelakuan.
Kemudian, (Slameto 2003:2) berpendapat
bahwa “belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa
seseorang dikatakan belajar bila di dalam diri orang tersebut terjadi suatu
proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku menuju perkembangan
pribadi dari tidak tahu sesuatu menjadi tahu. Dapat juga disimpulkan belajar
merupakan proses aktif, proses bereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu
usaha untuk menetapkan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung atau
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Mengajar dapat
diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar
(Sardiman 2003).
Bila terjadi proses belajar maka
bersama itu pula terjadi proses mengajar dan begitu juga sebaliknya. Jika ada
yang mengajar tentu ada yang belajar. Apabila sudah terjadi suatu proses saling
berinteraksi antara yang mengajar dengan yang belajar, maka masing-masing pihak berada
dalam suasana belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah subjek dan sebagai
objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, unit proses pengajar tidak lain
adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha
secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya
dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak
saja yang aktif tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif maka kemungkinan
besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak
belajar karena anak didik tidak merasakan perubahan dalam dirinya. Padahal
belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi didalam diri seseorang
setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar” (Djamarah 2006 : 38).
Dari uraian di atas penulis berpendapat bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan
mengajar adalah serangkaian aktivitas untuk menciptakan suatu kondisi yang
dapat membantu, memberi ransangan, bimbingan dan dorongan kepada siswa agar
terjadi proses belajar.
2.1.2. Hakikat IPA di SD
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Melalui
pengamatan kasat mata terhadap segala sesuatu yang berada di sekitar kita, maka
kita akan menemukan bahwa bumi tempat kita hidup atau alam semesta ini ternyata
penuh dengan fenomena-fenomena yang menakjubkan, penuh dengan keragaman yang
memukau, yang kesemuanya itu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan kepada kita
tentang mengapa dan bagaimana semua itu dapat terjadi.
Ilmu
Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) merupakan suatu ilmu yang menawarkan
cara-cara kepada kita untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, IPA pun
menawarkan cara kepada kita untuk dapat memahami kejadian, fenomena, dan
keragaman yang terdapat d alam semesta, dan yang paling penting adalah IPA juga
memberikan pemahaman kepada kita bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan
cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut.
Selanjutnya Rusfendi (1992) juga
menyatakan bahwa matematika itu terorganisasikan dari unsur unsur yang tidak di
defenisikan , defenisi-defenisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang diberikan
kebenarannya sehingga matematika disebut ilmu deduktif. Hudoyo (1979)
mengemukakan bahwa hakikat matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya
yang diatur menurut urutan yang logis, jadi matematika berkenaan dengan konsep konsep yang abstrak. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur
yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa
apabila matematika dipandang sebagai struktur hubungan-hubungan maka
simbol-simbol formal diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan aturan yang
beroperasi di dalam struktur struktur. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa
matematika adalah bahasa sebab matematika bahasa simbol yang berlaku secara
universal dan sangat padat pengertiannya.
2.1.3. Hasil Belajar
IPA
Hasil
belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu
sebagai hasil dari pengalamannya Menurut Djamarah (2002:2) menyatakan bahwa ;”
Hasil belajar merupakan aktivitas yang
dilakukan secara sadar untuk mendapatkan
sejumlah kesan dari bahan yang
dipelajari tetapi setiap perubahan dari dalam diri individu merupakan secara
arti belajar.
Menurut
Tu’u (2004 :75 ) berpendapat bahwa :” hasil belajar merupakan hasil belajar
yang dicapai sseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu”. Sedangkan Sukmadinata (2005 :5) menyataan bahwa :” hasil belajar merupakan kemekaran
dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang”. Penguasaan
hasil belajar oleh sesorang dilihat dari
prilakunya baik perilaku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan,
berpikir merupakan keterampilan motorik.
Nana
Sudjana (2009:22) menyatakan bahwa :” hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya”.
Benyamin Blom (Nana Sudjana 2009 : 22) membagi hasil belajar menjadi 3 ranah
yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Pencapaian hasil belajar
diperoleh setelah dilaksanakan suatu program pengajaran.
Menurut Djamarah dan Zain (2006:105) untuk menyatakan
bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, Setiap guru
memiliki pandangan masing-masing sejarah dengan Filsafatnya. Namun untuk
menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat
ini yang telah disempurnakan antara lain bahwa “suatu proses belajar mengajar
tentang suatu bahan mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil
apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK) nya dapat tercapai”.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan
belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes hasil belajar. Seperti tes formatif
yaitu tes yang digunakan untuk mengukur suatu atau beberapa pokok
bahasan-bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya
serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu tes
subsumatif merupakan test yang mengikuti sejumlah bahan pengajaran tertentu
yang telah diartikan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat hasil belajar siswa .
Dengan demikian dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
hasil belajar
matematika adalah suatu perubahan akibat adanya usaha belajar matematika.
Perubahan hasil belajar dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan . Hasil ini
diketahui dengan pengadaan pengukuran terhadap tes belajar yang diberikan.
2.1.4. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar
Menurut
slameto (2003;54) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai
berikut:
1.
Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam
individu itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor
psikologis.
a.
Faktor bilogis (Jasmaniah)
Faktor
biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani
individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan adalah
kondisi fisik yang normal dan kondisi
kesehatan fisik. Artinya fisiknya tidak mengalami cacat sejak lahir seperti
keadaan otak, panca indra, anggota tubuh seperti tangan atau kaki, dan organ
organ tubuh bagian dalam yang akan menentukan kondisi kesehatan seseorang.
b. Faktor
psikilogis (Rohaniah)
Faktor
psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa intelegensi
siswa/tingkat kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motif /dorongaan ,
kematangan dan kesiapan siswa.
2.
Faktor eksternal
Faktor
eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri.
Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
a.
Faktor Lingkungan
keluarga
Faktor lingkungan keluarga merupakan faktor pertama
dan yang paling utama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Kondisi
lingungan keluarga yang sagat menentukan keberhasilan seseorang adalah adanya
hubungan harmonis di antara sesama anggota keluarga, adanya perhatian yang
besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan
anak-anaknya.
b.
Faktor Lingkungan sekolah
Suatu hal
yang paling mutlak yang harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan
adalah adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsisten dan
konsekuen. Seluruh warga sekolah harus menaati dan menjalankan peraturan yang
ada di sekolah.
c.
Faktor lingkungan Masyarakat
Lingkungan
masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah lembaga-lembaga
pendidikan non formal yang melaksanakan kursus-kursus tertentu seperti kursus
bahasa asing, keterampian tertentu, bimbingan tes, kursus pelajaran tambahan
yang menunjang keberhasilan belajar di
sekolah sangggar organisasi, keagamaan seperti remaja mesjid, dan gereja dan sanggar karang
taruna.
Sedangkan
menurut syah (2010:129) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa adalah :
1).Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri berupa keadaan/kondisi jasmani dan rohani,2). Faktor eksternal yaitu
faktor yang berasal dari luar siswa yang berupa kondisi lingkungan siswa, dan
3). Faktor pendekatan belajar.
2.1.5. Strategi Pembelajaran
Strategi pada mulanya digunakan dalam dunia kemiliteran.
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategus atau strategos. Strategi
yang berarti ilmu Jenderal atau ilmu kedisiplinan. Strategi dalam dunia
pendidikan khususnya dalam kegiatan belajar mengajar adalah suatu seni dan ilmu
untuk membawakan pelajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat di capai secara efektif dan efisien. Di sini guru di tuntut
harus memiliki strategi dalam setiap melaksanakan tugasnya dalam mengajar. Oleh
karena itu kemampuan guru dalam memahami serta mengimplementasikan berbagai strategi dalam pengajaran merupakan
hal yang sangat penting. Untuk itulah setiap guru di tuntut harus mengenal dan
menguasai berbagai jenis strategi yang dapat digunakan dalam pengajaran.
Penulis
berpendapat bahwa strategi pembelajaran adalah “tindakan nyata yang dilakukan guru
dalam melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih
efektif dan efisien”.
Dengan kata lain strategi pembelajaran adalah politik taktik yang digunakan
guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Kemp (dalam Sanjaya 2006 : 126) mengartikan strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dick
dan Carey (dalam Sanjaya 2006 : 126)
juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah “suatu set materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar
pada siswa”.
Menurut J.R.David
(dalam sanjaya 2006 :
126) strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai “Perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Dapat dimengerti bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang dilakukan seara bersama-sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
dilakukan secara efektif dan efisien. Upaya untuk mengemplementasikan rencana
yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal maka strategi pembelajaran menggunakan metode, pendekatan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
2.1.6. Strategi
Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri yang bahasa Inggris inguiry
berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan dan penemuan. Inkuiri adalah
sebuah sistem dalam cara melihat sebuah pengetahuan atau hal baru. Inkuiri
merupakan suatu cara mengajari murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan
keterampilan proses, sikap dan pengetahuan berpikir (Bruce d Bruce 1992).
Pendapat Bruce d Bruce, Cleaf (dalam
Kusmana 2010 :38 ) menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu strategi
pengajaran yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki
masalah dan menentukan informasi. Didalam bukunya Sanjaya (2006 : 196) “inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan”.
Berdasarkan defenisi-defenisi di atas,
dapat dikatakan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk
memecahkan masalah, merencanakan eksprimen, melakukan eksprimen, mengumpulkan
dan menganalisa data dan menarik kesimpulan.
Strategi pembelajaran inkuri banyak
dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini belajar pada
hakikatnya adalah proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang
dimiliki setiap individu secara optimal. Strategi pembelajaran inkuiri
menekankan kepada proses mencari dan menemukan materi pelajaran tidak diberikan
secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing siswa untuk belajar.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri
utama strategi pembelajaran inkuiri :
Pertama, strategi inkuiri menekan kepada aktivitas
siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri
menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
Kedua,
seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri.
Ketiga,
tujuan dari penggunaan strategi inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental.
Agar dapat terlaksana dengan baik
maka dalam penggunaan strategi
pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh
guru. Setiap prinsip tersebut dijelaskan di bawah ini :
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana
atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada tahap ini guru mengkondisikan
agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi ini guru
merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
2. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya
adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa
dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungannya sendiri.
3. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam
menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4. Prinsip Belajar Untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingatkan
sejumlah fakta akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak baik otak kiri maupun otak kanan.
5. Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba
berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi oleh sebab itu anak
perlu diberikan kebebasan untuk mencoba
sesuai dengan perkembangan logika dan nalarnya.
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada tahap ini guru
mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah
orientasi ini guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan
dalam tahapan orientasi ini adalah :
a. Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kesiapan
belajar
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah
yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan
yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir, memecahkan
teka-teki itu dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji
disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya dan siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara
dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis
perlu diuji kebenarannya.
4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan
jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah
mencari tingkat keyakinan siswa agar jawaban yang diberikan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Merumuskan kesimpulan merupakan gong nya dalam proses pembelajaran. Sering
terjadi oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak
fokus terhadap masalah yang hendak dicapai.
2.1.7. Strategi
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Strategi pembelajaran inkuiri
terbimbing (guided inguiry) merupakan strategi pembelajaran yang digunakan
apabila dalam kegiatan pembelajaran guru menyediakan bimbingan atau petunjuk
yang cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru.
Siswa tidak merumuskan problem petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana
menyusun dan mencatat yang diberikan oleh guru. Pada umumnya pembelajaran
inkuiri terbimbing ini mencakup hal-hal pernyataan problem, prinsip atau konsep
yang ditemukan, alat/bahan. Diskusi pengarahan kegiatan penemuan oleh siswa,
proses berfikir
kritis dan ilmiah, pertanyaan bersifat open ended dan
catatan guru. Didalam inkuiri terbimbing peranan guru sangat menentukan. Guru
tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima
informasi. Menurut W. Gulo ( 2002 : 86-87) Peranan utama guru dalam menciptakan
inkuiri adalah sebagai berikut :
(1). Motivator, yang memberi
rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir. (2). Fasilitator, yang
menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam prosesberfikir siswa.
(3).Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan
memberi keyakinan pada diri sendiri. (4).Administrator,yang bertanggungjawab
terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas. (5).Pengarah,yang memimpin arus
kegiatan berfikir siswa pada tujuan yang diharapkan. (6). Manajer, yang
mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. (7). Rewarder, yang
memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan
semangat heuristik pada siswa.
Peranan guru pembimbing tersebut
menonjol pada strategi pembelajaran
inkuiri terbimbing (guiden inguiry) dimana kemungkinan penemuan telah
diperhitungkan oleh guru. Supaya guru dapat melakukan perananya secara efektif
maka pengenalan kemampuan siswa sangat diperlukan, terutama cara berfikirnya,
cara mereka menanggapi dan sebagainya.
Perbedaan dari strategi inkuiri
terbimbing dengan strategi inkuiri lainnya hanya terletak pada prosedur
pembelajarannya, dimana strategi inkuiri pada umumnya siswa dilepas oleh guru
sedangkan inkuiri terbimbing difokuskan kepada guru untuk membimbing, sedangkan pelaksanaan
langkah-langkah strategi inkuiri terbimbing sama dengan strategi inkuiri
lainnya, misalnya pada langkah-langkah
inkuiri dibawah ini :
|
|||||
|
SISWA
|
|
Desain Strategi
Pembelajaran Inkuiri
Gambar
1.
Skema Strategi Pembelajaran Inkuiri ( W.Gulo 2002 :94 ).
Strategi
pembelajaran inkuiri terbimbing adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam
proses kegiatan pembelajaran dibawah bimbingan guru untuk mengembangkan sikap
percaya diri sendiri siswa.
Mencapai
tujuan ini siswa dihadapkan kepada masalah yang misterius belum diketahui
tetapi menarik. Namun perlu diingat bahwa masalah tersebut harus didasarkan
pada suatu gagasan yang memang dapat ditemukan, bukan mengada-ngada.
Suasana kelas yang nyaman merupakan
hal yang penting dalam strategi pembelajaran inkuiri terbimbing karena
pertayaan-pertanyaan harus berasal dari guru agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik. Kerjasama guru dengan siswa. Siswa dengan siswa
diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman dua atau lebih
yang bekerja sama dengan berpikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika
dibandingkan bila siswa bekerja sendiri.
Peran
guru memonitor, membimbing pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkuiri
tidak sama dengan permainan tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan penting
yaitu :
1.
Pertanyaan
harus dijawab “ Iya” atau “Tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara sesama
dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan.
2.
Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa
sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tetapi
mengalahkan siswa untuk menemukan jawaban sendiri.
Peran
guru untuk membantu siswa memecahkan masalah dalam strategi inkuiri menonjol
pada strategi pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inguiry). Strategi inkuiri ini peran guru
difokuskan untuk membimbing saja jika siswa mengalami kesulitan dalam
menghadapi (memecahkan) masalah tersebut.
2.2. Uraian Materi
2.2.1 Sumber
Daya Alam
Sumber daya alam (SDA) adalah semua
kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam
diklasifikasikan berdasarkan pembentukannya terdiri atas 3, yaitu:
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
(Renewable Resource)
Dikatakan demikian karena alam dapat
mengadakan pembentukan kembali dalam jangka waktu yang relatif singkat. sumber
daya alam ini terbentuk dengan 2 cara, yaitu
a)
Pembaharuan dengan reproduksi
Terjadi pada sumber daya alam
hayati. Akan tetapi walaupun dapat terus bertambah denganm cepat, jika
pengelolaannya kurang tepat, sumber daya alam ini juga dapat punah dan sekali
sumber daya alam ini punah maka alam tidak dapat membentuknya lagi.
b)
Pembaharuan dengan adanya siklus
Beberapa sumber daya alam seperti
air dan udara terjadi dalam proses berputar atau siklus, dengan adanya siklus
ini pula sumber daya alam ini terbaharui.
Beberapa hal dapat menurunkan
kualitas maupun kuantitas sumber daya alam yang terbaharui ini:
a.
Pencemaran udara (penurunan kualitas atmosfer)
b.
Penebangan hutan (penurunan kualitas dan kuantitas air tanah)
Gambar SDA yang dapat diperbaharui
Lahan
pertanian yang subur Indonesia,salah
satu negara dengan kekayaan sumber daya alam hayati
dan nonhayati terbesar di dunia.
2. Sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui (Unrenewable Resource)
Sumber daya alam ini mempunyai
jumlah yang relatif tetap atau mungkin bisa dikatakan semakin sedikit
jumlahnya. Ini dikarenakan pembentukan sumber daya alam ini memerlukan rentang
waktu yang sangat lama sehingga sumber daya alam ini dapat habis. Contohnya
antara lain : bahan mineral, minyak bumi, gas alam dan SDA fosil lainnya.
Sumber daya alam ini dibedakan Menurut daya pakai dan nilai konsumtifnya yaitu
:
a.
Sumber daya alam yang tidak cepat habis
Tidak cepat habis karena nilai
konsumtif manusia terhadap SDA ini relatif dalam jumlah sedikit. Contoh :
intan, dan batu permata.
b.
Sumber daya alam yang cepat habis
Cepat habis karena nilai konsumtif
manusia terhadap SDA ini relatif dalam jumlah yang banyak. Contoh : gas alam
dan minyak bumi.
Dalam UU No. 11 tahun 1967 tentang
pertambangan, barang-barang tambang dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1)
Golongan A yaitu golongan bahan galian strategis (penting untuk pertahanan dan
keamanan negara atau menjamin perekonomian negara). Contoh : minyak
bumi, batubara, bahan radioaktif, tembaga, besi,
alumunium, timah, dan mineral logam lainnya.
2)
Golongan B yaitu bahan galian vital (penting untuk hajat hidup orang banyak).
Contoh : emas, perak, magnesium, batu permata, asbes dan lain-lain.
3)
Golongan c yaitu golongan bahan galian selain Golongan A dan Golongan B di
atas. Contoh: bahan industri (batu kapur)
3. Sumber daya alam yang tidak habis/kekal
Sumber daya alam ini merupakan
sumber daya yang banyak terdapat di alam dan tidak dapat habis. Contoh : udara,
cahaya matahari, dan air laut.
yang
terbentang luas
3. Sumber daya alam yang dapat
diperbaharui
Yaitu sumber daya alam yang tak ada habisnya. Contoh : air,udara,hutan,laut,dsb. Namun untuk hutan,biarpun termasuk yang dapat diperbaharui,saat ini hutan-hutan selalu ditebangi untuk kepentingan sepihak. Padahal,hutan adalah paru-paru dunia (lung of world). Hutan pula yang memberikan keanekaragaman hayati. Maksudnya,hutan adalah tempat hidup bagi fauna dan flora kita.. Maka tidak heran apabila saat ini banyak sekali fauna yang statusnya terancam punah.
Hutan juga menjadi tempat menyimpan air hujan. Hutan-hutan itu ditebangi,maka banjir bandang terjadi dimana-mana ! Padahal,air hujan adalah barokah yang luar biasa dari Tuhan. Saya tidak habis pikir betapa teganya manusia dengan tidak berdosanya merusak alam!! Mungkin kita sekarang hanya berharap ada usaha yang tegas dari pemerintah kita untuk melindungi hutan kita. Karena hanya pemerintahlah yang punya kuasa dan wewenang.
Sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui
Yaitu sumber daya alam yang bisa habis. Contoh : Barang tambang,minyak bumi,dsb. Tuhan maha baik. Tuhan memberi semua ini untuk kesejahteraan ciptaan-Nya. Akan tetapi,saat ini sumber daya yang tak dapat diperbaharui hampir selalu digunakan untuk manusia alias dieksplorasi besar-besaran. Hal ini tentu dapat menyebabkan kelangkaan minyak bumi atau barang tambang. Padahal,kebutuhan manusia dalam hal ini semakin banyak. Dengan meningkatnya jumlah kebutuhan dan berkurangnya sumber daya ini menyebabkan kelangkaan tak bisa dihindari lagi.
Yaitu sumber daya alam yang tak ada habisnya. Contoh : air,udara,hutan,laut,dsb. Namun untuk hutan,biarpun termasuk yang dapat diperbaharui,saat ini hutan-hutan selalu ditebangi untuk kepentingan sepihak. Padahal,hutan adalah paru-paru dunia (lung of world). Hutan pula yang memberikan keanekaragaman hayati. Maksudnya,hutan adalah tempat hidup bagi fauna dan flora kita.. Maka tidak heran apabila saat ini banyak sekali fauna yang statusnya terancam punah.
Hutan juga menjadi tempat menyimpan air hujan. Hutan-hutan itu ditebangi,maka banjir bandang terjadi dimana-mana ! Padahal,air hujan adalah barokah yang luar biasa dari Tuhan. Saya tidak habis pikir betapa teganya manusia dengan tidak berdosanya merusak alam!! Mungkin kita sekarang hanya berharap ada usaha yang tegas dari pemerintah kita untuk melindungi hutan kita. Karena hanya pemerintahlah yang punya kuasa dan wewenang.
Sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui
Yaitu sumber daya alam yang bisa habis. Contoh : Barang tambang,minyak bumi,dsb. Tuhan maha baik. Tuhan memberi semua ini untuk kesejahteraan ciptaan-Nya. Akan tetapi,saat ini sumber daya yang tak dapat diperbaharui hampir selalu digunakan untuk manusia alias dieksplorasi besar-besaran. Hal ini tentu dapat menyebabkan kelangkaan minyak bumi atau barang tambang. Padahal,kebutuhan manusia dalam hal ini semakin banyak. Dengan meningkatnya jumlah kebutuhan dan berkurangnya sumber daya ini menyebabkan kelangkaan tak bisa dihindari lagi.
Kemudian,mengapa banyak ilmuwan dan
professor di dunia ini tidak bisa menemukan solusi dari hal ini ??
Maksudnya,mencari alternatif lain dari hasil penelitiaan dan percobaan mereka.
Contohnya seperti bensin dan sejenisnya. Penggunaan bensin pada kendaraan bermotor
itu kurang baik juga untuk lingkungan kita,karena polusi udara yang dihasilkan
dari asap kendaraan itu berasal dari penggunaan bensin sebagai bahan bakar.
Nah,para ilmuwan diharapkan mampu mencari alternatif bahan bakar selain bensin
yang merupakan hasil dari olahan minyak bumi. Karena jika minyak bumi telah
habis,maka kendaraan bermotor dianggap sebagai 'sampah'.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/1971320-sda-yang-dapat-diperbaharui-dan/#ixzz26cwMdfQB
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/1971320-sda-yang-dapat-diperbaharui-dan/#ixzz26cwMdfQB
2.2.2. Hasil tambang
Sumber daya alam hasil penambangan
memiliki beragam fungsi bagi kehidupan manusia, seperti bahan dasar infrastruktur, kendaraan bermotor,
sumber energi, maupun sebagai perhiasan. Berbagai
jenis bahan hasil galian memiliki nilai ekonomi yang besar dan hal ini memicu
eksploitasi sumber daya alam tersebut.[23] Beberapa negara, seperti
Indonesia dan Arab, memiliki pendapatan yang sangat besar dari sektor ini.[23] Jumlahnya sangat terbatas, oleh
karena itu penggunaannya harus dilakukan secara efisein.[1] Beberapa contoh bahan tambang dan
pemanfaatannya:
- Avtur untuk bahan bakar pesawat terbang;
- Bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor;
- Minyak Tanah untuk bahan baku lampu minyak;
- Solar untuk bahan bakar kendaraan diesel;
- LNG (Liquid Natural Gas) untuk bahan bakar kompor gas;
- Oli ialah bahan untuk pelumas mesin;
- Vaselin ialah salep untuk bahan obat;
- Parafin untuk bahan pembuat lilin; dan
- Aspal untuk bahan pembuat jalan (dihasilkan di Pulau Buton)[24]
dimanfaatkan untuk bahan bakar industri dan rumah tangga.
Untuk peralatan rumah tangga, pertanian dan lain-lain
merupakan jenis logam yang berwarna kekuning-kuningan, lunak
dan mudah ditempa.
Sebagai bahan dasar pembuatan alumunium.
untuk perhiasan
Untuk bahan bangunan rumah atau gedung
Untuk bahan obat penyakit kulit dan korek api
Untuk obat dan peramu garam dapur
beryodium
Untuk bahan pelapis besi agar tidak
mudah berkarat.
Untuk bahan bakar kompor gas
Untuk pembuatan pembuatan besi baja
Bermanfaat untuk membuat pensil, dan bahan pembuatan baterai
2.3. Kerangka
Konseptual
Matematika
merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai siswa. Matematika tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan sehari – hari. Matematika selalu mengikuti
perkembangan yang berbanding lurus dengan kemajuan sains dan teknologi. Hal
yang demikian kebanyakan yang tidak didasari oleh sebagian siswa yang minimnya
informasi mengenai apa dan bagaimana sebenarnya matematika tersebut dengan
demikian baru lihat buruk pada proses belajar siswa yakni mereka hanya belajar
matematika, mendengar penjelasan guru, menghapal rumus , lalu memperbanyak
latihan soal dengan menguraikan rumus yang sudah dihapal, tetapi tidak pernah
ada usaha untuk memahami dan mempelajari makna sebenarnya tentang tujuan materi
pelajaran itu sendiri .
Strategi Pembelajaran inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis
dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah
yang dipertanyakan. Proses berpikir itu
sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Materi pembelajaran inkuiri merupakan dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada siswa. Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa
memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Adapun tujuan
dari penerapan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian dalam strategi
pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran
akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Pembelajaran inkuiri ini dikususkan
dengan pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inguiry). Inkuiri terbimbing
digunakan dalam kegiatan pembelajaran dimana guru menyediakan bimbingan atau
petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Guru dapat menggunakan kesempatan ini
untuk mengajarkan prosedur pengkajian sesuai dengan langkah-langkah strategi
pembelajaran inkuiri lainnya.
2.4.
Hipotesis
Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan
penerapan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing akan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi Luas trapesium dan
layang-layang kelas IV
SD Negeri No. 030415 Binanga
Boang.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
pnelitian ini adalah Penelitian Tindakan kelas (PTK). Penelitian yang dilakukan adalah
deskriptif kuantitatif
yaitu bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa melalui
penerapan strategi pembelajaran inkuiri
terbimbing di kelas IV
SD Negeri No. 030415 Binanga
Boang.
3.2. Subjek dan Objek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa SD Negeri No. 030415
Binanga Boang Syang terdaftar pada kelas IV Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 8 Laki-laki
dan 12 Perempuan. Objeknya adalah Penerapan strategi
pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
3.3. Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah
a.Hasil Belajar
Hasil
belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran yang telah diberikan saat penelitian dilaksanakan.
Data yang diperoleh berupa skor yang didasarkan pada hasil tes yang diberikan.
b.Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Strategi pembelajaran inkuiri terbimbing
adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan dengan bimbingan oleh guru. Strategi
pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inguiry) merupakan strategi
pembelajaran yang digunakan apabila dalam kegiatan pembelajaran guru
menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Sebagian
besar perencanaannya dibuat oleh guru. Siswa tidak merumuskan problem petunjuk
yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat yang diberikan oleh
guru.
3.4.
Desain
Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah desain
Penelitian
Tindakan
Kelas
yang disusun oleh Kemmis dan Mc.Taggart
yang terdiri dari empat tahapan yaitu 1). Perencanaan, 2). Pelaksanaan, 3). Pengamatan, dan 4). Refleksi. Pelaksanaan ini direncanakan
dengan dua siklus sebagai
berikut:
|
|
|
Gambar
2.
Skema Penelitian Tindakan Kelas
Model kemmis dan Mc.Taggart ( Dalam
Arikunto dkk, 2006;16 )
3.5. Prosedur
Penelitian
Pelaksanaan tindakan ini
dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu
siklus I dan siklus II. Pada siklus I dilaksanakan kegiatan pembelajaran
sebanyak 4 kali pertemuan dan pada siklus
II juga dilaksanakan kegiatan pembelajaran sebanyak 4 kali pertemuan. Hal ini berpedoman pada silabus Kurikulum Tingkat Satuan
Pembelajaran (KTSP) yang memuat bahwa pembelajaran Luas Trapesium dan layang-layang membutuhkan waktu sebanyak 4 JP
(jam pelajaran) x 35 menit. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan
dalam menentukan perbaikan tindakan pada siklus II. Sedangkan hasil refleksi
siklus II nantinya akan sebagai acuan
untuk tindak lanjut pembelajaran
selanjutnya.
Berikut ini adalah kegiatan yang akan dilakukan :
A. Siklus
1
1.
Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan dilakukan
setelah observasi awal dilakukan. Pada tahap ini perencanaan tindakan pada
setiap siklus adalah sebagai berikut:
a.
Penelitian ini direncanakan dapat
tercapai dengan 2 siklus selama dua bulan di semaster I kelas IV SD.
b.
Pelaksanaan tindakan adalah peneliti
sendiri, mahasiswa PGSD dan melibatkan guru kelas V sebagai pemantau pelaksana
tindakan.
c.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yang bertujuan untuk melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar secara kegiatan belajar mengajar di kelas ketika rencana Pelaaksanaan Pembelajaran
dilaksanakan.
d.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) .
e.
Mempersiapkan pembelajaraan inkuiri
terbimbing yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.
f.
Mempersiapkan media dan alat pembelajaran
2. Tahap
pelaksanaan Tindakan
Setelah
perencanaan disusun, maka dilakukan pelaksanaan Tindakan terhadap permasalahan siswa. Pelaksanaan yang
dilakukan adalah memberikan materi luas trapesium dan layang-layang. Kegiatan
yang dilakukan guna
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa
dalam memahami pelajaran dan bagaimana
perubahannya.
Secara garis besar bentuk kegiatan dalam tindakan ini
adalah sebagai berikut :
a.
Pre Tes
b.
Rencana
pembelajaran yang telah dirancang pada tahap perencanaan dilaksanakan
sepenuhnya pada tahap tindakan ini, yaitu :
1)
Membuka pelajaran
meliputi, motivasi, penyampaian materi pelajaran
dan tujuan pembelajaran
2)
Kegiatan inti,
meliputi penyampaian materi pokok luas trapesium dan layang-layang”
dengan menggunakan langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri terbimbing.
3)
Menyelesaikan
soal-soal di buku maupun di papan tulis.
4)
Menutup pelajaran,
meliputi menyimpulkan pelajaran.
c.
Pemberian pos tes
untuk mengukur kemampuan siswa melalui hasil belajarnya.
3. Tahap Pengamatan ( Observasi )
Tahap Pengamatan ( observasi )
dilakukan saat proses
pembelajaran sedang berlangsung
di dalam kelas.
Tahap
pengamatan tindakan dilakukan untuk memberi kesempatan kepada peneliti sebagai
pelaksana, sedangkan
guru kelas sebagai pengamat. Pengamat menggunakan lembaran observasi sewaktu mengamati kegiatan belajar mengajar
4. Tahap Refleksi
Dari hasil Pengamatan ( observasi )
dapat dianalisis dan diketahui aktivitas yang dilakukan siswa meningkat atau
tidak. Kegiatan refleksi dilakukan untuk mempertimbangkan pedoman mengajar yang
dilakukan serta melihat kesesuaian yang akan dicapai dengan apa yang diharapkan
dalam pembelajaran yang pada akhirnya ditemukan titik kelemahan dan kekurangan
para siswa. Untuk diperbaiki dalam siklus kedua di mana pada tahap siklus kedua
ini diharapkan adanya peningkatan hasil siswa dengan penerapan strategi pembelajaran
inkuiri terbimbing ini. Siswa diharapkan bertambah semangat dan bertambah aktif
ketika pelajaran sedang
berlangsung.
B. Siklus
II
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini perencanaan tindakan
pada siklus II adalah sebagai berikut :
a. Peneliti menyusun kembali Rencana Pelaksaan
Pembelajaran (RPP)
b. Peneliti membuat media dan alat pembelajaran
c. Peneliti menyusun bahan ajar yaitu luas trapesium dan layang-layang
d. Peneliti mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan/soal mengenai luas trapesium
e. Membentuk
kelompok
f. Menyiapkan lembar observasi yang akan
dipergunakan pada saat pembelajaran.
2. Tahap pelaksanaan Tindakan
a.
Rencana
pembelajaran yang telah dirancang pada tahap perencanaan dilaksanakan
sepenuhnya pada tahap tindakan ini, yaitu :
1). Membuka
pelajaran meliputi, motivasi, penyampaian materi pelajaran
dan tujuan pembelajaran
2). Kegiatan inti,
meliputi penyampaian materi pokok bahasan “Luas trapesium dan layang-layang”
dengan menggunakan langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri terbimbing.
3). Menutup
pelajaran, meliputi menyimpulkan pelajaran.
b.
Pemberian pos tes
untuk mengukur kemampuan siswa melalui hasil belajarnya.
3. Tahap Pengamatan ( observasi )
Tahap
Pengamatan ( observasi ) dilakukan saat proses pembelajaran
sedang berlangsung dilakukan di dalam kelas, tahap
pengamatan tindakan dilakukan untuk memberi kesempatan kepada peneliti sebagai
pelaksana sedangkan guru kelas sebagai pengamat. Pengamat menggunakan lembaran
observasi sewaktu mengamati kegiatan belajar mengajar.
4. Tahap Refleksi
Dari hasil Pengamatan dapat dianalisis
dan diketahui tentang prestasi yang dilakukan siswa meningkat atau tidak.
Kegiatan refleksi dilakukan untuk mempertimbangkan pedoman mengajar yang
dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam
pembelajaran.
Tahap refleksi merupakan kegiatan
untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, jika masih banyak hasil belajar siswa masih rendah
maka penelitian harus melakukan siklus selanjutnya. Tetapi bila tingkat keberhasilan
sudah tercapai sesuai dengan diharapan maka tidak perlu dilakukan siklus pada
tahap berikutnya.
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas V SD
Negeri No. 030415 Binanga
Boang yang
disusun dengan jadwal sebagai berikut.
Tabel
1.
Jadwal Pelaksanaan
Penelitian
No
|
|
Bulan/Minggu
|
|||||||||||||||||||
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
|||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Seminar Proprsal
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Persiapan Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Refleksi awal (persiapan pelaksanaan tindakan kelas
dan pre tes)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Siklus I
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
Pertemuan 4
Pos tes I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
√
|
√
√
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Siklus II
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
Pertemuan 4
Pos tes II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
√
√
√
|
√
|
|
|
|
|
|
6
|
Analisis data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
7
|
Penulisan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
|
3.6. Alat
Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah tes uraian
berbentuk essay
dan observasi. Tes belajar ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada
tingkat kognitif dan observasi untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan calon guru (Peneliti).
3.6.1. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing. Tes disusun dalam
bentuk essay
yang mengacu pada kurikulum tingkat satuan (KTSP) untuk kelas IV SD Negeri No. 030415 Binanga Boang Tahun Ajaran 2011/2012. Tes yang digunakan sebanyak 10 item dengan essay. Tes yang dipahami
dalam tes instrumen pengumpulan data ini adalah tes hasil belajar. Tes hasil belajar adalah tes yang
digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.
3.6.2. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan
secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan. Untuk mengetahui keaktifan siswa dengan penerapan strategi
pembelajaran inkuiri terbimbing peneliti menggunakan lembar observasi.
Observasi yang dilakukan menggunakan pengamatan terhadap seluruh kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan siswa melalui strategi pembelajaran inkuiri
terbimbing. Adapun manfaat observasi strategi pembelajaran inkuiri terbimbing
ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang keseluruhan objek yaitu memperoleh
informasi di dalam kegiatan belajar mengajar. Observasi yang dilakukan secara
langsung dan dilakukan oleh guru kelas sebagai pengamat yang mengamati kriteria
aktivitas yang terjadi pada siswa. Bagi pengamat dilengkapi dengan lembar
pedoman observasi aktivitas belajar siswa sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan.
3.7. Teknik Analisis Data
a.
Mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam
menyelesaikan setiap test secara invidu, dilakukan analisis per item tes dengan
menggunakan rumus: N =
- Memperoleh nilai siswa secara individu digunakan rumus:
N =
c.
Memperoleh
nilai rata-rata kelas digunakan rumus (Khotimah dalam Aqib; 2009 : 40) yaitu :
Keterangan:
X = nilai rata-rata
=
jumlah semua nilai siswa
=
jumlah siswa
d.
Mengetahui berhasil atau tidaknya
tindakan yang dilakukan, peneliti menggunakan analisis persentase dengan
menggunakan rumus Khotimah (dalam Aqib, 2009:41) yaitu:
Tingkat keberhasilan ditentukan dengan melihat dari
kriteria yang telah ditetapkan, yaitu kriteria menentukan tingkat persentase
jumlah siswa dari tiap indikator dibagi 5 bagian yaitu:
Tabel 3. Kriteria tingkat
keberhasilan belajar siswa dalam %
(Zainal Agib 2009: 41)
Tingkat
keberhasilan %
|
Arti
|
> 80 %
60 – 75 %
40 – 59 %
20 – 39 %
< 20 %
|
sangat
baik
baik
cukup
kurang
sangat
kurang
|
Berdasarkan
ketuntasan belajar, siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 dikatakan berhasil atau
tuntas belajar dan jika ketuntasan
belajar di kelas sudah mencapai 75 % maka ketuntasan belajar secara klasikal
sudah tercapai.
Data observasi menggunakan skala penilaian dalam
rentang nilai dengan bentuk angka ( 4, 3, 2, 1) untuk aktivitas siswa berarti 1
artinya kurang, 2 artinya cukup, 3 artinya baik, dan 4 artinya baik sekali.
Sudijono (2007:45) “ pemberian nilai dengan cara memberi tanda centang (√ ) pada kolom skala nilai”. Setelah itu semua nilai
tersebut dihitung dengan rumus:
Nilai
= x 100
3.8. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa
kelas IV
SD Negeri No. 030415 Binanga
Boang pada
tahun ajaran
2012/2013 pada semester ganjil. Penelitian diharapkan selesai
dalam waktu dua bulan yaitu pada bulan agustus dan September 2012 dari persiapan sampai penulisan
laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, M. (1999). Pendekatan tentang anak berkesulitan belajar. Jakarta.
Rineka cipta.
Agib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian tindakan kelas untuk guru SD, SLB, TK. Bandung. CV Yrama Widia.
Arikunto, S.
2007. Manajemen penelitian. Jakarta
Rineka cipta.
Arikunto,
Sukarsimini2006. Penelitian tindakan
kelas. Jakarta.Bumi Aksara.
Darwati, Yuli.2009.Adaptive Help Seekig. Yokyakarta.
Logung Pustaka.
Djamarah,
Syaiful, Bahri, Zain Aswin. 2006. Strategi
belajar mengajar. Jakarta. Rineka
cipta.
Dimyati,
Mudjimo, 2006. Belajar dan pembelajaran.
Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Emzir. 2007. Metodologi penelitian pendidikan.
Jakarta. PT. Raja Grafndo Persada.
Gulo,
W. 2002. Strategi belajar mengajar.
Jakarta. Gramedia Widia sarana Indonesia.
Hamalik,O. 2010. Kurikulum
dan pembelajaran.Jakarta.Bumi Aksara.
Kusuma, Suherli.
2010. Model Pembelajaran Siswa aktif.
Jakarta. PT. Penerbit Sketsa Sara
Lalitya.
Mulyasa, E. 2004, Implementasi Kurikulum. Bandung. Rosda Karya.
Riduwan. 2006. Belajar mudah penelitian.
Bandung.Alfabeta.
Rusfendi, ET.
1992. Pendidikan I. Jakarta.
Depdiknas.
Sanjaya, Wina. 2006.
Strategi Pembelajaran berorientasi
standar proses pendidikan.
Jakarta. Prenada Media Group.
Sardiman,A.M. 2003 .Interaksi dan motivasi belajar Mengajar.Jakarta.Grafindo Persada
Slameto.2003. Belajar
dan faktor-faktor mempengaruhinya. Jakarta.PT.Rineka
Cipta.
Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung. Tarsit.
--------- .
2009. Penilaian hasil proses hasil
belajar mengajar. Bandung. Remaja Rosdakarya
Syah,
Muhibbin.2010.Psiklogi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung. Remaja Rosda
karya
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Tulus, T. 2004. Peranan disiplin pada prilaku dan prestasi
siswa. Jakarta. Grasindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar