ADS

Sabtu, 30 Januari 2016

PTK matematika terbaru


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi kebutuhan anak dalam melatih penalarannya. Melalui pengajaran matematika diharapkan akan menambah kemampuan, mengembangkan keterampilan dan aplikasinya. Selain itu matematika adalah sarana berpikir dalam menentukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan matematika merupakan metode berpikir logis, sistematis, dan konsisten. Oleh karena itu semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti selalu merujuk pada matematika.
Matematika sebagai ilmu dasar begitu cepat mengalami perkembangan, hal itu terbukti dengan semakin banyaknya kegiatan matematika dalam kegiatan sehari-hari. Akan tetapi pada pernyataannya masih banyak siswa yang merasa takut, enggan, dan kurang tertarik terhadap mata pelajaran matematika.
Matematika sebagai disiplin ilmu turut andil dalam pengembangan dunia teknologi yang kini telah mencapai puncak kecanggihan dalam mengisi berbagai dimensi kebutuhan hidup manusia. Kurangnya kemampuan siswa untuk mengenal bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana membuat peneliti berusaha mencari pembelajaran yang tepat.
Melihat betapa besar peran matematika dalam kehiduan manusia, bahkan masa depan suatu bangsa, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang mengajarkan dasar-dasar Matematika merasa terpanggil untuk senantiasa berusaha meningkatkan pembelajaran dan hasil belajar Matematika. Apalagi kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika selalau berada di tingkat bawah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
Menurut pengamatan penulis di SD Negeri ... Medan, Senin 16 Desember 2013 pukul 09.00 WIB, penulis melihat bahwa pelaksanaan pembelajaran Matematika belum dilaksanakan dengan pencapaian hasil belajar yang maksimal.  Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi matematika di kelas IV SD Negeri ... Medan, dimana jumlah siswa kelas IV sebanyak 28 orang yang terdiri atas 16 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Peneliti menemukan bahwa hasil perolehan nilai Matematika siswa kelas IV tahun ajaran 2013/2014 masih tergolong relatif  rendah dibawah standar ketuntasan. Dimana dari 28 orang siswa hanya 8 orang siswa atau 28,5% yang mencapai nilai KKM, sedangkan 20 orang siswa atau 71,5% tidak mencapai KKM. Jadi dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa hasil belajar Matematika siswa SD Negeri ... Medan dikategorikan masih rendah karena masih lebih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.
Setelah melakukan diskusi, peneliti dan guru kelas mengidentifikasi beberapa hal yang menjadi faktor tidak tuntasnya hasil belajar pada Matematika yaitu: dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah, sehingga pembelajaran bersifat monoton/membosankan bagi siswa dan sudah tentu akan berpengaruh pada siswa dalam mencapai standar pembelajaran.dan membuat siswa kurang bergairah dalam pembelajaran. Maka dalam pembelajaran Matematika membutuhkan metode yang tepat supaya siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran.
Guru masih jarang menggunakan media pembelajaran/alat peraga pada saat melakukan proses pembelajaran sehingga mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika. Guru cenderung menjelaskan dimana guru fokus hanya menerangkan materi didepan kelas. Sehubungan dengan hal tersebut dalam pembelajaran sebaiknya difasilitasi dengan menggunakan media agar siswa berkesempatan mengamati, menyentuh, melakukan tindakan dengan melihat dan mempergunakan sebagai percobaan sehingga dapat membantu siswa dalam memahami konsep Matematika secara tepat.
Dalam menerapkan proses pembelajaran guru masih berpusat pada guru saja dimana keaktifan siswa masih sangat rendah dalam memahami konsep pembelajaran Matematika, kurangnya interaksi antara guru dan siswa sehingga suasana kelas demikian akam memberikan dampak berupa kurang aktifnya siswa pada saat pelajaran Matematika berlangsung sehingga siswa menjadi rebut dalam kelas. Hal ini tentunya mengakibatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika tidak meningkat.
Agar guru dapat mengajar secara efektif hendaknya mampu membelajaran siswa dengan variasi metode, materi yang diajarkan sesuai kurikulum dan kebutuhan, memberikan kebebasan pada siswa untuk menyelidiki dan mencari pemecahan masalah sendiri, mampu merencanakan pengajaran remedial bagi siswa yang membutuhkan.
Tugas dan peran guru antara lain, yaitu menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran, merencanakan dan menyiapkan pelajaran setiap hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Guru harus benar-benar memperhatikan bagaimana agar tujuan pembelajaran itu tercapai dengan baik, salah satu agar pembelajaran dapat tercapai adalah dengan menyesuaikan metode diskusi.
Tujuan dalam penggunaan metode diskusi adalah memungkinkan adanya keterlibatan siswa dalam proses interaksi yang lebih luas. Proses interaksi berjalan melalui komunikasi verbal. Metode diskusi dapat digunakan untuk belajar konsep dan prinsip, melalui metode pembelajaran ini siswa dapat memahami konsep dan prinsip secara lebih baik.
Diharapkan dengan menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa, menunjukkan adanya peningkatan terhadap materi yang disampaikan di saat proses belajar mengajar berlangsung khususnya pada materi pokok bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana. Hal ini memotivasi mereka untuk berinteraksi, berdiskusi dan berargumentasi.
Dengan mempertimbangkan hal di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul : “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika Dengan Menggunakan Metode Diskusi Di Kelas IV SD Negeri ... Medan T.A 2013/2014”.

1.2        Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas beberapa masalah yang diidentifikasi yaitu :
1.      Rendahnya hasil belajar siswa sehingga masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.
2.      Guru masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyerap pelajaran.
3.      Guru jarang menggunakan media pembelajaran pada saat melakukan proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa rendah.
4.      Kurangnya interaksi guru antara guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

1.3        Batasan Masalah
Untuk memfokuskan pada permasalahan yang dikaji maka penelitian ini perlu dibatasi agar pembatasan masalah ini tidak menyimpang jauh dari inti permasalahan, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun batasan masalah yang akan diteliti adalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi pokok bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana dengan menggunakan metode diskusi di kelas IV SD Negeri No. ... Medan Tahun Ajaran 2013/2014.

1.4        Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah dapat dilakukan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah setelah menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi pokok bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana dikelas IV SD Negeri ... Medan Tahun Ajaran 2013/20134.”

1.5        Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana pada pelajaran matematika dengan menggunakan metode diskusi di kelas IV SD Negeri ... Medan Tahun Ajaran 2013/2014.

1.6        Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.      Bagi siswa
Bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar siswa jika guru menggunakan metode diskusi pada mata pelajaran matematika.
2.      Bagi Guru
Sebagai masukan unuk menerapkan metode diskusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika dan memberikan informasi bagi guru dalam mencari atau memilih metode pembelajaran yang cocok untuk menyampaikan materi dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
3.      Bagi Kepala Sekolah
Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran dan membantu pihak sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran matematika.
4.      Bagi Peneliti
Sebagai acuan nantinya dalam pratek mengajar untuk meningkatkan hasil belajar pada pelajaran matematika dengan menggunakan metode diskusi.
5.      Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penerus reverensi penelitian berikutnya kelak akan menjadi guru nantinya. Sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak, artinya guru berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar.


 
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar dalam arti yang luas yaitu suatu perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap sikap dan menilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan dan pengalaman yang terorganisir.
Belajar sebagai proses memungkinkan seseorang untuk mengubah perilakunya, beberapa ahli pendidikan mengemukakan tentang batas mengajar antara lain menurut Suryabrata (dalam B.Uno, 2011) bahwa :
“Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan pegalaman baru ke arah yang lebih baik.”
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.

Ahli lain yakni Ahmadi dan Supriyono (dalam B.Uno, 2011) mengemukakan bahwa “secara psikologis belajar berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.”
Beberapa pandangan para ahli tentang pengertian belajar menurut B.Uno (2011) antara lain sebagai berikut.
a)      Moh. Surya (1997): “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.”
b)      Witherington (1952): “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.”
c)      Crow & Crow (1995): “Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru.”
d)     Hilgard (1962): “Belajar adalah proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi.”
e)      Di Vesta dan Thompson (1970): “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.”
f)       Gage & Berliner: “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman.”
Pengertian belajar juga dikemukakan Bruner (dalam B.Uno 2008:154) menjelaskan tentang kegiatan belajar dengan proses menemukan diri. Menurut B.Uno (2008:18) bahwa “Proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri aturannya (termasuk konsep, teori, dan definisi).”
Dari pendapat para ahli di atas, maka belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan pengalaman individu akibat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari hasil perbuatan belajar seseorang dapat berupa kebiasaan-kebiasaan, kecakapan atau bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku individu akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang dimaksud meliputi perubahan kognitif, sikap dan keterampilan.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2010:22). Selanjutnya S. Nasution (dalam Kunandar, 2009:276) mengatakan “Hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar”.
Menurut Purwanto (2008:46) menyatakan “hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar”. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Hasil belajar dapat dilihat nilai ulangan harian (formatif), tugas-tugas pekerjaan rumah, dan tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir semester dan sebagainya. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksudkan adalah hasil tes tiap siklus.
Dari pendapat para ahli di atas jelas bahwa suatu proses belajar mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam arti perubahan kemampuan merupakan indikator untuk mengetahui hasil belajar siswa. Dengan cara ini dapat diketahui tingkat hasil belajar yang telah dicapai siswa. Sehingga guru dapat menggunakan model untuk meningkatkan hasil belajar.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Hasil belajar yang dicapai setiap siswa tidak terlepas adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut bisa saja berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan bisa saja berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal).
Selanjutnya Daryanto (2010:36) menjelaskan bahwa “faktor intern dapat dibagi menjadi tiga faktor adalah: 1) Faktor Jasmaniah, yaitu: faktor kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor Psikologi, yaitu: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 3) Faktor Kelelahan. Selanjutnya faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan menjadi tiga faktor adalah: 1) Faktor Keluarga, yaitu: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. 2) Faktor Sekolah, yaitu: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. 3) Faktor Masyarakat, yaitu: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Faktor-faktor yang disebut di atas akan diulas lebih rinci sebagaimana berikut:
Faktor internal yang dimaksud adalah segala yang berhubungan dengan keadaan fisik atau keadaan jasmani. Sehat jasmani dalam hal ini berarti dalam keadaan baik dan bebas penyakit. Kesehatan seseorang dapat mempengaruhi bagi terlaksananya proses belajar yang efektif. Dalam menjaga kesehatan perlu memperhatikan beberapa ketentuan yaitu menjaga  kebersihan tubuh, pola makan, istirahat yang cukup dan berolahraga. Faktor internal yang berkaitan dengan psikologis adalah meliputi intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, dan kesiapan. a) Intelegensi: intelegensi adalah kecerdasan atau daya fikir dan penalaran yang cepat tanggap. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, dimana siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. b) Perhatian: perhatian adalah keaktifan siswa yang tertinggi dan semata-mata tertuju pada satu atau kelompok objek. Agar dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian pada bahan yang dipelajarinya. c) Bakat: bakat adalah kemampuan khusus dibidang tertentu yang dibawa sejak lahir. Setiap orang mempunyai bakat yang berbeda-beda dan akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar dan berlatih. Seseorang yang memiliki bakat pada bidang tertentu akan lebih kreatif pada bidang tersebut. Apabila bakat yang dimiliki oleh siswa diberi kesempatan untuk dikembangkan dalam pembelajaran, maka ia dapat mencapai hasil belajar yang tinggi. d) Minat: minat adalah kecenderungan yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan dan merasa senang mempelajarinya, sehingga memperoleh hasil belajar yang tinggi. e) Motif: motif adalah suatu dorongan untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang belajar dengan motif yang kuat akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat untuk mencapai hasil yang tinggi. f) Kesiapan: kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesediaan itu timbul dari diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar karena siswa sudah memiliki kesiapan belajar. Dengan adanya kesiapan tersebut, maka hasil belajar siswa dapat lebih baik.
Faktor eksternal yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang datang dari luar diri seorang siswa. Faktor eksternal dibagi kepada faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. (a) Faktor Keluarga: faktor keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Pengaruh dari keluarga dapat berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Orang tua bertanggung jawab dalam membimbing anak, agar proses belajarnya tetap berlangsung dengan terarah. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, seorang anak membutuhkan lingkungan keluarga yang kondusif untuk belajar dan menyenangi apa yang dipelajarinya. Di sini orang tua sangat berperan penting dalam menciptakan suasana yang dapat mendorong anak senang belajar sehingga hasil belajar anak tersebut dapat meningkat. Orang tua dapat mendampingi anak dengan menciptakan suasana belajar dirumah dengan cara menyenangkan. (b) Faktor Sekolah: sekolah merupakan lingkungan yang berperan besar dalam memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa antara lain: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. (c) Faktor Masyarakat: masyarakat juga merupakan pengaruh besar terhadap belajar siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar siswa antara lain kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Dengan mengetahui faktor-faktor belajar di atas maka guru dapat merancang pembelajaran atau menciptakan kondisi belajar yang mengoptimalkan hasil belajar siswa yang akan diperoleh. Dalam pembelajaran guru juga memiliki pengaruh besar terhadap proses dan hasil belajar siswa, karena seperti hal yang telah dijelaskan, guru harus memfasilitasi sampai memotivasi siswa untuk belajar, jika guru tidak berperan aktif soal kegiatan pembelajaran pasti tidak berjalan dengan baik.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada dua faktor internal (faktor yang terdapat dalam diri siswa) yaitu berupa kondisi fisik atau jasmani maupun rohani dan faktor eksternal (faktor yang terdapat dari luar diri siswa) yaitu kondisi lingkungan sekitar siswa baik dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Oleh karena itu sebagai seseorang guru harus dapat memahami karakteristik siswa agar dalam proses belajar siswa dapat lebih baik.

2.1.4 Pengertian Metode Diskusi
Djamarah dan Zain (dalam Tim Pengajar, 2011:73) mengatakan bahwa metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya Surakhmad mengatakan bahwa metode adalah cara yang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan, atau cara di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan (dalam Tim Pengajar, 2011:73).
Diskusi merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat. Kamus bahasa mendefinisikan diskusi hampir identik dengan diskursus, yaitu melibatkan saling tukar pendapat secara lisan, teratur, dan untuk mengekspresikan pikiran tentang pokok pembicaraan tertentu.
Hasibuan (2000:20) menyatakan bahwa diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
Menurut Sagala (2011:208) diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan beberapa pertanyaan-pertanyaan ploblematis pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran.

Selanjutnya menurut Hasibuan (2000) metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guru mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Killen (dalam Sanjaya, 2011:152) mengutarakan bahwa metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pemanfaat diskusi oleh guru mempunyai arti untuk memahami apa yang ada di dalam pikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui komunikasi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung, baik antara siswa maupun komunikasi guru dengan siswa. Sehingga diskusi menyediakan tatanan sosial di mana guru dapat membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka.

2.1.5 Jenis-Jenis Diskusi
Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran menurut Sanjaya (2011:157), antara lain:
a.       Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis. Kedua, sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus di pecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber masalah memberi tanggapan, dan kelima, moderator menyimpulkan hasil diskusi.


b.      Diskusi kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.  Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam submasalah yang harus dipecahakan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.
c.       Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persolaan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
d.      Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekedar peninjau para penelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebeb itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
Jenis diskusi apapun yang digunakan oleh guru dalam proses pelaksanaan belajar mengajar, guru harus mengatur kondisi secara keseluruhan pada setiap siswa. Kondisi tersebut ditekankan, sebab diskusi merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Strategi ini diharapkan bisa mendorong siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir ilmiah serta dapat mengembangkan pengetahuan siswa.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu percakapan yang dilakukan lebih dari dua orang yang saling bertukar pendapat dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk mengembangkan ide-idenya dalam proses belajar mengajar.

2.1.6 Langkah-Langkah Melaksanakan Metode Diskusi
Agar penggunaan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah menurut Hasibuan (2000:23) sebagai berikut.
(a)    Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya, dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Yang penting, judul atau masalah yang akan didiskusikan harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa. (b) Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya. Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang: Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan; “Berwibawa” dan disenangi oleh teman-temannya; Lancar berbicara; Dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis. (c) Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif, dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama. (d) Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut. (e) Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok

Sedangkan menurut Sanjaya (2011:158) adapun beberapa langkah-langkah dalam melaksanakan diskusi sebagai berikut :
1)      Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:
(a)    Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti dipahami oleh setiap siswa sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan. (b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, apabila tujuan yang ingin dicapai adalah penambahan wawasan siswa tentang suatu persoalan, maka dapat digunakan diskusi panel; sedangkan jika yang diutamakan adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan, maka symposium dianggap sebagai jenis diskusi yang tepat. (c) Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi di lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan. (d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petuugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim pengurus, manakala diperlukan.
2)      Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
(a)    Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi. (b) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan. (c) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya. (d) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya. (e) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
3)      Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
(a)    Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi. (b) Me-riview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

Keterlibatan aktif siswa dalam mendiskusikan pokok bahasan merupakan tujuan dari diskusi. Diskusi ini merupakan usaha untuk mengembangkan keterampilan dasar pada siswa, seperti berbicara menurut giliran, mendengarkan siswa lain mengutarakan pendapat, dan mengajukan usul. Diskusi membantu para siswa mempertajam idenya sendiri dan menghargai pendapat orang lain.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah metode diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam pelaksanaan diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.

2.1.7 Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar (Sanjaya, 2011:156).
(1)   Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide. (2) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan. (3) Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.

Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
(1)   Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara. (2) Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur. (3) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan. (4) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosinal yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.

Dengan memperhatikan keunggulan dan kelemahan di atas, apabila guru ingin menggunakan metode diskusi, sebaiknya guru melakukan kesiapan yang matang, baik mengenai materi pelajaran yang akan disampaikan maupun mengenai hal-hal lain yang dapat mempengaruhi kelancaran proses prestasi.

2.1.8 Bangun Ruang dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana
1.      Mengenal Kembali Bangun Ruang Kubus, Balok, Prisma Tegak Segitiga, Limas, Kerucut, Tabung Dan Bola
















2.      Mengenal Sisi, Rusuk Dan Titik Sudut Bangun Ruang Kubus, Balok, Prisma Tegak Segitiga, Limas Segi Empat, Limas Segitiga, Kerucut, Tabung, Dan Bola

Titik sudut adalah pertemuan 3 rusuk
Rusuk adalah pertemuan 2 sisi
Sisi adalah bidang atau daerah bidang

a.       Kubus




Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah sisi persegi yang kongruen (sama dan sebangun)
Kubus terdiri dari 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut
Sisi bangun ruang kubus di atas adalah : ABCD, EFGH, ABEF, CDGH, ADEH, BCFG
Rusuk bangun ruang kubus di atas adalah : AB, BC, CD, AD, EF, FG, GH, EH, AE, BF, CG, DH
Titik sudut bangun ruang kubus diatas adalah : A, B, C, D, E, F, G, H

b.      Balok


Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam daerah persegi panjang yang terdiri atas tiga pasang panjang yang kongruen.
Balok terdiri atas 6 sisi,  12 rusuk dan 8 titik sudut
Sisi bangun ruang balok di atas adalah : ABCD, EFGH, ABEF, CDGH, ADEH, BCFG.
Rusuk bangun ruang balok di atas adalah : AB, BC, CD, AD, EF, FG, GH, EH, AE, BF, CG, DH.
Titik sudut bangun ruang balok di atas adalah : A, B, C, D, E, F, G, H.

c.       Prisma tegak segitiga



Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar dan beberapa bidang lain yang saling memotong menurut garis yang sejajar.
Prisma tegak segitiga terdiri atas 5 sisi, 9 rusuk, dan 6 titik sudut
Sisi bangun ruang prisma tegak segitiga di atas adalah :  ABC, DEF, ABDF, ACDF, BCEF.
Rusuk bangun ruang prisma tegak segitiga di atas adalah : AB, CD, AC, DE, EF, DF, AD, BE, CF.
Titik sudut bangun ruang prisma tegak segitiga di atas adalah : A, B, C, D, E, F.

d.      Limas segi tiga


Limas segi tiga terdiri atas 4 sisi, 6 rusuk, dan 4 titik sudut
Sisi bangun ruang limas segi tiga di atas adalah : ABC, ABD, BCD, ACD.
Rusuk bangun ruang limas segi tiga di atas adalah : AB, BC, AC, AD, BD, CD.
Titik sudut bangun ruang limas segi tiga di atas adalah : A, B, C, D

e.       Limas segi empat




Limas adalah bangun ruang dengan bidang alas berupa segibanyak, dan dari bidang alas dibentuk sisi berupa segitiga yang bertemu pada satu titik.
Limas segi empat terdiri atas 5 sisi, 8 rusuk, dan 5 titik sudut
Sisi bangun ruang limas segi empat di atas adalah : ABCD, ABE, BCE, CDE, ADE.
Rusuk bangun ruang limas segi empat di atas adalah : AB, BC, CD, AD, AE, BE, CE, DE.
Titik sudut bangun ruang limas segi empat di atas adalah : A, B, C, D, E.

f.       Kerucut




Kurucut adalah bangun ruang yang merupakan suatu limas beraturan yang bidang alasnya berbentuk lingkaran.
Kerucut terdiri atas 2 sisi (sisi lengkung dan alas) dan1 rusuk sedangkan titik sudutnya tidak ada.

g.      Tabung



Tabung adalah bangun ruang yang berbentuk prisma tegak yang bidang alasnya berupa lingkaran.
Tabung terdiri atas 3 sisi (selimut, alas, dan tutup) dan 2 rusuk sedangkan titik sudutnya tidak ada.

h.      Bola


 





Bola adalah bangun ruang yang terjadi jika setengah lingkaran diputar mengelilingi diameternya.
Bola terdiri atas 1 sisi lengkung, sedangkan rusuk dan titik sudutnya tidak ada.
2.2 Kerangka Berpikir
Sering kali siswa di sekolah dasar mengeluh tentang pengajaran Matematika dengan metode ceramah. Siswa sering kali cepat merasa jenuh karena guru hanya menjelaskan tanpa mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran seperti tidak adanya interaksi antara guru dan siswa, antara siswa yang satu dengan yang lainnya sehingga cenderung akan menyebabkan siswa cepat jenuh dan tidak mengerti apa yang telah diajarkan guru.
Meningkatkan pembelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh metode dan strategi pembelajaran. Metode dan strategi pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran dengan maksud agar tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran harus didasarkan atas kesesuaian materi dan isi pembelajaran yang akan diajarkan, kondisi siswa, tujuan dan waktu. Dengan membenahi proses belajar mengajar diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar akan terlihat dari prestasi dan kompetensi yang dimiliki siswa.
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana, peneliti mencoba menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran. Pengajaran dengan menggunakan metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.
Metode diskusi ini merupakan proses pembelajaran yang efektif untuk digunakan apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan seluruh siswa dan apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah. Guru menjadi sumber dan pemberi informasi utama, sebab guru memegang peranan yang sangat dominan. Guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pembelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Hasil belajar akan menghasilkan peningkatan.
Apabila kegiatan belajar tersebut dilakukan dengan cara yang baik, terencana, teratur, berulang-ulang dan bertujuan, sehingga jika siswa menerapkan cara atau kebiasaan belajar yang baik, maka akan memperoleh hasil belajar yang baik pula.

2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Dengan menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri ...Medan Tahun Ajaran 2013/2014”.




BAB III
METODE PENELITIAN

3.1    Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Seseai dengan jenis penelitian ini memiliki tahap-taghap penelitian yang berupa siklus. Proses dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai.

3.2    Tempat dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri ... Medan pada semester genap Tahun Ajaran 2013/2014. Waktu penelitian direncanakan pada bulan pada semester genap mulai dari bulan Februari hingga Maret 2014.

3.3    Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD dengan jumlah 28 orang siswa. Jumlah laki-laki 16 orang dan perempuan 12 orang di SD Negeri ... Medan, sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi.

3.4    Pengertian Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa sedangkan variabel bebasnya adalah metode diskusi.
a.             Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
b.            Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.

3.5    Desain Penelitian
   Desain penelitian adalah gambaran yang menggambarkan proses penelitian hingga penarikan kesimpulan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang digambarkan oleh Arikunto (dalam Kunandar, 2009:96) sebagai berikut:























Perencanaan
 






Refleksi
 

SIKLUS I
 

Pelaksanaan
 
















Perencanaan
 




Refleksi
 

SIKLUS II
 

Pelaksanaan
 













?
 

 











Gbr. 1 Skema Pelaksanaan Tindakan Kelas menurut Arikunto
Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas maka penelitian ini memiliki beberapa tahap pelaksanaan tindakan dengan siklus dimana masing-masing siklusnya mempunyai empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

3.6    Prosedur Penelitian
Siklus I
1)      Perencanaan
Sebelum perencanaan tindakan dilakukan peniliti terlebih dahulu melakukan observasi dan bertemu dengan guru kelas untuk membahas teknis pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Kemudian pada tahap ini siklus dilengkapi dengan:
a.       Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran pada materi pokok “Bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana”.
b.      Mempersiapkan bahan dan alat-alat yang akan digunakan untuk diskusi
c.       Membuat lembar observasi tentang kegiatan guru
d.      Menyusun tes untuk mengetahui hasil belajar siswa selama tindakan yang penelitian diterapkan
e.       Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi
2)      Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan, berupa proses pmbelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut:
a.       Mengatur posisi tempat duduk siswa menjadi beberapa kelompok sehingga membentuk kelompok diskusi.
b.      Menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
c.       Menugaskan masing-masing kelompok siswa untuk menggambarkan beberapa bangun ruang sederhana.
d.      Guru memberi kesempatan kepada kelompok siswa untuk memperlihatkan hasil kerja yang telah di buat yang diwakilkan tiap kelompok.
e.       Menugaskan masing-masing kelompok siswa untuk mendiskusikan sifat-sifat bangun ruang yang telah digambarkan pada setiap kelompok.
f.       Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok siswa untuk menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok lain sehingga antara kelompok lainnya saling berbagi pengalaman untuk menambah pengetahuan tentang “Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana”
g.      Meminta pendapat dari seluruh kompok sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
h.      Membuat kesimpulan dengan belajar berdiskusi bersama siswa sesuai dengan materi yang telah dipelajari
i.        Siswa mengerjakan post test siklus I
3)      Pengamatan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan secara khusus dan proses pembelajaran secara umum dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a.       Melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan secara khusus dan proses pembelajaran secara umum dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsng dibantu oleh seorang guru kelas menyangkut keaktifan belajar siswa.
b.      Melaksanakan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa sesudah diterapkan tindakan. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan tes.
4)      Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisa data observasi di dalam kelas dan tes kreativitas belajar siswa. Refleksi ini dilakukan mengarah kepada perbaikan-perbaikan tindakan selanjutnya. Refleksinya ini dilakukan untuk menganalisa perbaikan makna terhadap kesimpulan dari tindakan perbaikan yang dilakukan, hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan ada siklus berikutnya.
Setelah siklus I dilakukan, dan belum menunjukkan hasil pada kemampuan siswa dalam keaktifan didalam kelompok, maka dalam hal ini dilaksanakan siklus II. Pada tahap ini, kegiatan dilakukan adalah menganalisa dan memberikan makna terhadap data yang diperoleh, memperjelas data yang diperoleh dan mengambil kesimpulan dari tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan pada siklus berikutnya.

Siklus II
1)      Perencanaan
Pada tahap ini yang dilakukan sama seperti siklus I yaitu:
a.       Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi sifat-sifat bangun ruang sederhana dengan menggunakan metode diskusi.
b.      Membuat format lembar observasi guru dan siswa untuk mengamati situasi dan kondisi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dikelas.
c.       Menyusun test untuk mengukur hasil belajar siswa setelah tindakan penelitian dilaksanakan.
d.      Mengadakan pembahasan mengenai tugas guru dan peneliti.
2)      Pelaksanaan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan menggunakan metode diskusi juga, yaitu:
a.       Memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa lebih memfokuskan diri pada materi pelajaran “Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana”
b.      Mengatur posisi tempat duduk siswa menjadi beberapa kelompok sehingga membentuk kelompok diskusi.
c.       Menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
d.      Menugaskan masing-masing kelompok siswa untuk menggambarkan beberapa bangun ruang sederhana.
e.       Guru memberi kesempatan kepada kelompok siswa untuk memperlihatkan hasil kerja yang telah di buat yang diwakilkan tiap kelompok.
f.       Menugaskan masing-masing kelompok siswa untuk mendiskusikan sifat-sifat bangun ruang yang telah digambarkan pada setiap kelompok.
g.      Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok siswa untuk menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok lain sehingga antara kelompok lainnya saling berbagi pengalaman untuk menambah pengetahuan tentang “Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana”
h.      Guru membuat game dalam pembelajaran mengenai materi bangun ruang kepada setiap kelompok guananya untuk melatih kekompakan dan kecepatan pada masing-masing kelompok
i.        Hasil diskusi dari game tersebut membuktikan apakah masih-masing kelompok dapat bekerja sama atau tidak
j.        Meminta pendapat dari seluruh kompok sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
k.      Membuat kesimpulan dengan belajar berdiskusi bersama siswa sesuai dengan materi yang telah dipelajari
l.        Siswa mengerjakan post test siklus II
3)      Pengamatan
Pengamat (observasi) mengamati pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dengan acuan lembar observer siswa dan guru. Pada akhir tindakan yaitu pemberian tes pada siswa berguna melihat hasil.
4)      Refleksi
Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah pada pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Siswa dapat melakukan percobaan dengan memperoleh hasil, mampu mempersentasekan hasil kerja dengan baik dalam kelompok yang telah dibagi. Hal ini kan dilihat dari hasil pengamatan observasi dan kesimpulan yang didapat setelah melakukan percobaan. Penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru meningkatnya hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari hasil yang mereka peroleh dari tes.

3.7    Teknik Pengumpulan Data
a.      Observasi
Observasi, yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap seluruh kegiatan pengajaran yang dilakukan tindakan. Teknik obeservasi yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan format yang sudah disiapkan sehingga obsever tinggal memberi tanda check list pada lembaran observasi. Observasi ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana dan apakah proses pembelajaran telah mencapai sasaran. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi dua, yaitu observasi untuk guru dan untuk siswa.
Observasi untuk guru dilakukan untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan metode diskusi dalam pembelajaran mulai awal kegiatan hingga akhir kegiatan. Sedangkan observasi untuk siswa dilakukan untuk mengamati hasil belajar ranah afektif dan psikomotorik siswa selama proses pembelajaran menggunakan metode diskusi berlangsung dari awal sampai akhir.
b.      Tes
Salah satu yang dilakukan untuk mengukur kemampuan dan melihat kemampuan serta melihat tingkat keberhasilan siswa adalah tes. Test yang diberikan berbentuk pilihan ganda empat option yang berjumlah 20 soal tes. Pemberian test dilakukan sebanyak tiga kali, tes awal diberikan ketika awal pertemuan untuk menguji kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Tes tindakan I dan tes tindakan II diberikan setelah dilakukan pengajaran dengan menggunakan metode diskusi.

3.8    Teknik Analisis Data
Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya yang dilakukan dalam penelitian ini. Bentuk pengukuran yang dilakukan sebagai berikut:
Penskoran tes dilakukan dengan pemberian hukuman terhadap jawaban salah yaitu dengan rumus menurut Arikunto (2011:228)
S = 
Dimana :
S = score
R = right
W = wrong
n = banyaknya pilihan jawaban

Untuk menentukan daya serap siswa secara individual maka digunakan rumus sebagai berikut:
                   
Kriteria:
             

Untuk menghitung nilai rata-rata kelas menurut Aqib (2011:40) digunakan rumus sebagai berikut:
                                                      
Keterangan:
 = nilai rata-rata
 = jumlah semua nilai siswa
= jumlah siswa`


Kemudian dapat diketahui ketuntasan belajar secara klasikal dengan rumusan menurut Aqib (2011:41) sebagai berikut:
 x 100%
Dengan Kriteria :
Sangat tinggi  : 91 – 100%
Tinggi             : 81 – 90%
Sedang            : 71 – 80%
Rendah            : 61 – 70%
Sangat rendah : 0 – 60%

Untuk menganalisis data hasil observasi untuk guru dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:
Hasil Observasi =  x 100
Dengan kriteria:                     
Baik sekali       : 91 – 100   
Baik                 : 81 – 90     
Cukup                         : 71 –  80    
Kurang                        : < 70

Sedangkan untuk menganalisis data hasil observasi untuk siswa digunakan rumus dalam ranah afektif dan psikomotor
Nilai =  × 100
Dengan kriteria:                     
Baik sekali       : 91 – 100   
Baik                 : 81 – 90     
Cukup                         : 71 –  80    
Kurang                        : < 70



3.9    Jadwal Penelitian
Kegiatan
Bulan
Maret
April
Mei
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Refleksi awal
(persiapan pelaksanaan tindakan kelas)

x










SIKLUS I
Pertemuan I


x









Pertemuan II



x








Tes Siklus I



x








SIKLUS II
Pertemuan I




x







Pertemuan II





x






Tes Siklus II





x






Analisis Data






x





Penulisan Laporan







x
x



                                                                                     





DAFTAR PUSTAKA


Aqib, Zainal dkk. 2011. Penelitian Tindak Kelas. Bandung: Yrama Widya

Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

B. Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan Pailkem. Jakarta: Bumi Aksara

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya

Dewi, Rosmala. 2010. Profesionalisasi Guru Melalui PTK. Medan: Pasca Sarjana Unimed

Hasibuan dan Moedjiono. 2000. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Kunandar. 2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajagrafindo

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Purwanto. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Russeffendi, T. 2003. Pendidikan Matematika 3. Pondok Cabe: Departemen Pendidika dan Kebudayaan

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Suwiryo, Yunanda. 2012. Cepat Pintar Kuasai Matematika. Bogor: Prima Sakti

Tim Pengajar. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Medan: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.