BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menjadi kebutuhan
anak dalam melatih penalarannya. Melalui pengajaran matematika diharapkan akan
menambah kemampuan, mengembangkan keterampilan dan aplikasinya. Selain itu
matematika adalah sarana berpikir dalam menentukan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bahkan matematika merupakan metode berpikir logis,
sistematis, dan konsisten. Oleh karena itu semua masalah kehidupan yang
membutuhkan pemecahan secara cermat dan teliti selalu merujuk pada matematika.
Matematika sebagai ilmu dasar begitu cepat mengalami perkembangan,
hal itu terbukti dengan semakin banyaknya kegiatan matematika dalam kegiatan
sehari-hari. Akan tetapi pada pernyataannya masih banyak siswa yang merasa
takut, enggan, dan kurang tertarik terhadap mata pelajaran matematika.
Matematika sebagai disiplin ilmu turut andil dalam pengembangan
dunia teknologi yang kini telah mencapai puncak kecanggihan dalam mengisi
berbagai dimensi kebutuhan hidup manusia. Kurangnya kemampuan siswa untuk
mengenal bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana membuat peneliti
berusaha mencari pembelajaran yang tepat.
Melihat betapa besar peran matematika dalam kehiduan manusia,
bahkan masa depan suatu bangsa, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang
mengajarkan dasar-dasar Matematika merasa terpanggil untuk senantiasa berusaha
meningkatkan pembelajaran dan hasil belajar Matematika. Apalagi kenyataan
dilapangan menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika selalau berada di tingkat
bawah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
Menurut
pengamatan penulis di SD Negeri ... Medan, Senin 16 Desember 2013 pukul 09.00
WIB, penulis melihat bahwa pelaksanaan pembelajaran Matematika belum
dilaksanakan dengan pencapaian hasil belajar yang maksimal. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dengan guru bidang studi matematika di kelas IV SD Negeri ... Medan, dimana jumlah
siswa kelas IV sebanyak 28 orang yang terdiri atas 16 orang laki-laki dan 12
orang perempuan. Peneliti menemukan bahwa hasil perolehan nilai Matematika
siswa kelas IV tahun ajaran 2013/2014 masih tergolong relatif rendah dibawah standar ketuntasan. Dimana
dari 28 orang siswa hanya 8 orang siswa atau 28,5% yang mencapai nilai KKM,
sedangkan 20 orang siswa atau 71,5% tidak mencapai KKM. Jadi dapat disimpulkan
oleh peneliti bahwa hasil belajar Matematika siswa SD Negeri ... Medan
dikategorikan masih rendah karena masih lebih banyak siswa yang mendapat nilai
dibawah KKM.
Setelah
melakukan diskusi, peneliti dan guru kelas mengidentifikasi beberapa hal yang
menjadi faktor tidak tuntasnya hasil belajar pada Matematika yaitu: dalam
pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah, sehingga pembelajaran
bersifat monoton/membosankan bagi siswa dan sudah tentu akan berpengaruh pada
siswa dalam mencapai standar pembelajaran.dan membuat siswa kurang bergairah
dalam pembelajaran. Maka dalam pembelajaran Matematika membutuhkan metode yang
tepat supaya siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran.
Guru masih jarang menggunakan media pembelajaran/alat peraga pada
saat melakukan proses pembelajaran sehingga mempengaruhi rendahnya hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika. Guru cenderung menjelaskan
dimana guru fokus hanya menerangkan materi didepan kelas. Sehubungan dengan hal
tersebut dalam pembelajaran sebaiknya difasilitasi dengan menggunakan media
agar siswa berkesempatan mengamati, menyentuh, melakukan tindakan dengan
melihat dan mempergunakan sebagai percobaan sehingga dapat membantu siswa dalam
memahami konsep Matematika secara tepat.
Dalam menerapkan proses pembelajaran guru masih berpusat pada guru
saja dimana keaktifan siswa masih sangat rendah dalam memahami konsep
pembelajaran Matematika, kurangnya interaksi antara guru dan siswa sehingga
suasana kelas demikian akam memberikan dampak berupa kurang aktifnya siswa pada
saat pelajaran Matematika berlangsung sehingga siswa menjadi rebut dalam kelas.
Hal ini tentunya mengakibatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika
tidak meningkat.
Agar guru dapat mengajar secara efektif hendaknya mampu
membelajaran siswa dengan variasi metode, materi yang diajarkan sesuai
kurikulum dan kebutuhan, memberikan kebebasan pada siswa untuk menyelidiki dan
mencari pemecahan masalah sendiri, mampu merencanakan pengajaran remedial bagi
siswa yang membutuhkan.
Tugas dan peran guru antara lain, yaitu menguasai dan mengembangkan
materi pembelajaran, merencanakan dan menyiapkan pelajaran setiap hari, mengontrol
dan mengevaluasi kegiatan siswa. Guru harus benar-benar memperhatikan bagaimana
agar tujuan pembelajaran itu tercapai dengan baik, salah satu agar pembelajaran
dapat tercapai adalah dengan menyesuaikan metode diskusi.
Tujuan dalam penggunaan metode diskusi adalah memungkinkan adanya
keterlibatan siswa dalam proses interaksi yang lebih luas. Proses interaksi
berjalan melalui komunikasi verbal. Metode diskusi dapat digunakan untuk belajar
konsep dan prinsip, melalui metode pembelajaran ini siswa dapat memahami konsep
dan prinsip secara lebih baik.
Diharapkan dengan menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, menunjukkan adanya peningkatan terhadap materi yang
disampaikan di saat proses belajar mengajar berlangsung khususnya pada materi
pokok bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana. Hal ini memotivasi
mereka untuk berinteraksi, berdiskusi dan berargumentasi.
Dengan mempertimbangkan hal di atas, peneliti bermaksud melakukan
penelitian dengan judul : “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pelajaran Matematika Dengan Menggunakan Metode Diskusi Di Kelas IV SD Negeri ...
Medan T.A 2013/2014”.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas beberapa masalah yang
diidentifikasi yaitu :
1.
Rendahnya
hasil belajar siswa sehingga masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.
2.
Guru
masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
menyerap pelajaran.
3.
Guru
jarang menggunakan media pembelajaran pada saat melakukan proses pembelajaran
sehingga hasil belajar siswa rendah.
4.
Kurangnya
interaksi guru antara guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
1.3
Batasan Masalah
Untuk memfokuskan pada permasalahan yang dikaji maka penelitian ini
perlu dibatasi agar pembatasan masalah ini tidak menyimpang jauh dari inti
permasalahan, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun batasan
masalah yang akan diteliti adalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada
pelajaran matematika materi pokok bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang
sederhana dengan menggunakan metode diskusi di kelas IV SD Negeri No. ... Medan
Tahun Ajaran 2013/2014.
1.4
Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah dapat dilakukan rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : “Apakah setelah menggunakan metode diskusi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika materi pokok bangun
ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana dikelas IV SD Negeri ... Medan
Tahun Ajaran 2013/20134.”
1.5
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa pada materi pokok bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana
pada pelajaran matematika dengan menggunakan metode diskusi di kelas IV SD
Negeri ... Medan Tahun Ajaran 2013/2014.
1.6
Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.
Bagi
siswa
Bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar siswa jika guru menggunakan
metode diskusi pada mata pelajaran matematika.
2.
Bagi
Guru
Sebagai masukan unuk menerapkan metode diskusi dalam meningkatkan
hasil belajar siswa pada pelajaran matematika dan memberikan informasi bagi
guru dalam mencari atau memilih metode pembelajaran yang cocok untuk
menyampaikan materi dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
3.
Bagi
Kepala Sekolah
Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan
kualitas pembelajaran dan membantu pihak sekolah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran matematika.
4.
Bagi
Peneliti
Sebagai acuan nantinya dalam pratek mengajar untuk meningkatkan
hasil belajar pada pelajaran matematika dengan menggunakan metode diskusi.
5.
Bagi
Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penerus reverensi
penelitian berikutnya kelak akan menjadi guru nantinya. Sebab keberhasilan
pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak,
artinya guru berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar dalam arti yang luas yaitu suatu perubahan tingkah laku
yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap
sikap dan menilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan dan pengalaman
yang terorganisir.
Belajar sebagai proses memungkinkan seseorang untuk mengubah
perilakunya, beberapa ahli pendidikan mengemukakan tentang batas mengajar
antara lain menurut Suryabrata (dalam B.Uno, 2011) bahwa :
“Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku
yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan
pegalaman baru ke arah yang lebih baik.”
Menurut
Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.
Ahli lain yakni Ahmadi dan Supriyono (dalam B.Uno, 2011)
mengemukakan bahwa “secara psikologis belajar berarti suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan.”
Beberapa pandangan para ahli tentang pengertian belajar menurut
B.Uno (2011) antara lain sebagai berikut.
a)
Moh.
Surya (1997): “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.”
b)
Witherington
(1952): “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan
sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan, dan kecakapan.”
c)
Crow
& Crow (1995): “Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan, dan sikap baru.”
d)
Hilgard
(1962): “Belajar adalah proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah
karena adanya respons terhadap sesuatu situasi.”
e)
Di
Vesta dan Thompson (1970): “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap
sebagai hasil dari pengalaman.”
f)
Gage
& Berliner: “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul
karena pengalaman.”
Pengertian belajar juga dikemukakan Bruner (dalam B.Uno 2008:154)
menjelaskan tentang kegiatan belajar dengan proses menemukan diri. Menurut B.Uno
(2008:18) bahwa “Proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri aturannya (termasuk
konsep, teori, dan definisi).”
Dari pendapat para ahli di atas, maka belajar dapat diartikan
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan
pengalaman individu akibat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan
yang terjadi sebagai akibat dari hasil perbuatan belajar seseorang dapat berupa
kebiasaan-kebiasaan, kecakapan atau bentuk pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku individu akibat
interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang dimaksud
meliputi perubahan kognitif, sikap dan keterampilan.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2010:22). Selanjutnya S.
Nasution (dalam Kunandar, 2009:276) mengatakan “Hasil belajar adalah suatu
perubahan pada individu yang belajar tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi
juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang
belajar”.
Menurut Purwanto (2008:46) menyatakan “hasil belajar merupakan
pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar”.
Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang
bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau
belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu
institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses
pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan.
Hasil belajar dapat dilihat nilai ulangan harian (formatif),
tugas-tugas pekerjaan rumah, dan tes lisan yang dilakukan selama pelajaran
berlangsung, tes akhir semester dan sebagainya. Dalam penelitian ini, hasil
belajar yang dimaksudkan adalah hasil tes tiap siklus.
Dari pendapat para ahli di atas jelas bahwa suatu proses belajar
mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan siswa yang mencakup
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam arti perubahan kemampuan merupakan
indikator untuk mengetahui hasil belajar siswa. Dengan cara ini dapat diketahui
tingkat hasil belajar yang telah dicapai siswa. Sehingga guru dapat menggunakan
model untuk meningkatkan hasil belajar.
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Hasil
belajar yang dicapai setiap siswa tidak terlepas adanya faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor tersebut bisa saja berasal dari dalam diri siswa
(faktor internal) dan bisa saja berasal dari luar diri siswa (faktor
eksternal).
Selanjutnya Daryanto (2010:36) menjelaskan bahwa “faktor intern
dapat dibagi menjadi tiga faktor adalah: 1) Faktor Jasmaniah, yaitu: faktor
kesehatan dan cacat tubuh. 2) Faktor Psikologi, yaitu: intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 3) Faktor Kelelahan. Selanjutnya
faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan menjadi tiga
faktor adalah: 1) Faktor Keluarga, yaitu: cara orang tua mendidik, relasi antara
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua, latar belakang kebudayaan. 2) Faktor Sekolah, yaitu: metode mengajar,
kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. 3) Faktor Masyarakat, yaitu:
kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat.
Faktor-faktor yang disebut di atas akan diulas lebih
rinci sebagaimana berikut:
Faktor
internal yang dimaksud adalah segala yang berhubungan dengan keadaan fisik atau
keadaan jasmani. Sehat jasmani dalam hal ini berarti dalam keadaan baik dan
bebas penyakit. Kesehatan seseorang dapat mempengaruhi bagi terlaksananya
proses belajar yang efektif. Dalam menjaga kesehatan perlu memperhatikan
beberapa ketentuan yaitu menjaga
kebersihan tubuh, pola makan, istirahat yang cukup dan berolahraga.
Faktor internal yang berkaitan dengan psikologis adalah meliputi intelegensi,
perhatian, bakat, minat, motivasi, dan kesiapan. a) Intelegensi: intelegensi
adalah kecerdasan atau daya fikir dan penalaran yang cepat tanggap. Intelegensi
besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, dimana siswa yang memiliki tingkat
intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat
intelegensi yang rendah. b) Perhatian: perhatian adalah keaktifan siswa yang
tertinggi dan semata-mata tertuju pada satu atau kelompok objek. Agar dapat
menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian pada
bahan yang dipelajarinya. c) Bakat: bakat adalah kemampuan khusus dibidang
tertentu yang dibawa sejak lahir. Setiap orang mempunyai bakat yang
berbeda-beda dan akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar
dan berlatih. Seseorang yang memiliki bakat pada bidang tertentu akan lebih
kreatif pada bidang tersebut. Apabila bakat yang dimiliki oleh siswa diberi
kesempatan untuk dikembangkan dalam pembelajaran, maka ia dapat mencapai hasil
belajar yang tinggi. d) Minat: minat adalah kecenderungan yang menetap untuk
merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan dan merasa senang
mempelajarinya, sehingga memperoleh hasil belajar yang tinggi. e) Motif: motif
adalah suatu dorongan untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang belajar dengan
motif yang kuat akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan
sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat untuk mencapai hasil yang tinggi. f)
Kesiapan: kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesediaan
itu timbul dari diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan. Kesiapan
ini perlu diperhatikan dalam proses belajar karena siswa sudah memiliki
kesiapan belajar. Dengan adanya kesiapan tersebut, maka hasil belajar siswa
dapat lebih baik.
Faktor
eksternal yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal
yang datang dari luar diri seorang siswa. Faktor eksternal dibagi kepada faktor
keluarga, sekolah dan masyarakat. (a) Faktor Keluarga: faktor keluarga sangat
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Pengaruh dari
keluarga dapat berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar
belakang kebudayaan. Orang tua bertanggung jawab dalam membimbing anak, agar
proses belajarnya tetap berlangsung dengan terarah. Untuk mencapai hasil yang
diharapkan, seorang anak membutuhkan lingkungan keluarga yang kondusif untuk
belajar dan menyenangi apa yang dipelajarinya. Di sini orang tua sangat
berperan penting dalam menciptakan suasana yang dapat mendorong anak senang
belajar sehingga hasil belajar anak tersebut dapat meningkat. Orang tua dapat
mendampingi anak dengan menciptakan suasana belajar dirumah dengan cara
menyenangkan. (b) Faktor Sekolah: sekolah merupakan lingkungan yang berperan
besar dalam memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa. Faktor sekolah yang
mempengaruhi belajar siswa antara lain: metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. (c) Faktor
Masyarakat: masyarakat juga merupakan pengaruh besar terhadap belajar siswa
dalam masyarakat. Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar siswa antara lain
kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat.
Dengan mengetahui faktor-faktor belajar di atas maka guru dapat
merancang pembelajaran atau menciptakan kondisi belajar yang mengoptimalkan
hasil belajar siswa yang akan diperoleh. Dalam pembelajaran guru juga memiliki
pengaruh besar terhadap proses dan hasil belajar siswa, karena seperti hal yang
telah dijelaskan, guru harus memfasilitasi sampai memotivasi siswa untuk
belajar, jika guru tidak berperan aktif soal kegiatan pembelajaran pasti tidak
berjalan dengan baik.
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa ada dua faktor internal (faktor yang terdapat dalam
diri siswa) yaitu berupa kondisi fisik atau jasmani maupun rohani dan faktor
eksternal (faktor yang terdapat dari luar diri siswa) yaitu kondisi lingkungan
sekitar siswa baik dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Oleh
karena itu sebagai seseorang guru harus dapat memahami karakteristik siswa agar
dalam proses belajar siswa dapat lebih baik.
2.1.4 Pengertian Metode Diskusi
Djamarah
dan Zain (dalam Tim Pengajar, 2011:73) mengatakan bahwa metode adalah suatu
cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya Surakhmad
mengatakan bahwa metode adalah cara yang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan,
atau cara di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan (dalam
Tim Pengajar, 2011:73).
Diskusi
merupakan komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi
gagasan dan pendapat. Kamus bahasa mendefinisikan diskusi hampir identik dengan
diskursus, yaitu melibatkan saling tukar pendapat secara lisan, teratur, dan
untuk mengekspresikan pikiran tentang pokok pembicaraan tertentu.
Hasibuan
(2000:20) menyatakan bahwa diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau
lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka
mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar
informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
Menurut Sagala (2011:208) diskusi ialah percakapan ilmiah yang
responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan beberapa
pertanyaan-pertanyaan ploblematis pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide
ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok
yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari
kebenaran.
Selanjutnya
menurut Hasibuan (2000) metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan
pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok
siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guru mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Killen
(dalam Sanjaya, 2011:152) mengutarakan bahwa metode diskusi adalah metode pembelajaran
yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah
untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa pemanfaat diskusi oleh guru mempunyai arti untuk memahami apa
yang ada di dalam pikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi
yang diajarkan melalui komunikasi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung,
baik antara siswa maupun komunikasi guru dengan siswa. Sehingga diskusi
menyediakan tatanan sosial di mana guru dapat membantu siswa menganalisis proses
berpikir mereka.
2.1.5 Jenis-Jenis Diskusi
Terdapat
bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
menurut Sanjaya (2011:157), antara lain:
a.
Diskusi
Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan
masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.
Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya
siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis. Kedua, sumber masalah (guru, siswa, atau
ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus di pecahkan selama 10-15
menit. Ketiga, siswa diberi
kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber masalah memberi
tanggapan, dan kelima, moderator
menyimpulkan hasil diskusi.
b.
Diskusi
kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam
kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan
permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam
submasalah yang harus dipecahakan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi
dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.
c.
Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persolaan
dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan
untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji
memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri
dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan
sebelumnya.
d.
Diskusi
Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh
beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens.
Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens
tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekedar peninjau para
penelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebeb itu, agar diskusi panel
efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan.
Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
Jenis diskusi apapun yang digunakan oleh guru dalam proses
pelaksanaan belajar mengajar, guru harus mengatur kondisi secara keseluruhan
pada setiap siswa. Kondisi tersebut ditekankan, sebab diskusi merupakan metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Strategi ini diharapkan bisa mendorong
siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir ilmiah serta dapat
mengembangkan pengetahuan siswa.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi
adalah suatu percakapan yang dilakukan lebih dari dua orang yang saling
bertukar pendapat dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk mengembangkan
ide-idenya dalam proses belajar mengajar.
2.1.6 Langkah-Langkah Melaksanakan Metode Diskusi
Agar
penggunaan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan
langkah-langkah menurut Hasibuan (2000:23) sebagai berikut.
(a)
Guru
mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan
seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya, dapat pula pokok masalah yang akan
didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Yang penting,
judul atau masalah yang akan didiskusikan harus dirumuskan sejelas-jelasnya
agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa. (b) Dengan pimpinan guru, para
siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua,
sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya.
Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang: Lebih memahami masalah
yang akan didiskusikan; “Berwibawa” dan disenangi oleh teman-temannya; Lancar
berbicara; Dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis. (c) Para siswa
berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari
kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan
dorongan dan bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif, dan
agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota hendaknya tahu persis apa yang
akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan
dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang
sama. (d) Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil
tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru
memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut. (e) Akhirnya siswa
mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap
kelompok
Sedangkan menurut Sanjaya (2011:158) adapun beberapa langkah-langkah
dalam melaksanakan diskusi sebagai berikut :
1)
Langkah persiapan
Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:
(a)
Merumuskan
tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
Tujuan yang ingin dicapai mesti dipahami oleh setiap siswa sebagai peserta
diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan.
(b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Misalnya, apabila tujuan yang ingin dicapai adalah penambahan
wawasan siswa tentang suatu persoalan, maka dapat digunakan diskusi panel;
sedangkan jika yang diutamakan adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
mengembangkan gagasan, maka symposium dianggap sebagai jenis diskusi yang
tepat. (c) Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari
isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi di
lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi pelajaran sesuai dengan
bidang studi yang diajarkan. (d) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala
fasilitasnya, petugas-petuugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim
pengurus, manakala diperlukan.
2)
Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
(a)
Memeriksa
segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi. (b) Memberikan
pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin
dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan
dilaksanakan. (c) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah
ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau
iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling
menyudutkan, dan lain sebagainya. (d) Memberikan kesempatan yang sama kepada
setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya. (e) Mengendalikan
pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting,
sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak
fokus.
3)
Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
(a)
Membuat
pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi. (b) Me-riview jalannya diskusi dengan meminta
pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
Keterlibatan aktif siswa dalam mendiskusikan pokok bahasan
merupakan tujuan dari diskusi. Diskusi ini merupakan usaha untuk mengembangkan
keterampilan dasar pada siswa, seperti berbicara menurut giliran, mendengarkan
siswa lain mengutarakan pendapat, dan mengajukan usul. Diskusi membantu para
siswa mempertajam idenya sendiri dan menghargai pendapat orang lain.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah metode diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang
dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam pelaksanaan diskusi ini proses
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar
pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif
tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
2.1.7 Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
Ada
beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar (Sanjaya, 2011:156).
(1)
Metode diskusi
dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan
dan ide-ide. (2) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan. (3) Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan
pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih
siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa
kelemahan, di antaranya:
(1)
Sering terjadi
pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki
keterampilan berbicara. (2) Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga
kesimpulan menjadi kabur. (3) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang
kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan. (4) Dalam diskusi sering
terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosinal yang tidak terkontrol. Akibatnya,
kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu
iklim pembelajaran.
Dengan memperhatikan keunggulan dan kelemahan di atas, apabila guru
ingin menggunakan metode diskusi, sebaiknya guru melakukan kesiapan yang
matang, baik mengenai materi pelajaran yang akan disampaikan maupun mengenai
hal-hal lain yang dapat mempengaruhi kelancaran proses prestasi.
2.1.8 Bangun Ruang dan Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana
1.
Mengenal Kembali Bangun Ruang Kubus, Balok, Prisma Tegak Segitiga,
Limas, Kerucut, Tabung Dan Bola
2.
Mengenal Sisi, Rusuk Dan Titik Sudut Bangun Ruang Kubus, Balok,
Prisma Tegak Segitiga, Limas Segi Empat, Limas Segitiga, Kerucut, Tabung, Dan
Bola
Titik sudut
adalah pertemuan 3 rusuk
Rusuk adalah
pertemuan 2 sisi
Sisi adalah
bidang atau daerah bidang
a.
Kubus
Kubus adalah
bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah sisi persegi yang kongruen (sama dan
sebangun)
Kubus terdiri
dari 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut
Sisi bangun
ruang kubus di atas adalah : ABCD, EFGH, ABEF, CDGH, ADEH, BCFG
Rusuk bangun
ruang kubus di atas adalah : AB, BC, CD, AD, EF, FG, GH, EH, AE, BF, CG, DH
Titik sudut
bangun ruang kubus diatas adalah : A, B, C, D, E, F, G, H
b.
Balok
Balok adalah
bangun ruang yang dibatasi oleh enam daerah persegi panjang yang terdiri atas
tiga pasang panjang yang kongruen.
Balok terdiri
atas 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut
Sisi bangun
ruang balok di atas adalah : ABCD, EFGH, ABEF, CDGH, ADEH, BCFG.
Rusuk bangun
ruang balok di atas adalah : AB, BC, CD, AD, EF, FG, GH, EH, AE, BF, CG, DH.
Titik sudut
bangun ruang balok di atas adalah : A, B, C, D, E, F, G, H.
c.
Prisma
tegak segitiga
Prisma adalah
bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar dan beberapa bidang
lain yang saling memotong menurut garis yang sejajar.
Prisma tegak
segitiga terdiri atas 5 sisi, 9 rusuk, dan 6 titik sudut
Sisi bangun
ruang prisma tegak segitiga di atas adalah : ABC, DEF, ABDF, ACDF, BCEF.
Rusuk bangun
ruang prisma tegak segitiga di atas adalah : AB, CD, AC, DE, EF, DF, AD, BE,
CF.
Titik sudut
bangun ruang prisma tegak segitiga di atas adalah : A, B, C, D, E, F.
d.
Limas
segi tiga
Limas segi tiga
terdiri atas 4 sisi, 6 rusuk, dan 4 titik sudut
Sisi bangun
ruang limas segi tiga di atas adalah : ABC, ABD, BCD, ACD.
Rusuk bangun
ruang limas segi tiga di atas adalah : AB, BC, AC, AD, BD, CD.
Titik sudut
bangun ruang limas segi tiga di atas adalah : A, B, C, D
e.
Limas segi empat
Limas adalah
bangun ruang dengan bidang alas berupa segibanyak, dan dari bidang alas
dibentuk sisi berupa segitiga yang bertemu pada satu titik.
Limas segi
empat terdiri atas 5 sisi, 8 rusuk, dan 5 titik sudut
Sisi bangun
ruang limas segi empat di atas adalah : ABCD, ABE, BCE, CDE, ADE.
Rusuk bangun
ruang limas segi empat di atas adalah : AB, BC, CD, AD, AE, BE, CE, DE.
Titik sudut
bangun ruang limas segi empat di atas adalah : A, B, C, D, E.
f.
Kerucut
Kurucut adalah
bangun ruang yang merupakan suatu limas beraturan yang bidang alasnya berbentuk
lingkaran.
Kerucut terdiri
atas 2 sisi (sisi lengkung dan alas) dan1 rusuk sedangkan titik sudutnya tidak
ada.
g.
Tabung
Tabung adalah
bangun ruang yang berbentuk prisma tegak yang bidang alasnya berupa lingkaran.
Tabung terdiri
atas 3 sisi (selimut, alas, dan tutup) dan 2 rusuk sedangkan titik sudutnya
tidak ada.
h.
Bola
Bola adalah
bangun ruang yang terjadi jika setengah lingkaran diputar mengelilingi
diameternya.
Bola terdiri
atas 1 sisi lengkung, sedangkan rusuk dan titik sudutnya tidak ada.
2.2 Kerangka Berpikir
Sering
kali siswa di sekolah dasar mengeluh tentang pengajaran Matematika dengan
metode ceramah. Siswa sering kali cepat merasa jenuh karena guru hanya
menjelaskan tanpa mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran seperti tidak
adanya interaksi antara guru dan siswa, antara siswa yang satu dengan yang
lainnya sehingga cenderung akan menyebabkan siswa cepat jenuh dan tidak
mengerti apa yang telah diajarkan guru.
Meningkatkan
pembelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh metode dan strategi
pembelajaran. Metode dan strategi pembelajaran merupakan cara yang digunakan
guru untuk menyampaikan materi pelajaran dengan maksud agar tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pemilihan
dan penggunaan metode pembelajaran harus didasarkan atas kesesuaian materi dan
isi pembelajaran yang akan diajarkan, kondisi siswa, tujuan dan waktu. Dengan
membenahi proses belajar mengajar diharapkan akan meningkatkan hasil belajar
siswa. Peningkatan hasil belajar akan terlihat dari prestasi dan kompetensi
yang dimiliki siswa.
Dalam
rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
khususnya pada materi bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana,
peneliti mencoba menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran. Pengajaran
dengan menggunakan metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.
Metode
diskusi ini merupakan proses pembelajaran yang efektif untuk digunakan apabila
seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu
menjelaskan seluruh siswa dan apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa
yang rata-rata memiliki kemampuan rendah. Guru menjadi sumber dan pemberi
informasi utama, sebab guru memegang peranan yang sangat dominan. Guru
menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi
pembelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Hasil
belajar akan menghasilkan peningkatan.
Apabila
kegiatan belajar tersebut dilakukan dengan cara yang baik, terencana, teratur,
berulang-ulang dan bertujuan, sehingga jika siswa menerapkan cara atau
kebiasaan belajar yang baik, maka akan memperoleh hasil belajar yang baik pula.
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah “Dengan menggunakan metode diskusi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang dan sifat-sifat
bangun ruang sederhana pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri ...Medan
Tahun Ajaran 2013/2014”.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian
ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Seseai dengan
jenis penelitian ini memiliki tahap-taghap penelitian yang berupa siklus.
Proses dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang akan dicapai.
3.2 Tempat dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di SD Negeri ... Medan pada semester genap Tahun Ajaran 2013/2014.
Waktu penelitian direncanakan pada bulan pada semester genap mulai dari bulan
Februari hingga Maret 2014.
3.3 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek
penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD dengan jumlah 28 orang siswa. Jumlah
laki-laki 16 orang dan perempuan 12 orang di SD Negeri ... Medan, sedangkan yang
menjadi objek penelitian adalah meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode diskusi.
3.4 Pengertian Variabel Penelitian
Variabel penelitian
dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel terikat dan variabel bebas.
Variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa sedangkan variabel bebasnya
adalah metode diskusi.
a.
Hasil Belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
b.
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan,
menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk
membuat suatu keputusan.
3.5 Desain Penelitian
Desain
penelitian adalah gambaran yang menggambarkan proses penelitian hingga
penarikan kesimpulan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
digambarkan oleh Arikunto (dalam Kunandar, 2009:96) sebagai berikut:
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||
Gbr. 1 Skema
Pelaksanaan Tindakan Kelas menurut Arikunto
Sesuai dengan jenis
penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas maka penelitian ini memiliki
beberapa tahap pelaksanaan tindakan dengan siklus dimana masing-masing
siklusnya mempunyai empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi.
3.6 Prosedur Penelitian
Siklus
I
1)
Perencanaan
Sebelum
perencanaan tindakan dilakukan peniliti terlebih dahulu melakukan observasi dan
bertemu dengan guru kelas untuk membahas teknis pelaksanaan penelitian tindakan
kelas. Kemudian pada tahap ini siklus dilengkapi dengan:
a. Mempersiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran pada materi pokok “Bangun ruang dan sifat-sifat bangun ruang sederhana”.
b. Mempersiapkan bahan dan alat-alat yang akan
digunakan untuk diskusi
c. Membuat
lembar observasi tentang kegiatan guru
d. Menyusun
tes untuk mengetahui hasil belajar siswa selama tindakan yang penelitian
diterapkan
e. Membuat
skenario pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi
2)
Pelaksanaan
Kegiatan yang
dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan yang
telah direncanakan, berupa proses pmbelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut:
a. Mengatur
posisi tempat duduk siswa menjadi beberapa kelompok sehingga membentuk kelompok
diskusi.
b. Menyampaikan
materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang
akan dicapai meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik
c. Menugaskan
masing-masing kelompok siswa untuk menggambarkan beberapa bangun ruang
sederhana.
d. Guru
memberi kesempatan kepada kelompok siswa untuk memperlihatkan hasil kerja yang
telah di buat yang diwakilkan tiap kelompok.
e. Menugaskan
masing-masing kelompok siswa untuk mendiskusikan sifat-sifat bangun ruang yang
telah digambarkan pada setiap kelompok.
f. Guru
memberikan kesempatan kepada setiap kelompok siswa untuk menjelaskan hasil
diskusi kepada kelompok lain sehingga antara kelompok lainnya saling berbagi
pengalaman untuk menambah pengetahuan tentang “Sifat-Sifat Bangun Ruang
Sederhana”
g. Meminta
pendapat dari seluruh kompok sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
h. Membuat
kesimpulan dengan belajar berdiskusi bersama siswa sesuai dengan materi yang
telah dipelajari
i.
Siswa mengerjakan post test siklus I
3)
Pengamatan
Pada tahap ini,
kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan
tindakan secara khusus dan proses pembelajaran secara umum dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disiapkan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
adalah:
a. Melaksanakan
observasi terhadap pelaksanaan secara khusus dan proses pembelajaran secara
umum dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi
dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsng dibantu oleh seorang guru
kelas menyangkut keaktifan belajar siswa.
b. Melaksanakan
evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa sesudah diterapkan tindakan.
Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan tes.
4)
Refleksi
Refleksi
dilakukan berdasarkan hasil analisa data observasi di dalam kelas dan tes
kreativitas belajar siswa. Refleksi ini dilakukan mengarah kepada
perbaikan-perbaikan tindakan selanjutnya. Refleksinya ini dilakukan untuk
menganalisa perbaikan makna terhadap kesimpulan dari tindakan perbaikan yang
dilakukan, hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan
ada siklus berikutnya.
Setelah siklus I
dilakukan, dan belum menunjukkan hasil pada kemampuan siswa dalam keaktifan
didalam kelompok, maka dalam hal ini dilaksanakan siklus II. Pada tahap ini,
kegiatan dilakukan adalah menganalisa dan memberikan makna terhadap data yang
diperoleh, memperjelas data yang diperoleh dan mengambil kesimpulan dari
tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi ini kemudian digunakan
sebagai dasar untuk tahap perencanaan pada siklus berikutnya.
Siklus
II
1)
Perencanaan
Pada
tahap ini yang dilakukan sama seperti siklus I yaitu:
a. Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi sifat-sifat bangun ruang
sederhana dengan menggunakan metode diskusi.
b. Membuat format lembar observasi guru dan siswa
untuk mengamati situasi dan kondisi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
dikelas.
c. Menyusun test untuk mengukur hasil belajar
siswa setelah tindakan penelitian dilaksanakan.
d. Mengadakan pembahasan mengenai tugas guru dan
peneliti.
2)
Pelaksanaan
Pada tahap ini,
kegiatan yang dilaksanakan menggunakan metode diskusi juga, yaitu:
a. Memberikan
motivasi kepada siswa sehingga siswa lebih memfokuskan diri pada materi
pelajaran “Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana”
b. Mengatur
posisi tempat duduk siswa menjadi beberapa kelompok sehingga membentuk kelompok
diskusi.
c. Menyampaikan
materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang
akan dicapai meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik.
d. Menugaskan
masing-masing kelompok siswa untuk menggambarkan beberapa bangun ruang
sederhana.
e. Guru
memberi kesempatan kepada kelompok siswa untuk memperlihatkan hasil kerja yang
telah di buat yang diwakilkan tiap kelompok.
f. Menugaskan
masing-masing kelompok siswa untuk mendiskusikan sifat-sifat bangun ruang yang
telah digambarkan pada setiap kelompok.
g. Guru
memberikan kesempatan kepada setiap kelompok siswa untuk menjelaskan hasil
diskusi kepada kelompok lain sehingga antara kelompok lainnya saling berbagi
pengalaman untuk menambah pengetahuan tentang “Sifat-Sifat Bangun Ruang
Sederhana”
h. Guru
membuat game dalam pembelajaran mengenai materi bangun ruang kepada setiap
kelompok guananya untuk melatih kekompakan dan kecepatan pada masing-masing
kelompok
i.
Hasil diskusi dari game
tersebut membuktikan apakah masih-masing kelompok dapat bekerja sama atau tidak
j.
Meminta pendapat dari
seluruh kompok sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
k. Membuat
kesimpulan dengan belajar berdiskusi bersama siswa sesuai dengan materi yang
telah dipelajari
l.
Siswa mengerjakan post test siklus II
3)
Pengamatan
Pengamat
(observasi) mengamati pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dengan acuan
lembar observer siswa dan guru. Pada akhir tindakan yaitu pemberian tes pada
siswa berguna melihat hasil.
4)
Refleksi
Aktivitas siswa
dalam PBM sudah mengarah pada pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Siswa
dapat melakukan percobaan dengan memperoleh hasil, mampu mempersentasekan hasil
kerja dengan baik dalam kelompok yang telah dibagi. Hal ini kan dilihat dari
hasil pengamatan observasi dan kesimpulan yang didapat setelah melakukan
percobaan. Penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru
meningkatnya hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari hasil yang mereka
peroleh dari tes.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
a.
Observasi
Observasi, yang
dilakukan merupakan pengamatan terhadap seluruh kegiatan pengajaran yang
dilakukan tindakan. Teknik obeservasi yang dilakukan dalam penelitian ini
dengan menggunakan format yang sudah disiapkan sehingga obsever tinggal memberi
tanda check list pada lembaran observasi. Observasi ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan
tindakan sesuai dengan rencana dan apakah proses pembelajaran telah mencapai
sasaran. Observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini terbagi dua, yaitu observasi untuk guru dan
untuk siswa.
Observasi untuk guru dilakukan untuk menilai kemampuan
guru dalam melaksanakan metode diskusi dalam pembelajaran mulai awal kegiatan hingga
akhir kegiatan. Sedangkan observasi untuk siswa dilakukan untuk mengamati hasil
belajar ranah afektif dan psikomotorik siswa selama proses pembelajaran
menggunakan metode diskusi berlangsung dari awal sampai akhir.
b.
Tes
Salah satu yang
dilakukan untuk mengukur kemampuan dan melihat kemampuan serta melihat tingkat
keberhasilan siswa adalah tes. Test yang diberikan berbentuk pilihan ganda empat option
yang berjumlah 20 soal tes. Pemberian test dilakukan sebanyak tiga kali, tes awal diberikan ketika awal pertemuan untuk menguji kemampuan
awal siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Tes tindakan I dan tes tindakan II
diberikan setelah dilakukan pengajaran dengan menggunakan metode diskusi.
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data
ini dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya yang dilakukan dalam
penelitian ini. Bentuk pengukuran yang dilakukan sebagai berikut:
Penskoran tes dilakukan dengan pemberian hukuman terhadap jawaban salah yaitu
dengan rumus menurut Arikunto (2011:228)
S =
Dimana :
S = score
R = right
W = wrong
n = banyaknya
pilihan jawaban
Untuk menentukan daya serap siswa secara individual
maka digunakan rumus sebagai berikut:
Kriteria:
Untuk menghitung nilai rata-rata kelas menurut Aqib (2011:40) digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
= nilai rata-rata
= jumlah semua nilai siswa
= jumlah siswa`
Kemudian dapat diketahui ketuntasan belajar
secara klasikal dengan rumusan menurut Aqib (2011:41) sebagai berikut:
x 100%
Dengan Kriteria :
Sangat tinggi : 91 – 100%
Tinggi : 81 –
90%
Sedang : 71 –
80%
Rendah : 61 –
70%
Sangat rendah : 0 – 60%
Untuk menganalisis data hasil observasi untuk guru dalam
penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:
Hasil Observasi = x 100
Dengan kriteria:
Baik
sekali : 91 –
100
Baik : 81 –
90
Cukup : 71 – 80
Kurang : <
70
Sedangkan
untuk menganalisis data hasil observasi untuk siswa digunakan rumus dalam
ranah afektif dan psikomotor
Nilai = × 100
Dengan kriteria:
Baik
sekali : 91 –
100
Baik : 81 –
90
Cukup : 71 – 80
Kurang : <
70
3.9 Jadwal Penelitian
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||||||||
Maret
|
April
|
Mei
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Refleksi awal
(persiapan
pelaksanaan tindakan kelas)
|
x
|
|||||||||||
SIKLUS
I
Pertemuan I
|
x
|
|||||||||||
Pertemuan II
|
x
|
|||||||||||
Tes Siklus I
|
x
|
|||||||||||
SIKLUS
II
Pertemuan I
|
x
|
|||||||||||
Pertemuan II
|
x
|
|||||||||||
Tes Siklus II
|
x
|
|||||||||||
Analisis Data
|
x
|
|||||||||||
Penulisan Laporan
|
x
|
x
|
DAFTAR
PUSTAKA
Aqib, Zainal dkk. 2011. Penelitian Tindak Kelas. Bandung: Yrama Widya
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
B.
Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan Pailkem.
Jakarta: Bumi Aksara
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta
Daryanto.
2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya
Dewi,
Rosmala. 2010. Profesionalisasi Guru Melalui PTK. Medan: Pasca Sarjana Unimed
Hasibuan
dan Moedjiono. 2000. Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Kunandar.
2009. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajagrafindo
Purwanto. 2011. Evaluasi
Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Purwanto. 2008. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Roestiyah. 2008. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Russeffendi,
T. 2003. Pendidikan Matematika 3. Pondok Cabe: Departemen Pendidika dan
Kebudayaan
Sagala,
Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya,
Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suwiryo, Yunanda. 2012. Cepat
Pintar Kuasai Matematika. Bogor: Prima Sakti
Tim
Pengajar. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Medan: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Medan.